Kompas Gramedia

Jakob Oetama Kompas Gramedia

ukms.or.id/ – Siapa tak kenal Kompas Gramedia? Salah satu perusahaan media besar di Indonesia. Mulai dari koran, televisi, hingga media online. Mulai dari menyediakan berita-berita hingga acara hiburan. Dibalik kesuksesan Kompas Gramedia, Ada Jakob Oetama yang menjadi salah satu founder KG, singkatan Kompas Gramedia. Artikel ini akan membahas tentang siapa Jakob Oetama, bagaimanakah kisah perjalanan karir Jakob Oetama dan juga bagaiamana perkembangan Kompas Gramedia hingga saat ini.

Siapa Jakob Oetama

Bersama dengan rekannya, Jakob Oetama memulai kesuksesan KG dari penerbitan majalah. Siapa Jakob Oetama? Jakob Oetama lahir di Borobudur, Kabupaten Magelang pada hari minggu, 27 September 1931. Jakob yang beragama katolik ini tinggal dan besar di Yogjakarta. Ayahnya merupakan seorang guru di Sleman, Yogyakarta. Jakob menempuh pendidikan sekolah menengahnya di SMA Seminari Yogyakarta. Setelah lulus dari sana, mengikuti jejak ayahnya Jakob menjadi staff pengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) selama setahun pada 1952 hingga 1953, setelahnya menjadi Guru Sekolah Guru Bantu (SGB) di Bogor selama setahun pula dan terakhir menjadi guru di SMP Van Lith Jakarta selama dua tahun setelahnya.

Jakob yang memiliki 4 orang anak itu sempat bekerja sebagai redaktur Mingguan Penabur Jakarta selama tujuh tahun. Disela-sela pekerjaannya itu, Jacob melanjutkan studi di bidang jurnalisme dengan menempuh pendidikan di Perguruan Publisistik Jakarta dan Jurusan Publisistik di universitas Gajah Mada Yogyakarta (tahun 1961).

Profil Jakob Oetama dan Perkembangan Kompas Gramedia ,  juga pernah menerima gelar doctor honoris causa ke-18 Universitas Gajah Mada pada April 2003. Menurut Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto, sebagai promotor, dalam penilaiannya menyatakan bahwa jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme sangat merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan. Pengaruh pada kehidupan pers di Indonesia dinilai sangat nyata.

Profil Jakob Oetama dan Perkembangan Kompas Gramedia

Bahkan tahun lalu, Jakob juga mendapat anugrah gelar yang sama, doktor Honoris Kausa di bidang ilmu jurnalistik dari Universitas Sebelas Maret Solo. Tepatnya pada hari Jumat 5 September 2014 yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional Senayan, Jakarta. Kok di Jakarta, UNS kan di Solo? Yup, ini dikarenakan alasan kesehatan sehingga Jacob tidak bisa datang ke Solo untuk menghadiri prosesi penganugerahan gelar doktor kehormatan. Sidang tersebut dihadiri menteri pendidikan kala itu, Mohamad Nuh juga Wakil Menteri Ibu Wiendhu Nuryanti dan Musliar Kasim.

Saat ini Jakob merupakan Presiden Komisaris Kompas Gramedia. Kekuasaannya saat ini tidak serta merta didapat walau ia merupakan pendiri KG. Sebelumnya Jakob menjadi Ketua Editor majalah bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden Direktur Kompas Gramedia. Jacob pernah pula berkiprah dalam organisasi, baik di tanah air maupun luar negeri. Jocob pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), dan bahkan Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.

Karya tulis yang pernah ditulis Jakob adalah Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin yang merupakan skripsi di Fisipol UGM pada tahun 1962; Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, tahun 2001), serta Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).

Kisah Sukses Jakob Oetama

Kelahiran Kompas Gramedia ditandai dengan pendirian majalan Intisari yang memiliki tema seputar ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia teknologi yang secara resmi diterbitkan pada Agustus 1963. Saat itu tahun 1963, bersama degnan P.K. Ojong mereka mengembangkan majalah tersebut.

Awal mulanya karena terinspirasi oleh majalah Reader’s Digest Amerika. Majalah Intisari akhirnya dibuat dan terbit setiap satu bulan sekali. Edisi perdana Majalah Intisari dicetak hingga 10.000 eksemplar dan ludes terjual. Majalah Intisari saat itu mirip dengan Star Weekly yang hitam-putih dan tanpa cover (atau biasa dikenal dengan kulit muka dalam dunia jurnalistik). Ukurannya 14 X 17,5 cm yang memuat 128 halaman. Logo “Intisari” yang digunakan saat itu sama dengan logo rubrik senama di Star Weekly.

Lepas dua tahun setelah majalah intisari terbit yaitu tanggal 28 Juni 1965, Jakob dan Ojong mendirikan perusahaan sebuah surat kabar harian yang diberi nama Kompas. Kompas merupakan nama yang diusulkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Bapak Ir. Soekarno yang sempat ikut berdikusi dengan Jakob dan juga Tim pengurus Yayasan Bentara Rakyat.

Surat kabar Kompas tersebut dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai independen sumber berita yang dicari secara mandiri, juga mengedepankan kecermatan di bidang profesi dan moral pemberitaan. Kompas secara signifikan berkembang menjadi surat kabar yang berkualitas dengan isi yang informatif dan juga edukatif. Itulah cikal bakal Kompas Gramedia.

Menilik perkembangan sekarang, Kompas Gramedia menjelma menjadi media yang sangat besar di Indonesia. Di bawah pengendalian Jakon Oetama, Kompas Gramedia melebarkan sayap ke berbagai unit bisnis media lainnya.

Perjalanan Kompas Gramedia

Kompas Gramedia terus menerus mengembangkan bisnis. Dimulai dari Majalah Intisari di tahun 1963, kini bisnis tersebut berkembang sangat pesat. Dari tahun – ketahun, berikut sejarah perjalanan kompas gramedia yang didirikan oleh Jakon Oetama dan P.K. Ojong.

baca juga

    Profil Jakob Oetama dan Perkembangan Kompas Gramedia

    Tahun 1963

    Majalah Intisari hadir setiap satu bulan sekali. Penerbitan perdana pada tanggal 17 Agustus tahun 1963. Ide awal dari Majalah asal Amerika, Reader’s Digest.

    Tahun 1965

    Tepat tanggal 28 Juni 1965, Surat Kabar KOMPAS terbit. ide menerbitkan koran untuk melawan pers komunis. Awalnya, KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman. Kemudian terbit 4 kali dalam seminggu. Dan kini kita ketahui hadir setiap hari.

    Tahun 1970

    Diversifikasi bisnis kompas gramedia dengan mendirikan toko buku Gramedia. Toko pertama buku gramedia adalah sebuah toko kecil berukuran 25 m2, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat

    Tahun 1971

    Didirikannya percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan. Percetakan tersebut mulai beroperasi pada Agustus 1972, dan diresmikan pada 25 November 1972 oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin. Seiring berjalannya waktu, sistem percetakan gramedia menggunakan teknologi baru, yaitu sistem cetak jarak jauh. Sistem ini pertama kali didirikan pada tahun 1997 di Bawen, dan dilanjutkan dengan kota-kota lainnya. Seperti di Makasar (Oktober 1998), di Surabaya (November 1999), di Palembang (Juni 2001), di Medan (Juni 2003), di Banjarmasin (Agustus 2002), di Bandung I (Februari 2006), Bandung II (Januari 2007), dan di Bali (Maret 2009).

    Tahun 1972

    Kompas Gramedia mendirikan radio, yakni Radio Sonora. Radio Sonora didirikan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

    Tahun 1973

    Penerbitan majalah Bobo pada 14 April. Kemudian berkembang dan merambah ke segmen remaja, wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan umum, yang semuanya tergabung dalam unit bisnis Kelompok Majalah.

    Tahun 1974

    Tahun ini didirikan unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) yaitu penerbit buku umum. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila karya Marga T.

    Tahun 1976

    Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis PT Gramedia Film. Saat itu, selain menggarap film-film dokumenter, Gramedia Film juga membuat film cerita. Salah satu film cerita yang berprestasi adalah Suci Sang Primadona yang mendapat Piala Citra.

    Tahun 1981

    Pendirian usaha di luar jurnalistik dengan membangun unit bisnis perhotelan, dimulai dengan PT Grahawita Santika (PT GWS) pada tanggal 22 Agustus 1981. PT GWS pertama kali membeli Hotel Soeti di Jl. Sumatera, Bandung, yang kemudian di renovasi dan diganti menjadi Hotel Santika Bandung. Kini hotel Santika tersebar di banyak kota di Indonesia.

    Tahun 1984

    Penambahan rubrik bola pada 3 Maret 1984 setiap hari jumat. 4 tahun lepas itu, Jakob menggagas Tabloid BOLA. Dalam perkembangannya, BOLA menambah bauran produk dalam bentuk buku juga majalah. Tidak hanya terpaku pada dunia olahraga, BOLA merambah ke bidang kesehatan, dengan diterbitkannya Tabloid SENIOR, dan kemudian berubah menjadi Tabloid Gaya Hidup Sehat

    Tahun 1985

    Tepat 15 Januari kala itu didirikan unit usaha yang khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo. Khusus untuk buku-buku ajar, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah, pada 20 September 1990 didirikan penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), dan kemudian pada 1 Juni 1996 juga didirikan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), kemudian Penerbit Buku Kompas, yang antara lain mendaur ulang tulisan-tulisan yang pernah dimuat di harian KOMPAS.

    Tahun 1987

    Pengaukms.or.id/lalihan kepemilikan harian Sriwijaya Post di Palembang.

    Tahun 1988

    Pengaukms.or.id/lalihan surat kabar mingguan Surya, yang didirikan oleh perusahaan penerbitan koran Pos Kota pada tahun 1986, dan kemudian diubah menjadi Harian Pagi Surya. Juga pendirian PT Graha Kerindo Utama (GKU) sebagai perusahaan converting tissue berkualitas dengan brand Tessa dan Multi.

    Tahun 1996

    Pendirian PT. Grahanusa Mediatama yang menerbitkan Tabloid KONTAN. Tabloid tersebut terbit pertama kali pada 27 September 1996.

    Tahun 1998

    Kompas Online dengan url kompas.com mulai dikembangkan. Pada tahun 1998, Kompas Online berkembang menjadi unit bisnis tersendiri dibawah naungan PT Kompas Cyber Media (KCM).

    Tahun 1999

    Penerbitan Harian Warta Kota, tepatnya pada tanggal 3 Mei 1999 dengan tujuan untuk memberikan informasi yang lebih khas bagi warga Jabodetabek. Diawali dari koran 12 halaman, Warta Kota terbit setiap hari Senin sampai Sabtu. Dengan mempertimbangkan respon yang baik dari para pembaca, pada tahun 2001 diterbitkan pula Warta Kota edisi hari Minggu.

    Tahun 2000

    Tahun 2000, didirikan PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, tepatnya tanggal 22 Maret. Dikenal dengan TV7. Pada perkembangannya TV7 resmi berubah nama menjadi Trans7 pada tanggal 15 Desember 2006 dengan masuknya PT Trans Corporation dalam kepemilikan saham.

    Tahun 2005

    Di dunia pendidikan, diversifikasi dilakukan pada 25 November 2005 ditandai dengan pendirian Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang dikelola oleh Yayasan Media Informasi Kompas Gramedia.

    Tahun 2009

    Lingkungan bisnis media cetak yang diarahkan untuk melakukan transformasi menuju era digital menggiring Kompas Gramedia pada awal tahun 2009 menjajal bisnis media televisi. Bisnis KOMPAS GRAMEDIA TV sekaligus juga mempersiapkan terbentuknya KOMPAS GRAMEDIA TV Network, Kompas Channel, KOMPAS GRAMEDIA Vision, dan Kompas TV.

    Begitulah Profil Jakob Oetama dan Perkembangan Kompas Gramedia, yang didirikan oleh Jakob Oetomo beserta rekannya, hingga kini Kompas menjadi sebuah bisnis yang memiliki banyak unit, dari sabang hingga merauke, dengan menampung beribu-ribu jumlah tenaga kerja, .

    You May Also Like

    More From Author

    + There are no comments

    Add yours