ukms.or.id – Bruule , Pentingnya Manajemen Produk , Persaingan di industri makanan dan minuman menuntut kualitas produk. Terlebih soal rasa, lidah setiap orang bisa berbeda-beda. Di sini, manajemen produk menjadi salah satu kunci kesuksesan usaha.
Usaha ini dibentuk ketika dunia sedang diterjang pandemi. Sarila Danubrata bersama suami pada tahun 2020 berkeyakinan untuk merilis Bruule, usaha makanan rumahan pada waktu itu, lantaran perlu biaya untuk bertahan hidup di tengah pandemi.
Usaha ini dalam waktu kurang dari tiga tahun sudah mampu meraup perhatian serta mencuri hati konsumen.
Bruule yang menjual spageti ini kini mampu menjual 11.000 loyang saban bulannya. Dalam sehari, Sarila menuturkan Bruule bisa menjual hampir 3.000 loyang. Tidak hanya berjualan secara online, usaha ini juga memiliki 23 titik penjualan yang berada di luar Jabodetabek, serta gerai yang tersebar di sebelas pusat perbelanjaan di Jakarta.
Namun, melejitnya usaha ini bukan tanpa strategi. Sarila meyakini, ketika berbicara tentang usaha makanan dan minuman maka kualitas produk seperti rasa dan konsistensinya menjadi penting. Tidak sekadar enak, kualitasnya pun harus dijaga.
“Kami sangat berhati-hati. Bruule itu dari awal sampai enam bulan hanya punya satu produk, yaitu spageti Bruule,” ujarnya. Lanjutnya, penambahan produk tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Apalagi tanpa didukung dengan basis data pendukung yang jelas.
Spageti Bruule dijual per loyang dan memiliki ukuran mulai dari personal hingga untuk keluarga. Dari segi harga, makanan ini dijual mulai dari Rp 65.000 hingga Rp 275.000. Untuk menambah ukuran baru saja, Sarila menceritakan bahwa ia dan tim membutuhkan waktu lama untuk memutuskan ukuran kemasan baru yang akan dijual.
Sarila menjelaskan, karena awalnya usaha ini dijalankan secara daring, maka ia bisa melihat demografi pembelinya. Data ini yang ia jadikan acuan dalam membentuk produk baru. Dengan melihat data-data tersebut, kemudian melakukan analisis, ia pun jadi memahami produk apa yang harus dikeluarkan untuk menyesuaikan usaha dengan permintaan pasar.
“Kuncinya adalah membaca data pelanggan. Saya perlu memahami kebutuhan mereka,” katanya.
Inilah yang membuatnya mengaku bahwa usaha ini memang tergolong lama dalam pembuatan produk baru. Kini usaha ini memiliki menu lain, seperti lasagna, mac & cheese, aneka makanan ringan, dessert, dan minuman. Produk-produk ini pun dibuat dengan melakukan analisis terlebih dahulu terhadap minat pasar.
Ragam produk ini tidak semua dihasilkan oleh usaha ini. Sarila mengakui bahwa setiap usaha makanan memiliki keahlian masingmasing dalam mengolah bahan menjadi makanan. Karenanya, usaha ini berkolaborasi dengan menggandeng merek penjual dessert, untuk menghadirkan menu makanan penutup. Selain itu, merek ini juga berkolaborasi dengan merek lain seperti Lawless Burger.
Usaha ini sendiri didirikan dengan nyaris tanpa biaya. Spageti yang jadi menu andalan usaha ini merupakan resep dari keluarga Sarila. Kerap memasak untuk teman dan keluarga, Sarila mendapat saran untuk menjual spageti tersebut.
baca juga
Memaksimalkan Modal
Ia mengaku dirinya bukanlah pribadi yang terbilang jago urusan dapur. Ia mempekerjakan karyawan untuk memasak produk tersebut. Lalu ia bersama dengan suami bertugas untuk memasarkan produk itu.
Karena kondisi yang sulit di kala itu, dengan modal yang hampir tidak ada, Sarila memutar kas penjualan dengan sebagian besar digunakan untuk modal usaha. Dengan modal terbatas tentunya ia harus lebih berhati-hati dalam mengeluarkan produk baru.
“Karena buat kami, untuk mengeluarkan satu produk baru, karena investasi kami juga tidak besar jadi kita sangat hati-hati,” katanya. Dalam melakukan pengembangan produk, Sarila meminta bantuan adiknya yang lebih paham soal pengelolaan produk.
Dengan segala keterbatasan, mulai dari tidak bisa memasak hingga pandemi, usaha ini terbukti bertahan. Kini, Bruule mampu mempekerjakan 160 karyawan. Dan, selama tiga tahun, usaha ini mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 70% per tahunnya.
Tiga tahun berjalan, usaha ini sadar ada beragam segmen pasar yang bisa diraup. Karenanya usaha ini berkembang dan memiliki lini usaha lain yang menyajikan makanan khas Indonesia dengan nama RM Lokiin. Setelahnya menurut Sarila, usaha ini juga memiliki resto dengan nama Bruule House, yang rencananya akan menambah cabang di tahun ini.
Proses ini diyakini Sarila mampu dicapai karena kualitas produk makanan yang baik dan terus dijaga. Meski awalnya berjualan menggunakan media sosial, tak dipungkiri, omongan dari mulut ke mulut para pelanggannya juga membawa Bruule sampai sebesar ini.
“Tetap saja, mau punya kampanye seperti apa pun, mau seviral apa pun, kalau produknya memang tidak enak, pelanggan tidak akan beli lagi. Kami perlu untuk mematangkan produk kami dulu. Dan juga lebih mengenal para pelanggan kami,” katanya.