Kopi Tuku

Kopi Tuku: Dari Kedai Kecil ke Nama Besar di Stasiun MRT Cipete Raya

ukms.or.id/ Kopi Tuku: Dari Kedai Kecil ke Nama Besar di Stasiun MRT Cipete Raya , Kalau kamu penggemar kopi lokal, nama Kopi Tuku pasti sudah nggak asing lagi di telinga. Dari awalnya kedai kecil di daerah Cipete, kini Kopi Tuku berhasil melangkah lebih jauh dengan membeli hak penamaan (naming rights) untuk Stasiun MRT Cipete Raya. Yup, sekarang kamu nggak lagi turun di Stasiun Cipete Raya biasa, tapi di Stasiun Cipete Raya Tuku. Tapi, gimana sih perjalanan Kopi Tuku sampai bisa jadi seikonik ini? Dan berapa sih nominal yang dikeluarin buat beli nama stasiun ini? Yuk, kita kupas tuntas!


MRT Jakarta dan Konsep Naming Rights

Sebelum bahas Tuku, kita perlu paham dulu apa itu naming rights. MRT Jakarta udah lama buka peluang buat kerja sama dengan berbagai pihak—mulai dari BUMN, BUMD, sampai usaha swasta. Nah, naming rights ini adalah kesempatan buat perusahaan atau brand untuk punya hak menggunakan namanya di stasiun MRT. Gampangnya, nama stasiun yang tadinya cuma “Cipete Raya” sekarang berubah jadi “Cipete Raya Tuku”. Branding banget, kan?

Menurut Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat, kerja sama ini dilakukan dengan konsep “win-win cooperation”. Artinya, MRT dapat tambahan pemasukan non-tiket, sementara Tuku dapat exposure yang lebih luas. Bisa dibilang, ini strategi marketing yang nggak cuma pintar, tapi juga unik. Soalnya, nggak banyak brand lokal UMKM yang berani ngambil langkah sebesar ini.


Kopi Tuku: Lokal Banget, Tapi Global Vibes

Kalau flashback ke awal berdirinya, Kopi Tuku itu beneran UMKM tulen. Didirikan oleh Hendri Kurniawan, Kopi Tuku awalnya cuma kedai kecil di Cipete yang menjual kopi lokal dengan harga terjangkau. Tapi, berkat racikan khas seperti Es Kopi Susu Tetangga, mereka langsung viral di kalangan anak muda. Bahkan, Presiden Joko Widodo pernah mampir buat nyicipin kopinya!

Tuku nggak cuma jadi pelopor tren kopi susu lokal, tapi juga berhasil membangun identitas brand yang kuat. Fokus mereka nggak cuma jualan, tapi juga mengangkat kopi petani lokal dan budaya nongkrong yang lebih santai. Dan sekarang? Tuku beneran naik level dengan menggandeng MRT Jakarta.


Kopi Tuku
Kopi Tuku

Berapa Harga “Cipete Raya Tuku”?

Nah, ini nih pertanyaan yang bikin banyak orang penasaran: berapa sih Kopi Tuku bayar buat beli nama stasiun?

Sayangnya, jawaban ini masih jadi misteri. Tuhiyat bilang, nominal transaksi ini nggak bisa diungkapkan karena ada komitmen kerahasiaan antara MRT dan Tuku. Tapi kalau ngeliat tren di negara lain, harga naming rights biasanya nggak main-main. Bisa miliaran rupiah, lho! Apalagi Stasiun Cipete Raya termasuk lokasi strategis yang sering jadi tempat lalu lalang anak muda dan pekerja.

Yang jelas, Tuku nggak mungkin sembarangan ambil keputusan ini. Branding mereka udah kuat banget di Cipete, dan punya nama stasiun bakal makin mempertegas identitas mereka sebagai brand lokal yang relevan.


Kenapa Ini Langkah Brilian Buat Tuku?

Jujur aja, langkah ini tuh super smart. Kenapa? Karena MRT Jakarta adalah salah satu transportasi publik paling populer di Jakarta. Bayangin deh, setiap hari ribuan orang turun di stasiun ini dan langsung lihat nama Tuku terpampang besar. Itu nggak cuma bikin orang penasaran, tapi juga meningkatkan loyalitas konsumen yang udah cinta sama brand ini.

Buat Tuku, ini lebih dari sekadar strategi marketing. Ini adalah pernyataan bahwa brand lokal juga bisa bersaing di level yang lebih tinggi. Mereka nggak cuma jadi tempat nongkrong, tapi juga simbol inovasi UMKM yang bisa mendobrak batasan tradisional.


Masih Ada Empat Stasiun Kosong

Fyi, Cipete Raya bukan satu-satunya stasiun MRT yang punya naming rights. Sampai sekarang, masih ada empat stasiun lain yang belum punya mitra. Jadi, ini peluang besar buat brand-brand lain yang pengen ikutan eksis.

Tapi ya, kita harus kasih apresiasi lebih buat Tuku. Kenapa? Karena mereka adalah brand UMKM pertama yang berani ambil langkah ini. Biasanya, naming rights lebih sering digandeng sama perusahaan besar atau multinasional.


baca juga

Durasi Kerja Sama dan Apa yang Akan Datang

Kerja sama ini berlangsung untuk tahap awal selama dua tahun. Artinya, Tuku punya waktu untuk mengevaluasi dampaknya sebelum memutuskan apakah mereka mau lanjut atau nggak. Tapi dengan popularitas MRT yang terus naik, sepertinya peluang ini bakal jadi investasi jangka panjang yang menguntungkan.

Dalam waktu dekat, peresmian Stasiun Cipete Raya Tuku juga bakal dilangsungkan. Momen ini pasti bakal jadi highlight buat pecinta kopi dan MRT enthusiasts. Jadi, kalau kamu sering naik MRT, siap-siap buat selfie di stasiun baru ini ya!


Dampak Buat Brand Lokal Lain

Kolaborasi ini jelas jadi inspirasi buat UMKM lain di Indonesia. Selama ini, banyak UMKM yang merasa branding besar-besaran itu cuma buat perusahaan multinasional. Tapi Tuku membuktikan bahwa kalau kamu punya strategi yang jelas dan value yang kuat, nggak ada yang nggak mungkin.

Kolaborasi ini juga jadi bukti bahwa MRT Jakarta benar-benar terbuka buat kerja sama dengan berbagai sektor, termasuk UMKM. Dengan konsep win-win cooperation, ini nggak cuma menguntungkan satu pihak, tapi juga mendukung ekosistem bisnis lokal.


Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kopi Tuku dan MRT Jakarta menunjukkan bahwa inovasi itu nggak harus rumit. Kadang, langkah sederhana seperti mengganti nama stasiun bisa punya dampak besar, asal dilakukan dengan strategi yang tepat. Dari sini, kita bisa belajar beberapa hal:

  1. Pentingnya Branding Lokal: Jangan takut untuk tampil beda dan membangun identitas lokal yang kuat. Kopi Tuku berhasil membuktikan bahwa keunikan itu bisa jadi senjata.
  2. Kolaborasi itu Penting: Kerja sama dengan pihak lain bisa membuka peluang yang nggak pernah kamu bayangkan sebelumnya. MRT Jakarta dan Tuku adalah contoh nyata.
  3. Berani Ambil Risiko: Beli nama stasiun MRT bukan keputusan kecil, tapi Tuku berani ambil langkah ini demi pertumbuhan jangka panjang.

Kesimpulan: Dari Cipete untuk Indonesia

Stasiun Cipete Raya Tuku adalah bukti bahwa UMKM punya potensi besar untuk tumbuh dan bersaing di level nasional. Dari sekadar kedai kopi kecil, Tuku berhasil jadi nama besar yang kini melekat di salah satu fasilitas transportasi paling ikonik di Jakarta. Ini nggak cuma soal branding, tapi juga tentang bagaimana UMKM bisa mengubah wajah bisnis di Indonesia.

Jadi, buat kamu yang lagi merintis usaha, ingatlah bahwa mimpi besar itu nggak pernah salah. Dengan kreativitas, keberanian, dan kolaborasi, siapa tahu kamu bisa jadi “Tuku” berikutnya yang bikin gebrakan besar!

Scroll to Top