Kunci Memenangkan Persaingan Global

Kunci Memenangkan Persaingan Global , Upskilling dan reskilling menjadi dua kecakapan utama dalam memenangkan persaingan global. Bagaimana caranya?

Dalam dekade terakhir, revolusi Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar pada pasar tenaga kerja global. Menurut McKinsey Global Institute, sekitar sepertiga dari aktivitas dalam 60% pekerjaan bisa terautomasi pada tahun 2030. Laporan Cisco pada tahun 2023 menyatakan hanya 20% perusahaan di Indonesia yang dilaporkan benar-benar siap untuk mengadopsi AI. Sementara pada tahun 2022, hampir 60% perusahaan di Tiongkok dan India telah aktif menggunakan AI.

Adopsi yang cepat ini didorong oleh kemudahan akses dan implementasi AI yang membantu perusahaan meningkatkan otomatisasi dan mengurangi biaya operasional. Sebuah artikel Harvard Business Review mengungkapkan bahwa suatu keterampilan hanya akan relevan dalam dunia kerja selama kurang dari 5 tahun sebelum mulai tergerus oleh perubahan. Bahkan, untuk beberapa sektor di bidang teknologi, tidak lebih dari 2,5 tahun. Artinya, keterampilan yang Anda pelajari sebelum pandemi, sebentar lagi sudah tidak terlalu relevan.

Di tengah perubahan yang masif dan cepat ini, kreativitas muncul sebagai aset penting yang sering terabaikan. Kreativitas menjadi basis dalam upaya upskilling dan reskilling—dua strategi utama adaptasi tenaga kerja terhadap perubahan teknologi yang tak terelakkan. Upskilling bertujuan meningkatkan kompetensi dalam pekerjaan yang ada, sedangkan reskilling mempersiapkan individu untuk peran atau industri yang baru.

Keduanya dianggap keniscayaan dalam era AI dan otomatisasi. Future of Jobs Report 2023 oleh World Economic Forum menekankan bahwa creative thinking adalah fokus utama dalam upskilling dan esensial untuk ekonomi masa depan. Tanpa kreativitas kita tidak mampu melihat apalagi menciptakan peluang baru dalam lingkungan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).

Lingkungan VUCA artinya lingkungan di mana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subjektif. Perkembangan teknologi dan informasi menjadi salah satu pengaruh terbesar dari perubahan ini.

Mari kita melihat beberapa perusahaan global yang telah menjalankan inisiatif upskilling dan reskilling. Live Better U, inisiatif dari Walmart, yang menyediakan pendidikan gratis kepada karyawannya, memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan keahlian mereka. Program ini bekerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan membuka kesempatan bagi karyawan untuk belajar berbagai disiplin ilmu, mulai dari manajemen perdagangan dan logistik hingga data science dan cybersecurity.

baca juga

    Karyawan yang mengikuti program ini memiliki peluang 80% lebih tinggi untuk naik jabatan dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program ini. Program semacam ini tentu mengakselerasi proses pengembangan karyawan dibanding program konvensional bersifat top down yang berlaku di kebanyakan perusahaan.

    Marriott International juga mengimplementasikan inisiatif upskilling melalui program The Global Voyage Leadership Development. Dalam waktu 12-18 bulan, para lulusan universitas dipersiapkan menjadi pemimpin baru melalui pembekalan berbagai keterampilan teknis dan bisnis yang relevan dengan kebutuhan organisasi. Para kandidat manajer diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri melalui metode blended learning, sehingga memegang kendali atas perkembangan karir mereka sendiri.

    Dari studi kasus di atas, langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk memfasilitasi upskilling dan reskilling bagi karyawannya misalnya pertama, dengan analisis kebutuhan keahlian, yakni mengidentifikasi kebutuhan keahlian masa depan. Hal ini dapat dilakukan melalui analisis terhadap tren industri, teknologi yang berkembang, dan prediksi tentang perubahan di pasar tenaga kerja.

    Kedua, menjalankan Tailored-made program berupa program pelatihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan keahlian yang telah diidentifikasi. Ini bisa mencakup pelatihan teknis hingga pengembangan kepemimpinan dan pembelajaran soft skills.

    Ketiga, adopsi teknologi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran seperti platform e-learning, VR, dan simulasi untuk menyediakan pengalaman belajar yang interaktif dan fleksibel dan dapat diakses oleh karyawan di mana pun.

    Keempat, menerapkan budaya belajar berkelanjutan dengan menciptakan budaya organisasi yang mendukung proses pembelajaran karyawan secara berkesinambungan. Misalnya dengan menyediakan waktu yang dikhususkan untuk belajar, memberi penghargaan dan insentif untuk pencapaian pembelajaran, dan mengintegrasikan pembelajaran dengan jalur karier.

    Kelima, kemitraan dengan institusi pendidikan, bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga pelatihan untuk pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri.

    Langkah-langkah tersebut hanya efektif jika dilandasi dengan kesadaran dan sense of urgency. Seperti yang dikatakan oleh Jack Welch, mantan CEO General Electric: “An organization’s ability to learn, and translate that learning into action rapidly, is the ultimate competitive advantage.

    Indonesia jelas sedang memiliki homework besar. Kemampuan kita untuk belajar dan berubah akan sangat menentukan. Jika ingin menang dalam persaingan global, seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun swasta, perlu memandang upskilling dan reskilling sebagai sebuah prioritas strategis, dalam menghadapi masa depan yang tiba jauh lebih cepat dari perkiraan kita.

     Kreativitas menjadi basis dalam upaya upskilling dan reskilling, dua strategi utama adaptasi tenaga kerja.

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top