Startup E-Commerce Dengan Nilai Valuasi Tertinggi

Industri E-Commerce di Indonesia telah menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat sejak beberapa tahun kebelakang, terutama pada tahun 2018 lalu setelah ditemukannya laporan mengenai nilai transaksi yang berputar di platform E-Commerce mencapai nominal USD 27 miliar. Sebut saja dua pemain utama yang sudah lama mendominasi, yaitu Tokopedia dan Bukalapak.

Pada tahun 2018, Tokopedia telah dikunjungi oleh sekitar 153 juta pengunjung aktif setiap bulannya, lalu Bukalapak dengan lebih dari 95 juta pengunjung bulanan.

Pertumbuhan jumlah pengunjung tersebut sekaligus membuktikan laporan yang dirilis Google & Tamasek bahwa dari 94% pengguna internet via smartphone di Indonesia, 68% diantaranya merupakan konsumen E-Commerce.

Pasar E-Commerce juga diprediksi akan semakin diramaikan oleh pendatang-pendatang baru yang mulai tertarik untuk bermain di industri E-Commerce, beberapa diantaranya bahkan telah berhasil meraih pendanaan pada tahun lalu untuk meluncurkan layanan mereka tahun ini.

Berbicara tentang persaingan bisnis E-Commerce, tentu belum lengkap rasanya jika kita tidak membahas perusahaan-perusahaan yang mendominasi pasar Indonesia saat ini. Menurut data yang dirilis iPrice, ada 10 startup E-Commerce yang memiliki pengunjung terbanyak sampai pada triwulaan IV 2018. Berikut ulasannya:

iLotte

iLotte menempati peringkat ke-10 dengan jumlah pengunjung bulanan 3,5 juta. Raksasa ritel asal Korea Selatan Lotte bekerja sama dengan Salim Group untuk menghadirkan iLotte, platform E-Commerce dengan konsep online mall yang diluncurkan pada Oktober 2017.

Agar mampu bersaing di tengah-tengah industri E-Commerce Tanah Air, keduanya menggelontorkan dana investasi sebesar USD 100 juta (setara 1,3 trilun rupiah), dana tersebut digunakan untuk mengembangkan SDM, stock keeping unit, dan infrastruktur.

Sebagai pendatang baru, iLotte juga menawarkan beberapa layanan unggulan seperti portal konten terintegrasi, proses pengiriman barang yang lebih cepat hanya dalam waktu 3 jam, dan juga program customer loyalty. Di saat yang bersamaan dengan waktu peluncurannya, iLotte juga turut menghadirkan aplikasi mobile.

Elevenia

Elevenia menempati peringkat ke-9 dengan jumlah pengunjung bulanan 3,9 juta. Sama halnya dengan iLotte, Elevenia juga merupakan platform E-Commerce dari hasil joint venture antara PT XL Axiata dan SK Planet. Elevenia mampu berkembang pesat dalam waktu singkat sejak pertama didirikan pada tahun 2014 silam. Dalam satu tahun layanan mereka telah diakses oleh sekitar 1 juta pengguna dan tak kurang dari 400.000 produk telah terjual.

Platform Elevenia menyediakan fasilitas dan layanan yang sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha, mereka menawarkan program pelatihan dan seminar yang dilaksanakan rutin untuk meningkatkan pencapaian omset mitra kerja mereka. Selain itu, Elevenia juga selalu mengadakan event promo dan diskon menarik bagi para konsumen seperti Daily Deals, New Deals, Brand Deals, Mokado Deals, dll.

 

 

 

Sale Stock

Sale Stock menempati urutan ke-8 dengan jumlah pengunjung bulanan 4,6 juta. Sale Stock menawarkan suatu layanan yang jarang ditemukan bahkan nyaris tidak dimiliki platform E-Commerce lain, yaitu CDBB (Coba Dulu Baru Bayar), yang memungkinkan pengguna mencoba produk yang dipesan sebelum dibeli selama 15 menit setelah kurir tiba di alamat pengiriman.

Selain itu, Sale Stock juga hanya menjual barang-barang yang diproduksi sendiri melalui kerja samanya dengan para penjahit dan UKM yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Sampai saat ini, Sale Stock telah memiliki sekitar 150.000 koleksi produk dengan total pengiriman lebih dari 4 juta kali. Sale Stock juga telah membuka beberapa kantor di tiga kota besar, yaitu di Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Jumlah karyawan yang dipekerjakan pun sudah mencapai sekitar 700 orang.

Zalora

Zalora menempati posisi ke-4 dengan jumlah pengunjung bulanan 5,5 juta. Zalora merupakan salah satu platform fashion retail terpopuler yang sudah beroperasi sejak tahun 2011.

Zalora mengklaim perkembangan bisnisnya merupakan yang paling pesat di Asia, dengan 500 brand fashion lokal dan internasional yang tersedia, Zalora mampu menghadirkan nuansa baru di bidang fashion.

Zalora tidak hanya beroperasi di Indonesia, tapi juga sudah menjangkau beberapa negara Asia dan luar Asia seperti Hong Kong, Thailand, Malaysia, Vietnam, Brunei, Australia dan New Zealand.

Menariknya lagi, Zalora juga telah melahirkan tokoh-tokoh startup besar Indonesia yang sebelumnya sempat menjadi karyawan Zalora.

Beberapa nama seperti Nadiem Makarim (pendiri dan CEO Go-Jek), Hadi Wenas (CEO MatahariMall), Hadi Kuncoro (Vice President dan Operation Director Zalora Indonesia), Catherine Hindra Sutjahyo (Direktur Zalora sekaligus founder AlfaOnline), diketahui merupakan bekas karyawan Zalora. Perusa

JD.ID

JD.ID menempati urutan ke-6 dengan jumlah pengunjung bulanan 17 juta. JD.ID merupakan anak perusahaan dari JD.com atau dikenal juga sebagai JingDong Mall, perusahaan asal Tiongkok yang awalnya menyediakan berbagai produk magneto-optikal sebelum akhirnya lebih populer sebagai situs daring B2C (Business to Customer).

JD.ID sendiri pertama kali hadir di Industri E-Commerce Indonesia yaitu pada tahun 2016 dengan menawarkan layanan online shopping unggulannya seperti Direct Retail, JD.ID X, JD.ID Preloved, Phone Order JD.ID, Enterprise Service, dan juga program affiliate marketing.

JD.ID juga telah memiliki layanan pengiriman ke 365 kota di Indonesia dan telah diakses oleh sekitar 20 juta pengguna.

Menariknya lagi, belakangan ini telah beredar kabar bahwa JD.ID akan mendapatkan pendanaan baru dari GO-JEK senilai USD 100 juta. Jika kabar tersebut benar adanya, itu artinya JD.ID akan menjadi startup unicorn ke lima di Indonesia.

Seperti yang sudah diketahui bahwa GO-JEK dan JD.com memang telah lama menjalin hubungan bisnis, bahkan sebelumnya JD.com sempat menyuntikan dana senilai USD 100 juta dalam pendanaan seri E untuk GO-JEK.

 

baca juga

Start Up Jarvis Store

900 Pebisnis Start Up Bisnis Digital Di Dalam Dan Luar Negri

Shopee 31.3 Sale Bersama SLANK

 

 

Blibli

Blibli.com menempati posisi ke-5 dengan jumlah pengunjung bulanan 43,1 juta. Blibli.com merupakan salah satu online marketplace paling populer di Indonesia selain dari Bukalapak atau Tokopedia.

Blibli.com menawarkan berbagai pilihan produk dari 15 kategori berbeda yang tersusun secara sistematis, mulai dari gadget, komputer & laptop, peralatan elektronik, fashion pria & wanita, tiket & voucher, home & living, mainan & games, otomotif, dll.

Blibli adalah salah satu produk dari anak perusahaan yang dikelola PT Djarum, yaitu PT Global Digital Niaga. Kehadiran Blibli.com di tengah-tengah masyarakat pada tahun 2011 lalu menjadi awal popularitas industri E-Commerce di Indonesia, dengan kata lain,

Blibli.com adalah pelopor online shop pertama di Indonesia. Walaupun sempat mengalami masa-masa sulit di awal, kini Blibli telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Dari semula hanya memiliki 20 mitra usaha, kini Blibli telah memiliki lebih dari 22.000 mitra usaha dan masih terus bertambah seiring dengan perjalanannya.

Blibli juga diketahui telah melakukan akuisisi terhadap sejumlah startup lain, seperti pada tahun 2017 lalu, Blibli melakukan akuisisi terhadap dua perusahaan yang saling berafiliasi, yaitu Tiket.com dan Indonesia Flight. Keduanya merupakan perusahaan besar dengan pendapatan mencapai ratusan miliar rupiah.

 

 

Pengaruh sektor E-Commerce terhadap perkembangan ekonomi Indonesia diprediksi akan terus meningkat hingga beberapa periode mendatang. Perusahaan konsultan manajemen McKinsey & Company sempat merilis hasil risetnya pada 2018 lalu yang mengatakan tentang perkembangan E-Commerce di Indonesia sampai tahun 2022. Seperti dilansir melalui Tech in Asia, Disebutkan bahwa Gross Merchandise Value pasar E-Commerce Indonesia akan tumbuh 8 kali lipat. Maka tak heran jika pasar E-Commerce Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Tahun lalu, berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2018 oleh Google dan Tamasek dikatakan bahwa GMV industri E-Commerce di Asia Tenggara mencapai USD 23,2 miliar atau setara 336,4 triliun rupiah. Menanggapi hal ini, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menyebutkan bahwa angka tersebut meningkat hingga 114 persen dari tahun 2017, dan sekitar USD 12,2 miliar berasal dari GMV E-Commerce Indonesia. Angka ini melampaui nilai GMV negara-negara lain di Asia Tenggara, bahkan pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan akan menyentuh nilai USD 53 miliar.

Pertumbuhan ini juga akan turut berdampak pada ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri. Sampai saat ini, industri E-Commerce telah merangkul sekitar 4 juta pekerja, dan menurut laporan McKensey, pada tahun 2022 mendatang industri E-Commerce Indonesia dapat menarik sekitar 26 juta pekerja, meliputi posisi logistik, programing, dll. Tentu saja hal ini tidak bisa lepas dari peran masing-masing pemain dalam meramaikan persaingan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui industri E-Commerce di Indonesia, beberapa diantaranya sudah kita bahas pada artikel sebelumnya, dan berikut ini adalah kelanjutannya:

Lazada

Lazada menempati posisi ke-4 dengan jumlah pengunjung bulanan 58.3 juta. Lazada didirikan oleh Rocket Internet, perusahaan inkubator online asal Jerman yang telah melahirkan startup-startup inovatif di berbagai negara di dunia. Website Lazada diluncurkan di Indonesia pada Maret 2012, satu tahun kemudian, perusahaan yang berbasis di Singapura ini meluncurkan layanan Lazada marketplace untuk mendukung perkembangan UKM yang ingin beroperasi secara online. Di awal kemunculannya, Lazada hanya menjual barang-barang yang berasal dari gudang mereka sendiri sebelum akhirnya membuka marketplace bagi pihak ketiga.

Lazada memiliki target pasar di kawasan Asia Tenggara, selain Indonesia, Lazada juga telah beroperasi di Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Barang-barang yang ditawarkan meliputi produk pakaian, kecantikan, peralatan rumah tangga, benda elektronik, kesehatan, perlengkapan bayi dan mainan anak, serta beberapa produk traveling dan olahraga.

Layanan Lazada mengalami beberapa perubahan semenjak sebagian besar sahamnya dikuasai Alibaba dengan nilai investasi awal sebesar USD 1 miliar atau setara 14 triliun rupiah. Pada tahun 2017, satu tahun pasca masuknya Alibaba, Lazada meluncurkan beberapa layanan baru, diantaranya adalah Lazada Club dan Lazada University. Keduanya dihadirkan untuk merangkul komunitas seller yang tergabung di Lazada untuk memberikan pelatihan gratis dan sharing pengetahuan seputar penjualan.

Shopee

Shopee menempati posisi ke-3 dengan jumlah pengunjung bulanan 67,7 juta. Shopee didirikan oleh Forrest Li pada tahun 2009 dan pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015. Di awal kemunculannya, Shopee menawarkan model bisnis Customer to Customer (C2C) sebelum akhirnya melakukan konversi menjadi Business to Customer (B2C).

Perusahaan E-Commerce yang berbasis di Singapura ini cukup mendominasi di pasar Indonesia, bahkan beberapa bulan pasca soft launching di Indonesia pada Juni 2015, CEO Shopee Chris Feng mengatakan aplikasi Shopee telah diunduh oleh sekitar 1 juta pengguna. Hingga kini, Shopee tercatat telah melayani 5,8 juta transaksi dari 7 negara, dengan total 15 juta produk terjual, dimana 40 persennya berasal dari Indonesia. Seperti yang kita ketahui, platform Shopee memang sudah cukup familiar di kalangan masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2018, MarkPlus Inc. melaporkan hasil surveynya Indonesia e-Commerce Survey 2018 yang dilakukan terhadap 1.200 responden dari enam kota (Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandung). Survey ini dilakukan berdasarkan trend suatu brand e-commerce yang paling populer di kalangan masyarakat. Hasil survey menunjukan bahwa Shopee menduduki peringkat pertama di Makassar, Semarang, Bandung, dan Surabaya.

Bukalapak

Bukalapak menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah pengunjung bulanan 116 juta. Saat ini, Bukalapak merupakan situs jual beli online terbesar di Indonesia yang menjadi pelopor keamanan transaksi online. Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaki pada tahun 2010 di sebuah indekos di kota Bandung. Jika dilihat sekilas, konsep jual beli yang diusung Bukalapak tak jauh berbeda dengan platform E-Commerce lainnya, begitu pula dengan pilihan produk yang tersedia, hanya saja mereka membuat desain sistem yang mampu menjamin keamanan transaksi.

Sampai saat ini, nilai transaksi harian di Bukalapak.com telah mencapai nominal USD 43.000 atau setara 500 juta rupiah, angka ini tentu cukup fantastis untuk perusahaan buatan anak bangsa. Sebagian besar transaksi berasal dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lokal di Indonesia, karena sejak awal didirikan Bukalapak memang lebih berfokus pada pengembangan usaha kecil.

Bukalapak memiliki nilai valuasi perusahaan diatas USD 1 miliar (sekitar 14 triliun rupiah) bahkan sudah hampir menyentuh nominal USD 10 miliar, dengan kata lain, tidak lama lagi Bukalapak akan menjadi startup decacorn. Semua itu tak lepas dari peran 35 juta pengguna aktif bulanan di seluruh Indonesia dengan total sekitar 2,2 juta penjual yang tergabung dengan Bukalapak.

Tokopedia

Urutan pertama ditempati oleh Tokopedia dengan jumlah pengunjung bulanan 168 juta. Tokopedia didirikan pada tahun 2009 oleh Wiliam Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison dengan konsep C2C (Customer to Customer) marketplace yang memungkinkan setiap UKM atau brand untuk melakukan jual-beli secara online. Sejak awal diluncurkan, Tokopedia selalu berpegang teguh dengan visi mereka, yaitu “Membangun sebuah ekosistem dimana siapa pun bisa memulai dan menemukan apapun”. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai upaya pengembangan UMKM dan individu melalui program-program pemberdayaan yang mereka selenggarakan.

Pertumbuhan bisnis Tokopedia juga dinilai sangat pesat, sejak awal kemunculannya, Tokopedia telah berhasil memikat para pemodal. Beberapa pihak yang diketahui pernah menanamkan modal di Tokopedia adalah PT Indonusa Dwitama, salah satu investor pertama yang melakukan pendanaan untuk Tokopedia, kemudian East Ventures, Cyber Agent Ventures, Netprice, Softbank Ventures Korea, Sequoia Capital, dan pada Agustus 2017 silam, Alibaba juga dikabarkan telah berinvestasi sebesar USD 1,1 miliar di startup unicorn ini.

Selain mampu menarik minat investor, Tokopedia juga telah berhasil meraih berbagai penghargaan. Pada Mei 2018, Tokopedia berhasil menduduki peringkat puncak di AppStore dan meraih Top 3 di Google Playstore, mengalahkan Instagram, WhatsApp, dan Facebook. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Desember 2018, Tokopedia dinobatkan sebagai aplikasi terbaik pilihan masyarakat di Google Playstore. Dengan semua inovasi dan kontribusi besar bagi perkembangan sektor E-Commerce di Indonesia, cukup masuk akal jika Tokopedia sanggup bertahan dan terus bertumbuh.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours