10 Must Not Miss Themes
Angkat Konten Lokal
Ada banyak alasan mengapa konten lokal mendapatkan tempat khusus di hati audiens. Namun, salah satu faktor utamanya adalah kedekatan. Bukan sekadar kedekatan dalam hal geografis saja, melainkan juga kedekatan emosi, kultural, dan historis.
Ketika sebuah merek memutuskan untuk mengambil latar belakang lokal dalam cerita yang dibuat, otomatis merek tersebut berbicara dengan bahasa yang sama dengan audiens yang dituju. Hal ini akan menciptakan suatu kedekatan emosional yang mendalam. Audiens akan merasa bahwa cerita tersebut adalah sesuatu yang relevan dengan mereka, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Sebagai contoh, fenomena tayangan Layangan Putus yang meraih kesuksesan besar. Meskipun pada dasarnya tayangan ini bisa saja menggunakan tema yang lebih universal, keputusan untuk mengeksplorasi kisah lokal menjadikannya lebih berkesan. Frasa “semakin dekat, semakin gue banget” dengan cermat menggambarkan fenomena ini. Bagi banyak audiens, melihat kisah yang seringkali terjadi di lingkungan sekitar atau mendengar dialek dan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari membuat mereka merasa lebih terlibat dan terhubung dengan cerita tersebut.
Belum lagi, keberagaman kultur dan tradisi di berbagai daerah yang menawarkan sumber cerita yang tak ada habisnya. Setiap daerah memiliki cerita unik, legenda, mitos, serta nilai-nilai yang dapat dieksplorasi untuk menciptakan konten yang menarik. Mi Instan Indomie menjadi salah satu merek yang sukses mengusung cerita lokal tentang cita rasa lokal khas Indonesia melalui varian rasa.
Rebut Hati dengan Komedi
Siapa yang tidak suka tertawa? Sebuah tawa yang tulus, sekalipun hanya sesaat, dapat meninggalkan kesan mendalam dalam hati dan pikiran seseorang. Ketika berbicara tentang seni bercerita atau storytelling, humor seringkali menjadi salah satu unsur kunci untuk membuat kisah menjadi lebih menarik dan mudah diterima. Di era digital saat ini, di mana perhatian audiens sangat terpecah-pecah, membangun koneksi emosional melalui humor menjadi semakin penting.
Salah satu kekuatan terbesar dari humor adalah kemampuannya untuk menarik perhatian. Dalam dunia yang penuh dengan distraksi, membuat audiens tertawa adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan mereka mendengarkan cerita yang disampaikan. Tidak hanya itu, humor juga dapat memudahkan penyampaian cerita yang mungkin tidak mudah untuk disampaikan, dengan mengemasnya dalam bentuk yang lebih ringan dan dapat diterima.
Dalam dunia pemasaran, banyak merek yang telah menyadari bahwa humor dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Sebab, meski zaman semakin modern, kebutuhan manusia untuk tertawa tidak pernah berkurang, dan humor bisa menjadi alat paling efektif bagi merek untuk meninggalkan kesan positif dalam benak audiens.
Dengan memasukkan unsur humor dalam iklan atau kampanye mereka, merek-merek ini tidak hanya meningkatkan brand awareness, tapi juga membangun hubungan yang lebih mendalam dengan konsumennya. Mereka tidak lagi hanya dilihat sebagai “merek”, namun sebagai sahabat yang bisa membuat konsumen tertawa dan merasa dihargai.
Namun demikian, merek juga perlu memastikan jenis humor yang digunakan. Apakah sesuai dengan merek, dan bisa diterima dengan baik oleh audiens atau tidak.
David Vs. Goliath
Dalam Sejarah, kisah-kisah tentang kelompok kecil yang melawan kelompok besar selalu mendapat tempat khusus di hati masyarakat. Contohnya, kisah David melawan Goliath, cerita yang menggambarkan harapan, keteguhan, dan keberanian. Dalam buku David and Goliath: Underdogs, Misfits, and the Art of Battling Giants karya Malcolm Gladwell, Malcolm menyoroti bagaimana kelebihan bisa menjadi kelemahan, dan sebaliknya.
Misalnya, Goliath yang besar dan kuat sebenarnya memiliki kelemahan, karena ukurannya itu sendiri. Sementara David, dengan ukurannya yang kecil, menggunakan kecerdasan dan strategi untuk mengalahkan Goliath. Analoginya, konsep “kecil-kecil cabe rawit” merepresentasikan bagaimana seseorang yang tampak lemah, ternyata memiliki kekuatan luar biasa dan bisa melawan seseorang yang tampaknya lebih kuat.
Sudah menjadi rahasia umum banyak merek-merek kecil berhasil menyaingi raksasa industri dan memenangkan persaingan. Kisah-kisah si kecil melawan si besar memiliki daya tarik besar bagi audiens. Pasalnya, dalam kemenangan si kecil yang merupakan representasi kebanyakan orang atau merek, ada harapan dan optimisme.
Ada beberapa strategi David versus Goliath yang dapat diadopsi merek. Pertama, identifikasi segmen pasar spesifik yang Anda ingin tuju, dan jadilah yang terbaik di situ. Kedua, manfaatkan kemitraan. Ketiga, ubah aturan main. Jangan terpaku pada sistem lama. Keempat, manfaatkan ukuran Anda. Kelebihan dari merek-merek rintisan adalah fleksibilitas dan kemampuan untuk mendekat ke pelanggan. Kelima, percaya diri.
Anda siap melawan Goliath?
Suguhkan Testimoni
Di era digital ini, di mana informasi sudah tersebar luas dan konsumen memiliki akses mudah ke berbagai pilihan, penting bagi merek untuk menonjol dan membangun kepercayaan. Salah satu cara efektif mendapatkan kepercayaan adalah testimoni atau kisah nyata dari konsumen.
Berbeda dengan kisah pemasaran fiksi atau iklan yang direkayasa atau dibuat-buat, testimonial story adalah cerita autentik yang berasal langsung dari konsumen. Ini merupakan narasi personal yang menceritakan pengalaman mereka dalam menggunakan produk atau layanan merek, baik itu positif maupun negatif.
Faktanya, konsumen saat ini lebih mempercayai rekomendasi dari individu lain, dibandingkan dengan klaim merek. Mereka merasa, testimoni merupakan sumber informasi yang lebih obyektif dan tidak bias. Dengan kata lain, testimoni memberikan gambaran yang lebih jujur dan transparan tentang suatu produk atau layanan.
Kekuatan utama dari testimonial story terletak pada autentitasnya. Semakin organik dan autentik sebuah testimoni semakin besar kemungkinan konsumen akan percaya dan merasa terhubung dengan testimoni tersebut. Bahkan, semakin personal sebuah cerita, semakin universal pesan yang diusungnya.
Anti-Mainstream
Dalam dunia penceritaan, jamak cerita yang memiliki formula yang sudah dapat diprediksi oleh penonton. Namun, ada pesona unik dalam menceritakan sebuah cerita dengan pendekatan kontrarian.
Membuat cerita yang anti-mainstream bisa menjadi penyegar. Karena kisah dengan pembawaan yang tidak umum, justru menarik karena dibawakan dengan cara yang berbeda dari kebanyakan cerita.
Contohnya adalah pemilihan komedian Marshel Widianto dan Babe Cabita untuk brand ambassador MS Glow pada tahun 2022. Pemilihan kedua komedian ini tidak lazim dilakukan untuk merek kosmetik. Umumnya, pemilihan untuk model dari produk kosmetik biasanya menggunakan perempuan yang berkulit mulus, berwarna kulit terang, dan cantik.
Sama halnya yang dilakukan Pantene pada tahun 2022. Merek ini terkenal dengan Anggun C Sasmi sebagai model iklannya, dan selazimnya merek sampo, menggandeng Anggun adalah hal yang sesuai. Namun, merek memutuskan menggandeng Keanu Angelo, seorang selebgram pria berambut panjang sebagai model iklannya.
Kisah kontrarian seringkali meninggalkan kesan yang kuat pada audiens karena mereka tidak akan mengalaminya dalam setiap cerita sehari-hari. Ini dapat membuat cerita Anda lebih berkesan dan dikenang.
I Have a Dream
Ihave a dream, baik yang dikatakan Martin Luther King, ataupun dinyanyikan ABBA merepresentasikan setiap orang. Bahwa setiap orang memiliki mimpi yang ingin dicapai. Perjalanan mencapai impian menjadi hal yang mampu memainkan emosi, menarik simpati dan antusiasme penonton.
Seperti Laskar Pelangi. Kisah anak-anak muda asal Belitung yang bermimpi melihat dunia mampu menarik simpati dan antusiasme para penyimaknya. Storytelling memiliki kekuatan untuk membawa kita ke dunia di luar kenyataan, menghadirkan kisah-kisah yang memesona, dan menjual impian kepada kita. Di balik setiap produk yang laris, merek yang berjaya, atau tujuan yang tercapai, seringkali ada kisah inspiratif yang menggambarkan perjalanan menuju impian.
Dalam menyusun cerita perjuangan dalam meraih impian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan terlebih dahulu. Tentukan apa yang membuat audiens Anda tertarik. Apa yang menjadi impian atau aspirasi mereka? Apakah itu kesuksesan finansial, hubungan yang kuat, atau perjalanan petualangan? Identifikasi impian ini dan gunakan sebagai fokus cerita.
Setiap impian memiliki tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Ceritakan perjuangan yang dihadapi karakter utama dalam mencapai impian mereka. Ini memberikan dimensi dan konflik yang penting dalam cerita. Lalu, bangun karakter utama yang kuat dan bisa dicontohkan. Karakter ini harus memiliki sifat-sifat yang mengilhami seperti tekad, ketabahan, dan keberanian.
Pursuit of Happiness
Dalam film Pursuit of Happyness, aktor Will Smith dan putranya Jaden Smith melalui serangkaian cobaan yang berakhir manis. Cerita keduanya mengajarkan bahwa kebahagiaan tak melulu berwujud material.
Begitu pula dengan konsumen. Layaknya manusia, konsumen memiliki kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang membuatnya merasa hidup. Kebahagiaan kecil yang kadang sering terlupa entah akibat rutinitas ataupun masalah yang dihadapi.
Merek dapat mengeksplorasi kebahagiaan kecil apa yang berharga bagi setiap konsumennya. Merek harus terlebih dahulu mengidentifikasi apa masalah yang menghalangi kebahagiaan kecil tersebut.
Contohnya seperti iklan Sariwangi pada tahun 2017. Iklan tersebut mengisahkan anak yang ingin menonton konser, namun ayahnya melarangnya lantaran khawatir dengan keselamatan anaknya. Dalam konklusinya, merek ingin menunjukkan bahwa setiap masalah dapat dibicarakan dalam kondisi yang tenang, salah satunya usai minum teh bersama.
Proses kreatif ini menuntut merek mendesain cerita serelevan mungkin dengan konsumen. Mulai dari apa yang menjadi kebahagiaan dan masalah yang dihadapi konsumen. Karena konten yang disampaikan haruslah mampu membuat konsumen mengingat kebahagiaan kecil mereka. Seperti kumpul keluarga di saat idulfitri atau natal atau liburan bersama.
How to dan Live Hack
Berdasarkan riset Social Media Today, ada tiga jenis konten di media sosial yang paling disukai dan kerap digunakan sebagai media pemasaran, antara lain konten tips dan trik, video sketsa, serta tutorial penggunaan produk.
Dari tiga jenis konten yang paling disukai, sebesar 60% konsumen memproduksi konten terkait kebutuhan fungsional seperti kebutuhan pribadi, alat mandi, maupun makanan dan minuman favorit. Sedangkan sisanya, 40% kebutuhan konsumen merupakan kebutuhan emosional.
Konten tips sangat digemari. Hal ini bisa dilihat konten-konten video YouTube yang mengangkat kiat-kiat yang jumlah viewers hampir selalu sangat banyak. Tipsnya pun kebanyakan menyangkut hal-hal sederhana dan remeh seputar kehidupan manusia. Namun, tips tersebut sangat berguna bagi audiens yang awam sesuatu yang ingin dipecahkan melalui tips tersebut. Misalnya, kiat mudah mengatasi mesin pompa air yang mati.
Konten tersebut menjadi sumber daya berharga yang memberikan panduan praktis kepada pembaca tentang cara melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien. Ada banyak alasan konten tersebut digemari. Konten tersebut mengedukasi pembaca terkait keterampilan baru dalam memecahkan masalah.
Merek bisa menyajikan konten-konten seperti ini dalam rangka membangun engagement dengan pelanggannya. Konsumen dibekali dengan pengetahuan akan keterampilan khusus saat menghadapi masalah dengan produk yang ia beli. Misalnya, merek penyedia layanan internet membekali pelanggannya dengan kiat-kiat mengatasi masalah internet lemot atau mati.
Kisah Personal
Cerita personal sangat membantu dalam membangun brand image dan brand positioning bagi seorang pemasar. Biasanya, merek akan memilih tokoh-tokoh tertentu sebagai ambassador guna memperkuat citra yang disesuaikan dengan kedua hal tersebut. Cerita yang disajikan biasanya menyasar sisi human interest atau psikologis agar semakin dekat dengan konsumen yang dibidik.
Selain mampu menggugah emosi manusia, narasi human interest mampu membuat audiens lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pemasar. Kemudahan ini diperoleh karena narasi human interest yang dibuat oleh manusia, objeknya manusia, audiensnya juga manusia. Keterkaitan emosional inilah yang menjadi kelebihan narasi human interest dibandingkan narasi lainnya.
Banyak kisah-kisah personal dari para pendiri perusahaan dan merek besar diangkat dalam film. Sebut saja The Founder yang mengangkat kisah Ray Kroc yang mengembangkan jaringan McDonald’s, film Jobs yang mengisahkan liku-liku Steve Jobs mendirikan dan membesarkan Apple, atau The Social Network yang mengusung kisah Mark Zuckerberg mendirikan Facebook (sekarang Meta).
Kisah-kisah personal dan kental dengan human interest selalu menarik. Kisah-kisah ini tidak harus tokoh besar seperti para pendiri, tetapi juga kisah-kisah konsumen dari kalangan biasa. Misalnya, kisah seorang konsumen yang memiliki relasi kuat dengan sebuah merek. Merek tersebut terbilang ikonik baginya dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah hidupnya.
Glitz and Glam
Cerita glamor dewasa ini kerap ditemui dalam konten-konten pemasaran di media sosial. Uniknya, cerita ini bersentimen positif dan negatif yang berseliweran dan menjadi perhatian publik. Pemilihan tema ini tentunya disesuaikan dengan segmen tertentu, seperti segmen high-end atau sosialita.
Konten glamor yang bersentimen positif biasanya datang dari produk-produk aksesori, seperti jam tangan mewah, tas, kendaraan, dan sejenisnya. Rafi Ahmad, misalnya, menjadi salah satu pesohor yang kerap memamerkan kehidupan glamor di setiap kontennya seperti pamer mobil mewah.
Cerita-cerita seperti itu sangat menarik perhatian masyarakat Indonesia, terutama bagi orang yang tidak banyak tahu asal-usul harta kekayaannya. Bagi seorang pemasar, cara tersebut bisa dimanfaatkan untuk media promosi yang kerap dikenal sebagai show business atau showbiz.
Cara seperti ini pula yang kerap dilakukan oleh Raffi Ahmad dan koleganya. Bagi sebagian orang, cerita-cerita glamor sangat disukai lantaran bisa menambah kepercayaan diri dan meningkatkan gengsi bagi yang melakukannya. Tak jarang melalui cara seperti ini bisa meningkatkan penjualan dan kepercayaan dari konsumen.
Bahkan, event-event berkelas seperti Oscar bisa menjadi ajang untuk menampilkan cerita-cerita glamor tersebut. Para aktor dan aktris yang hadir bisa memamerkan busana atau aksesori tertentu sebagai sarana branding.