Citrakara Watch Robby

Beberapa kali mendalami dan mengawal keberlangsungan UKM, Nanda tidak banyak menemukan klien seperti Robby. Tidak seperti kebanyakan pelaku usaha lain yang bersifat sebagai distributor, Robby membuat barang dagangannya dari nol.

Citrakara Watch, toko kecil ini gagah berdiri di antara gedung-gedung bertingkat ibukota. Seperti nama Citrakara, Robby seperti berhasil melukis dalam angan dan menghadirkannya ke dunia nyata.

Berupa jam tangan lokal, berbahan dasar kayu. Desain simpel, tanpa tulisan angka, setiap model jam diberi nama tokoh pewayangan.

“Sebelum mulai presentasi, saya mau apresiasi dulu barang jualannya Mas Robby.” Ucap Nanda saukms.or.id/l menangkupkan dua tangan.

“Jam tangannya unik karena dibuat dari kayu. Kualitas bagus, saya sudah coba pakai kemarin. Tampilan sederhana, namun elegan, jelas masih menyasar kelas menengah.”

Robby hanya tersenyum. Jelas ini bukan kali pertama orang memuji jam tangannya.

“Tapi kalau memang mantap, Nanda, kenapa toko saya masih sepi-sepi saja?” Senyumnya.

“Saya sudah memasarkan jam tangan saya melalui Instagram dan Facebook. Awalnya sempat ramai, tapi lama-lama kalah oleh banyak jam tangan lokal lain. Jangan tanya deh yang datang ke toko. Lebih sedikit lagi. Padahal momen tatap muka penjual-pembeli itu sakral loh. Tanya jawab. Kita dengar kisah mereka, dan sebaliknya. Mereka bilang jam tangan saya unik. Tapi, apa yang salah sekarang?”

Robby nyerocos menceritakan keluh kesahnya.

Momen tatap muka sakral. Nanda berpikir, melankoli klise seperti inilah yang justru menghambat perkembangan si pelaku usaha sendiri.

“Tidak ada yang salah dengan produk Mas Bobby. Malah, jam tangan ini memenuhi semua unsur marketing. Buatan dalam negeri, beda, target konsumen jelas. Masalah yang tersisa adalah bagaimana kita memasarkannya, Mas.”

Nanda mulai masuk ke topik pembahasan.

“Market pengguna jam ini arahnya ke millennial. Mereka juga lah pihak yang banyak menghabiskan waktu di depan layar hape, Mas. Jadi, kita harus fokus untuk mengoptimalkan toko online.”

“Bagaimana caranya, Nanda? Media sosial masih belum cukup?”

“Untuk langkah awal, itu sudah benar, Mas. Khususnya Instagram, soalnya itu media sosial yang paling menjangkau anak muda. Tugas saya lebih gampang sekarang, karena kita tidak berangkat dari nol. Kita punya toko fisik dan Instagram. Dua medium itu lebih dari cukup untuk kita menggebrak.”

“Toko online memang banyak diminati pembeli. Karena mereka bisa berbelanja dimana saja, kapan saja, tanpa perlu mengorbankan aktivitas di rumah dan kantor. Mereka memang tidak bisa mencoba produk, namun kebetulan dagangan Mas Robby jam tangan. Bukan baju atau celana yang ukurannya spesifik. Jadi aman untuk dijual online.”

Robby melipat tangan, jarinya memainkan janggut tipis di pipi.

“Saya harus ngapain sekarang?” Tanyanya singkat.

“Singkatnya, kita buat website Citrakara Watch dan harus bisa muncul di halaman pertama Google saat orang mengetik keyword ‘jam tangan’.”

Nanda menjawab saukms.or.id/l meniru gaya Robby yang melipat tangan. Menjadi cermin. Itu salah satu teknik yang dia pelajari untuk membuat lawan bicara merasa nyaman.

“Bagaimana cara memanipulasinya, Nanda?”

“Bukan manipulasi, Mas, tapi optimasi hehe. Ada banyak cara untuk itu. Misalnya, kita memang menyajikan barang atau tulisan dengan konten yang bagus. Ada yang namanya LSI, Latent Semantic Indexing, jadi Google me-ranking website berdasar kata yang berhubungan dengan keyword. Contohnya keyword ‘jam tangan’, berarti LSI-nya seperti arloji, watch, fashion, dan strap. Semakin banyak kata-kata yang berhubungan, website kita semakin mudah dicari, Mas.”

Nanda melihat kilatan cahaya di mata Robby. Nampaknya dia baru sadar, ini bukan hanya persoalan jual-beli barang.

Tanpa diminta, Nanda lanjut menjelaskan.

“Website kita juga harus mobile friendly, Mas. Jadi memang bisa dan nyaman dibuka di hape. Akan sulit jika hanya nyaman dibuka di laptop. Orang juga biasa belanja di sela-sela kesibukan kerja, pas jalanan macet, misal.”

“Nanti, website juga ada tombol ‘share’ ke media sosial. Orang sekarang hobi pamer, pembeli jam tangan Citrakara juga maunya pamer ke media sosial mereka setelah beres transaksi. Nah, kita perlu memfasilitasi itu.”

Robby berdehem. Dia nampak mulai membaca keadaan. Sejak awal dia keliru, barangnya memang bagus, tapi ini semua soal marketing. Dan dia buta akan hal itu.

“Web domain hosting yang murah sudah banyak sekarang, Mas. Harganya bersaing. Kita perlu tahu rinci untuk biaya bulanan, kapasitas memori, dan kapasitas data keluarnya.”

“Supaya pengunjung betah, kita juga harus memastikan kecepatan website kita mumpuni. Website kita akan penuh gambar, kita pastikan gunakan Google PageSpeed dan GTmetrix untuk mengetahui kecepatan halaman website, Mas.”

Robby mendadak berdiri dan menarik rambutnya ke belakang. Terlihat sekali dia banyak menerima informasi yang sama sekali tidak dia perkirakan.

“Akhirnya, Nanda. Puzzle itu lengkap juga. Memang sih, sudah banyak yang menyarankan saya untuk membuka toko online. Tapi baru kamu ini yang bisa menjelaskan lengkap.”

“Itu memang sudah tugas saya, Mas Robby, hehehe.”

Mereka bersamalaman. Erat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top