Influencer Marketing Makin Sakti

Influencer Marketing Makin Sakti , Semakin hari, efektivitas orang-orang berpengaruh dalam memengaruhi keputusan pembelian secara online kian bertumbuh. Pembeli yang didominasi oleh kaum muda Gen Z dan Milenial memilih produk yang direkomendasikan influencer.

Influencer marketing telah menjadi salah satu strategi pemasaran paling efektif di era digital. Pengaruh para influencer dalam membentuk keputusan pembelian konsumen semakin kuat. Hal ini terutama terlihat di kalangan generasi muda yang sangat terhubung dengan media sosial. Banyak perusahaan memanfaatkan strategi ini untuk meningkatkan brand awareness. Selain itu, strategi ini juga digunakan untuk membangun kepercayaan dan mendorong konsumen membuat keputusan pembelian.

Platform manajemen kemitraan, Impact.com berkolaborasi dengan Cube Asia kembali meluncurkan riset terbaru terkait dengan pengaruh influencer marketing terhadap penjualan. Dalam penelitian bertajuk E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia ditemukan sebanyak 88% konsumen Indonesia membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang efektivitasnya hanya sebesar 82%. 

Adapun penelitian ini melibatkan sebanyak 2.400 responden di Singapura, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Responden yang terlibat di masing-masing negara sebanyak 400 orang dengan usia 18 hingga 77 tahun. Secara terperinci, sebanyak 82% responden di ASEAN pernah membeli produk yang direkomendasikan influencer.

Persentase tersebut meningkat sebesar lebih dari 3% dibandingkan penelitian pada tahun lalu. Sedangkan responden yang tidak pernah melakukan pembelian atas rekomendasi influencer hanya sebesar 18%. Persentase ini menurun 3% dibandingkan penelitian pada tahun lalu. 

Dari sisi produknya, tiga kategori teratas yang sangat dipengaruhi influencer yakni kecantikan sebesar 58% dengan peningkatan 5% dibandingkan tahun lalu. Kemudian diikuti oleh kategori fesyen dan groceries. Kedua kategori ini memiliki persentase sebesar 55% dan 36% dengan peningkatan sebesar 7% serta 3%. Grafik 1.

Image or Photo Marketeers Max

Untuk platformnya, YouTube dan Facebook masih menjadi media sosial yang paling populer baik di tingkat ASEAN maupun di Indonesia. Secara rinci, YouTube memiliki tingkat popularitas sebesar 88% dan 84%. YouTube mengalami peningkatan sebesar 2% dan Facebook mengalami penurunan 2% di ASEAN.

TikTok dan Instagram pada peringkat berikutnya dengan persentase 79% dan 77% di ASEAN. Sedangkan di Indonesia persentasenya 77% dan 87%. Secara rata-rata konsumen di ASEAN menggunakan media sosial 90% di antaranya YouTube, Facebook, dan TikTok. Grafik 2.

Image or Photo Marketeers Max

Penelitian ini memperkuat penelitian yang sebelumnya telah dipublikasikan bertajuk The Power of Influence – E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia. Pada penelitian tersebut, influencer hanya memengaruhi keputusan pembelian sebesar 87%, terutama bagi kalangan Gen Z dan Milenial.

Antoine Gross, General Manager Asia Tenggara dan India, impact.com menjelaskan, laporan ini mengungkap bahwa Indonesia, sebagai pasar e-commerce terbesar di ASEAN, menguasai 42% dari total pasar, jauh melampaui Thailand yang hanya mencapai 16% dan Filipina sebesar 12%. Untuk platformnya, Instagram dan YouTube adalah platform yang paling populer, masing-masing dengan tingkat penggunaan 87%, disusul oleh TikTok di angka 77%. 

Sedangkan dari sisi jenis influencer-nya, mega influencer, selebritas, dan makro influencer terbukti memiliki pengaruh besar. Tercatat, ketiga jenis influencer ini memengaruhi keputusan pembelian sebesar 70%, 69%, dan 62%.

baca juga

    “Berbeda dengan rata-rata di ASEAN, pengaruh rekomendasi influencer lebih kuat di Indonesia, di mana 88% konsumen membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer, dibandingkan dengan 82% di tingkat regional. Influencer memiliki dampak paling besar pada pembelian produk kecantikan sebesar 64% dan fesyen 70%, menegaskan peran penting mereka dalam kedua kategori ini,” kata Antoine.

    Di ASEAN, lanskap e-commerce berkembang dengan cepat, bukan hanya dalam hal pertumbuhan, tetapi juga dalam kebutuhan akan diferensiasi strategis. Saluran periklanan tradisional semakin kehilangan daya tarik karena konsumen kini lebih tertarik pada konten yang autentik dan menarik. Dengan fakta tersebut, kata Antoine, strategi influencer marketing kini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan. 

    Hal itu karena influencer tidak hanya mendorong konversi produk fisik, tetapi juga di sektor-sektor yang berkembang pesat seperti perjalanan online dan layanan berlangganan. “Kami menemukan bahwa pengaruh rekomendasi influencer sedang mengubah cara merek berinteraksi dengan audiens mereka. Merek yang tidak beralih ke pemasaran influencer berisiko tertinggal,” ujarnya.

    Sementara itu, dalam penelitian sebelumnya yang bertajuk Power of Influence – E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia, influencer hanya memengaruhi keputusan pembelian sebesar 87%. Myre Gustam, Country Lead impact.com untuk Indonesia menuturkan, survei ini melibatkan sebanyak 400 responden di Indonesia. Secara terperinci, demografi responden yang terlibat, yakni usia 18-24 tahun sebanyak 22,75%, kemudian usia 25-34 tahun sebanyak 47,25%, dan usia 35-44 tahun sebanyak 21,50%.

    “Produk yang paling sering dibeli oleh mayoritas responden adalah produk fesyen dan sepatu, mencapai 67%. Kemudian, produk kecantikan mendapat perhatian dengan 61% responden. Sementara produk elektronik juga menarik minat pasar sebanyak 40%,” kata dia.

    Myre menyebut, temuan lain dari penelitian ini adalah konsumen Indonesia menyambut baik kebangkitan influencer berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sebagian besar dari responden menunjukkan sikap netral atau bahkan mendukung kemungkinan munculnya jenis influencer tersebut, dengan 88% dari responden menyatakan netral atau mendukung.

    Di sisi lain, hanya sebagian kecil, kurang dari 18%, yang merasa kecewa atau sedih ketika mengetahui bahwa influencer yang mereka ikuti adalah AI. Hal yang menarik adalah lebih dari 21% responden bahkan merasa senang dan antusias tentang prospek penggunaan AI di dunia influencer.

    “Temuan ini menggambarkan bahwa konsumen Indonesia memiliki sikap yang terbuka dan menerima terhadap kehadiran teknologi ini,” ujarnya. 

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top