Startup Banoo, Startup Bidang Perikanan Besutan UGM , Startup teknologi perikanan, Banoo jadi finalis MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020. Industri rintisan buatan mahasiswa serta alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menyisihkan 2.600 pendaftar dari 135 negara, serta jadi salah satunya perwakilan dari Indonesia.
MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020 ialah kompetisi buat mencari startup sosial berbasis teknologi terbaik di dunia. Sebaliknya Banoo meningkatkan perlengkapan buat menolong pengusaha di bidang perikanan.
Salah satunya, microbubble generator yang berperan menyemprotkan oksigen di dalam air. Perlengkapan ini dilengkapi Internet of Thing (IoT) sensor, sehingga bisa hidup otomatis. Bersumber pada studi internal Banoo, teknologi berbasis IoT itu bisa mendesak perkembangan ikan sampai 42%. Karena, perlengkapan ini tingkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air.
CEO Banoo Azellia Alma Shafira mengaku, perlengkapan buatannya menyemprotkan oksigen lebih menyeluruh ke semua kolam, termasuk zona bawah. Sebaliknya aerator yang telah ada cuma sanggup menjangkau zona permukaan.
” Sementara itu, kandungan oksigen yang sangat kritis itu di bawah kolam sebab tidak terkena paparan cahaya matahari,” kata Azellia. Dengan penyemprotan oksigen yang menyeluruh itu, metabolisme ikan dapat bertambah serta nafsu makannya meningkat. Walhasil, masa panen jadi lebih pendek dari 4 bulan jadi 3 bulan.
Petambak juga bisa meraup pemasukan lebih banyak, sebab produktivitas bertambah. Diketahui peningkatan bisa sampai mencapai 124% jika dibandingkan dengan berbagai cara konvensional yang pernah dilakukan dulu.
Teknologi tersebut pula memakai tenaga dari panel surya. Oleh sebab itu, konsumsi tenaga Banoo diklaim lebih efektif sebab cuma memakai 400 watt. Adanya keunggulan ini membuat Banoo bisa dipakai di daerah terpencil yang belum terdapat listrik, jadi tetap bisa jalan meskipun pasokan listrik di daerah tersebut sangat sedikit ataupun tidak ada.
Tahun ini, Banoo berencana menambahkan aplikasi. Platform ini nantinya mempunyai fitur remote MBG controller buat menghidupkan serta membenarkan microbubble generator lewat ponsel. Kemudian ada fitur real-time informasi monitoring, serta data driven pond management buat konsultasi seputar perawatan kolam bersumber pada informasi yang tercatat. Setelah itu, fitur news portal yang muat data harga terbaru seputar perikanan.
Tidak hanya itu, terdapat fitur komunitas. “Kami pula lagi meningkatkan produk MBG buat perikanan air asin serta air payau,” kata Azellia. Saat ini, Banoo lagi dalam pembicaraan buat memperoleh pendanaan sesi awal (seed funding).“ Kami terbuka unntuk bekerja sama dalam wujud investasi, program CSR, studi ataupun program pemberdayaan warga,”
Founder Startup Banoo
Startup Banoo dibesarkan oleh Azellia bersama rekannya pada 2018. Mereka ialah Fajar Sidik Abdullah Kelana, Lakshita Aliva Zein, Muhammad Adlan Hawari, serta Fakhrudin Hary Santoso. Azellia mengaku terdapat beberapa tantangan dalam meningkatkan Banoo.
Banoo melakukan berbagai cara untuk bisa mengedukasi para nelayan dan yang lainnya untuk bisa memanfaatkan teknologi supaya produktivitas kolam bisa lebih meningkat dan efisien. Sehingga panen dari ikan bisa berlimpah dari biasanya.
Dia serta rekan-rekannya pula wajib membagi waktu dalam meningkatkan Banoo, sebab startup ini dibentuk saat mereka masih di bangku kuliah. Tidak hanya itu, banyak proyek serta rencana ekspedisi yang tertunda akibat pandemi corona.
Startup teknologi di bidang perikanan yang berbasis IoT karya dari mahasiswa serta juga alumni UGM yang diberinama Banoo. Startup ini sukses lolos menjadi salah satu finalis MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020.
MIT Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020 ialah kompetisi buat mencari start-up sosial berbasis teknologi terbaik di seluruh dunia. Dalam kompetisi yang diadakan oleh Massaschusetts Institute of Technology itu regu Banoo memang telah sukses menyisihkan 2.600 pendaftar dari 135 negeri dan jadi salah satunya perwakilan dari Indonesia.
Regu Banoo terdiri dari mahasiswa serta alumni UGM ialah Fajar Sidik (Alumnus Metode Mesin 2012), Azellia Alma Shafira( Alumnus Manajemen 2016), Lakshita Aliva Zein( Perikanan 2016), Muhammad Adlan Hawari( Alumnus Eektronika serta Instrumentasi 2015) serta Fakhrudin Hary Santoso( Alumnus Perikanan 2015)
Azellia mengatakan pengembangan teknologi perikanan berbasis IoT tersebut dilatarbelakangi keprihatinan mereka akan keadaan budidaya perikanan di Indonesia yang belum optimal sebab sistem budidaya ikan yang masih konvensional serta ekstensif. Sementara itu, Indonesia mempunyai kemampuan perikanan yang lumayan besar.
Inovasi ini dapat membangun ekosistem budidaya perikanan yang lebih efektif, intensif serta inklusif sehingga dapat tingkatkan kesejahteraan para petani ikan. Teknologi yang dibesarkan bisa tingkatkan mutu air kolam secara otomatis. Dengan implementasi teknologi tersebut petani bisa memanen ikan dalam jumlah lebih banyak serta waktu yang lebih pendek.
Banoo sanggup tingkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air sehingga perkembangan ikan dapat bertambah sampai 40 persen. Tidak hanya itu, masa panen ikan juga jadi lebih pendek 3 bulan.
Ia juga menerangkan kalau Banoo dilengkapi teknologi microbubble generator sanggup tingkatkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Kemudian, IoT sensor yang dapat secara otomatis menyalakan microbubble generator. Sedangkan sumber tenaga menggunakan panel surya sehingga tidak hanya mengirit listrik, Banoo pula dapat dipakai di wilayah terpencil yang belum terjangkau listrik.
Teknologi yang dibesarkan bisa tingkatkan mutu air kolam secara otomatis. Dengan implementasi teknologi tersebut petani bisa memanen ikan dalam jumlah lebih banyak serta waktu yang lebih pendek.
Banoo sanggup tingkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air sehingga perkembangan ikan dapat bertambah sampai 40%. Tidak hanya itu, masa panen ikan juga jadi lebih pendek 3 bulan,” papar ceo Banoo.
Perlengkapan ini akan bekerja saat kandungan oksigen dalam air hadapi pergantian. Sensor IoT mengetahui fluktuasi kandungan oksigen terlarut dalam air.
Apabila kandungan oksigen menyusut akan mengirim sinyal buat menghidupkan microbubble generator. Bila kandungan oksigen telah melampaui batasan yang di idamkan maka perlengkapan akan mati secara otomatis
Azellia mengatakan, teknologi perikanan berbasis IoT yang dibesarkan semenjak 2018 tersebut dilatarbelakangi keprihatinan mereka hendak keadaan budi energi perikanan di Indonesia yang belum optimal sebab sistem budidaya ikan yang masih konvensional serta ekstensif. Sementara itu, Indonesia mempunyai kemampuan perikanan yang lumayan besar.
Inovasi ini dapat membangun ekosistem budi energi perikanan yang lebih efektif, intensif serta inklusif sehingga dapat tingkatkan kesejahteraan para petani ikan,” jelasnya.
Indonesia terkenal kaya akan hasil lautnya, jadi bidang perikanan di Indonesia memang sangat besar. Namun sayangnya para petani ikan atau nelayan kurang memiliki teknologi terkini untuk kemajuan usaha atau bisnis me
baca juga
.
Ini juga jadi salah satu tujuan terbentuknya startup ini. Startup yang sangat menginginkan teknologi perikanan bisa dimanfaatkan dengan optimal oleh para petani ikan atau nelayan.
Jadi kehadiran startup Banoo di tengah-tengah para petambak dan yang lainnya di bidang perikanan akan sangat membantu karena mereka bisa lebih mengoptimalkan budidaya ikan yang mereka miliki. Hasil panen dari ikan akan semakin melimpah karena penanganan budidaya lebih maksimal dengan menggunakan teknologi besutan anak UGM ini.
+ There are no comments
Add yours