Udara dingin dan terjebak macet bagi saya adalah dua dari sekian banyak faktor yang bisa membuat perut cepat merasa lapar. Beberapa minggu lalu, saya mengalami perpaduan keduanya saat sedang melintas di jalan Soekarno Hatta. Saat itu, Bandung baru dilanda hujan angin yang cukup deras. Daripada keburu terjebak kemacetan yang lebih parah, saya memutuskan menepi sejenak sambil mencari makan.
Namanya ‘Mi Sop Kampung’. Letaknya di seberang perumahan Metro Margahayu Raya. Buat yang sering melewati jalan ini mungkin menyadari dulunya tempat makan ini adalah kolam pemancingan. Kini, konsepnya berubah total dengan menjadi sebuah tempat makan dengan ‘pemandangan’ jalan raya by pass yang nyaris tidak pernah sepi itu.
Dari luar, saya mengira tempat ini seperti foodcourt, memiliki beragam makanan dengan beragam merk masakan. Ternyata, tempat makan yang mulai buka sejak pertengahan 2012 ini dikelola satu pihak dan memang menyajikan satu jenis masakan, mulai dari yang berkuah hingga bakar. Konon, ‘Mi Sop Kampung’ ini sebelumnya berdiri di Medan dan sempat laris di sana.
Meski sederhana, tempat ini ramai pengunjung. Padahal, saat itu saya ke sana setelah jam makan siang. Begitu duduk, pelayan langsung memberikan daftar menu.
Ada lebih dari 20 menu tersedia di sini. Secara umum, menu di rumah makan ‘Mi Sop Kampung’ ini terbagi menjadi ‘Spesial Mi Sop Baso’, ‘Spesial Ayam Bebek’, ‘Spesial Nasi’, ‘Spesial Mie’, ‘Spesial Ikan’, ‘Spesial Soto, Sop, dan Iga’, ‘Spesial Sayuran’, ‘Steak’, serta ‘Snack’. Rasa dingin yang cukup menusuk membuat saya ingin memesan makanan berkuah. Pilihan pun jatuh pada ‘Bakso Spesial’ sementara teman saya tertarik dengan ‘Lele Penyet’.
Sekitar 15 menit setelah memesan, makanan saya datang. Walaupun namanya diberi embel-embel ‘spesial’, tampilan baso pesanan saya seperti mi baso pada umumnya.
Ada enam butir baso urat berukuran sedang yang disajikan bersama mi kuning dan bihun plus potongan daging ayam. Sebagai penikmat baso, rasa basonya sendiri tidak jauh berbeda dengan baso urat lain. Yang membedakannya justru kuahnya yang terasa lebih gurih seperti kuah soto. Rasa kaldu dari kuah ini begitu terasa dan sepertinya mereka memang menggunakan kuah asli.
Setelah nyaris menghabiskan satu mangkuk, pesanan ‘Lele Penyet’ milik teman saya baru datang. Ia sudah menunggu lebih dari 30 menit dan rasanya waktu itu terlalu lama untuk memasak seekor lele sementara keadaan di rumah makan pun tidak seramai ketika kami baru datang.
Pelayanan yang kurang memuaskan, tapi tidak terlalu mengurangi semangat kami untuk makan. Sedikit mencicip, bumbunya cukup meresap sehingga terasa ke lelenya. Sambal penyetnya pun tidak terlalu pedas.
Menu yang paling terkenal disini tentu saja adalah ‘Mi Sop Kampung’-nya. Sesuai namanya, menu andalan ini terdiri dari mie, potongan daging ayam, dan aneka sayuran.
Singkatnya, menu ini adalah sop berkuah kaldu yang ditambah dengan mi. Sedikit kental dan berminyak tidak membuat kaldu berkurang rasa gurihnya. Bila bosan mencicipi ayam, ada ‘Mi Sop Daging Sapi’ yang menggunakan sapi atau ‘Mi Sop Campur’ yang menggunakan kedua jenis daging.
Dari segi harga, menu-menu di sini terjangkau di kantong. Dengan kisaran Rp 8.000,00 – Rp 45.000,00 per porsi, kita sudah bisa menikmati aneka menu yang enak di lidah sekaligus mengenyangkan.
Minumannya sendiri berkisar antara Rp 9.000,00 – Rp 13.000,00 dengan pilihan mulai dari ice cream and shake, soft drink, float, sampai aneka jus. Oya, tempat ini juga buka setiap hari mulai pukul 10.00 – 22.00, tapi pada Sabtu dan Minggu rumah makan ini tutup lebih larut, pukul 23.00. Sudah mulai penasaran ingin mencicipi cita rasa tradisional masakannya? Langsung saja ke ‘Mi Sop Kampung’ ini ya!