Sukses berjualan secara online selama 6 tahun, Berrybenka seolah berbalik arah dan melawan trend dengan fokus pada penjualan offline.
Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 20 toko offline yang tersebar di seluruh Indonesia sudah dibuka dan di tahun 2019 ini masih akan ditambah lagi sebanyak 12 toko baru dengan investasi sekitar Rp.300 juta – Rp.500 juta untuk setiap toko.
Apakah Berrybenka akan meninggalkan bisnis online dalam menjual produk fashionnya? Menurut Jason Lamuda, pendiri sekaligus owner dari Berrybenka dan Hijabenka, ternyata tidak.
Langkah bisnis yang dia tempuh merupakan upaya untuk mensinergikan penjualan online dengan offline. Offline harus bagus sementara online harus lebih baik lagi.
Diakui oleh Jason, pada saat pertama kali terjun di dunia bisnis fashion pikirannya langsung tertuju pada dunia online dan anti untuk membuka toko offline, karena toko offline bakal mati.
Namun pemikiran tersebut kemudian berbalik, justru setelah Berrybenka menuai sukses di dunia online.
Berrybenka Sukses bermain di pasar Online
Dalam pemikiran Jason saat ini, online adalah future dan merupakan channel baru untuk berjualan, namun offline masih sangat dibutuhkan untuk dapat mendongkrak penjualan serta meningkatkan kepercayaan konsumen.
Pentingnya kehadiran toko offline dapat dilihat dari masih ramainya mall-mall di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia pada Sabtu dan Minggu atau saat liburan.
Terlepas mereka berbelanja atau tidak, tapi saat melihat brand Berrybenka menghiasi salah satu mall, maka akan tumbuh kepercayaan dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan secara online.
Penetrasi yang dilakukan Jason dengan menggenjot pertumbuhan toko offline tidak membuat perhatiannya terhadap pemasaran online berkurang, tapi justru semakin ditingkatkan. Salah satu terobosan baru yang mulai dikembangkan pada tahun 2019 ini adalah membuka channel pemasaran berbentuk live streaming.
Berrybenka via Media Sosial
“Online masih akan tumbuh dengan pesat, karena itu kami masih akan gencar mempromosikan toko online dengan inisiatif-inisiatif baru,” demikian yang disampaikan Jason.
Dicontohkannya, jika 5 – 6 tahun yang lalu pemasaran produk fashion banyak dilakukan melalui facebook dan BBM, maka saat ini lebih banyak dilakukan melalui Instagram dan Youtube.
Berrybenka tidak hanya puas dengan pemanfaatan sosial media tesebut, tapi mencoba trend dari luar negeri yaitu berbelanja secara live streaming. Disinilah kehadiran toko offline sangat dibutuhkan, karena toko offline tersebut nantinya akan diusung ke dunia online.
Tidak hanya jalur pemasaran saja terobosan baru yang dikembangkan Jason Lamuda lewat Berrybenka, tapi juga jalur produksi.
Terbososan tersebut berupa penjualan brand sendiri, baik untuk Berrybenka maupun Hijabenka. Sehingga sejak tahun ini, Berrybenka dan Hijabenka sudah tidak lagi menjual brand dari partner.
Semua produk dikerjakan sendiri oleh Berrybenka dan Hijabenka lewat kerjasama yang dijalin dengan para pengusaha konveksi dan penjahit lokal yang jumlahnya ratusan, diluar karyawan Berrybenka yang jumlahnya sekitar 1550 – 160 orang.
Tujuannya memasarkan brand sendiri adalah untuk menjadikan Berrybenka sebagai brand fashion lokal ternama, setidaknya di Indonesia. Brand lokal dengan kualitas barang sebagus brand luar negeri.
baca juga
Belajar Bisnis Fashion dari Pemilik Brand Shafira
Belajar dari Milyader Muda Pemilik Brand Men’s Republic
1000.001 Ide Bisnis UKM Dengan Modal Mulai 100 Ribu
Jason merasa yakin akan dapat mewujudkan hal tersebut karena di Indonesia belum ada brand fashion yang sangat kuat dan Berrybenka ingin menjadi pemenangnya, sehingga Indonesia tidak dibanjiri brand-brand dari luar negeri.
Selain itu, keyakinan tersebut juga didasari dengan banyaknya penjahit di Indonesia yang bagus serta pertumbuhan industri tekstil yang baik, sehingga tidak sulit untuk memperoleh bahan baku. Tinggal membuat produk yang kreatif, menarik dan dengan harga yang tidak terlalu mahal. (*)