ukms.or.id – coba tengok dengan modal 100 ribu sampai ratusan ribu , dapat menghasilkan hasil akhir sampai milyaran rupiah, bisnis bisnis ini yang harus ditengok, walau nampak sepele namun dapat menghasilkan angka yang fantastis.
Coba Telusuri 5 Bisnis Menakjubkan Dengan Modal Kecil Ini
Merintis Sejak SMA, Clara Sukses Bisnis Sewa Kasur Beromset Miliaran
Bisnis yang dijalani Clara Almabella Bamanty terbilang unik. Siapa sangka sewa menyewa kasur dapat menjadi lahan empuk menghasilkan miliaran rupiah. Yang mengesankan lagi, Clara memulai bisnis sewa kasur tersebut sejak masih menjadi pelajar SMA.
Clara merintis bisnis sejak tahun 2007 silam. Saat itu ia masih duduk di bangku kelas satu SMA. Bersama seorang sepupunya, Clara merintis bisnis sewa kasur di Yogyakarta yang tak pernah ada sebelumnya. Tentu tak ada orang yang berpikir bahwa menyewakan kasur dapat menghasilkan banyak uang.
Bermodalkan Rp 200 ribu, Clara merintis dari nol. Dengan uang tersebut ia membeli kasur busa dan spring bed. Di awal membuka bisnis sewa kasur, ia dan sepupunya menghantarkan sendiri pesanan klien dengan menggunakan sepeda motor. Bayangkan saja keduanya membawa kasur tebal nan berat itu dengan kendaraan roda dua.
Pertama kali menawarkan sewa kasur ke hotel-hotel, Clara selalu mendapat penolakan. Ia pun hanya menyewakan kasur di ranah rumah tangga. Namun wanita kelahiran 1992 tersebut tak menyerah. Ia terus mengembangkan bisnisnya agar dapat tembus kerja sama dengan hotel.
Untuk itu, ia pun berpikir dengan menggunakan strategi marketing online. Sebuah website beralamatkan sewakasur.com dibuat Clara untuk melakukan branding bisnis sewa kasurnya. Ia aktif mengembangkan website dan promosi via sosial media . Selain itu, ia pun menyebarkan pamflet demi membesarkan brand sewakasur.com.
“Awalnya banyak yang menolak. Tapi, saya tidak menyerah sampai akhirnya sewakasur.com mulai dikenal luas dan pengelola hotel menghubungi saya untuk bekerja sama menyediakan extra bed,”
Karena berhasil menjalin kerja sama dengan beberapa hotel, Clara mulai membesarkan bisnisnya. Dengan bantuan sang ayah, wanita alumni Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional tersebut mendapatkan modal untuk membeli lebih banyak kasur. “Setelah mulai berjalan, saya membeli kasur sedikit demi sedikit untuk menambah jumlah kasur,” kisahnya.
Cabang di Banyak Kota
Bisnis sewakasur.com yang didirikan Clara kini berkembang sangat pesat. Tak hanya melayani customer di Yogyakarta, Clara kini telah memiliki cabang gerai di banyak kota, di antaranya Semarang, Jakarta, Bandung, Bekasi dan Bali. Bahkan saat ini ia tengah dalam proses membuka cabang baru di Surabaya dan Lombok. “Investasi setiap gerainya sekitar Rp 75 juta,” tuturnya.
Karena bisnisnya makin besar, Clara pun membangun dan mendaftarkan resmi perusahaan untuk menaungi sewakasur.com. Perusahaannya bernama CV. Penutup. Selain membesarkan area pelayanan, Clara pula melebarkan layanan jasa dengan menawarkan sewa selimut dan perlengkapan penginapan lain.
Sejak sepupunya memilih fokus bekerja dan meninggalkan bisnis, Clara pun mau tak mau menjalankan manajemen sewakasur.com seorang diri. Saat ini ia memiliki 10 pegawai di gerai pusat Jogja dan 2-4 pekerja di setiap gerai cabang.
Namun meski telah menjadi bos di bisnis sewa kasur, Clara masih turut terjun langsung melayani customernya. Ia melakukan sendiri pembelian dan perawatan kasur serta pendistribusian ke tangan customer.
Peluang yang Besar
Menurut Clara, peluang bisnis sewa kasur sangatlah besar. Prospek kedepannya pun cukup menjanjikan. Meski di awal merintis bisnis Clara acap kali dicemooh banyak orang, kini justru tak sedikit yang mengikuti jejaknya membuka bisnis sewa kasur.
“Saya melihat peluang bisnis yang besar sekali. Jadi, saya melanjutkan bisnis ini dan terbukti saya bisa membuka cabang di daerah lain,” ujarnya.
Salah satu pelanggan sewakasur.com, Executive Housekeeper Hotel Indoluxe di Yogyakarta, Sugeng Waluyo menuturkan, ia merasa terbantu dengan adanya bisnis yang dibangun Clara. Pasalnya, hotel biasanya hanya menyediakan extra bed dalam jumlah sedikit. Hal itu sangat menyulitkan jika ada rombongan yang menginap di hotel tempatnya bekerja.
“Dulu, kami susah mencari vendornya. Sekarang kami sudah tidak kesulitan lagi. Kami memilih Clara karena kualitasnya memenuhi standar hotel, pelayanannya cepat dan selalu siaga 24 jam mengantarkan pemesanan walau kami menyewa kasurnya tidak banyak,” tutur Sugeng.
Clara menuturkan, saat ini customer sewakasur.com terdiri dari pengelola hotel, penginapan hingga perkantoran. Tarif untuk sewa kasur per 24 jam dari Rp 20 ribu hingga Rp 110 ribu. “Dalam sehari, kami menyewakan kasur busa kira-kira 300 lembar untuk di Yogya saja. Pelanggan kami yang paling besar adalah hotel,” ujarnya.
baca juga Jasa SEO Google Untuk Perusahaan UKM Start UP Corporate
Jika dihitung omset tiap bulannya, Clara mampu meraup hingga Rp 180 juta. Dalam setahun, ia mampu mengantongi omset Rp 2,1 miliar. “Sebagian besar hotel di Yogya sudah bekerja sama dengan kami untuk menyediakan kasur busa, yang mereka gunakan untuk extra bed,” pungkas Clara.
Rumah Denim Dan Jeans – Sukses Bisnis Celana Denim Beromzet Ratusan Juta
Usianya baru 27 tahun, namun ia berhasil membuka bisnis celana denim dan jeans dengan omzet mencapai Rp 300 juta setiap bulan. Sempat dilarang orang tua dan berhutang di koperasi, ia kini sukses mendirikan usaha secara mandiri. Entrepreneur muda tersebut bernama Muhammad Ali Akbar.
“Saat ini omzet kotor di angka Rp 300 juta per bulan, dengan harga variasi mulai Rp 135 ribu sampai Rp 920 ribu,” ujar Akbar
Akbar memulai bisnis celana denim dan jeans ketika masih duduk di bangku kuliah. Ia tak memiliki pengetahuan apapun tentang bisnis apalagi jahit menjahit. Hanya ada satu hal yang terus menjadi perhatiannya, yakni kegemarannya mengenakan celana jeans.
Dari situ jiwa bisnisnya mulai terpecut. Ia mulai berpikir untuk merintis sebuah bisnis celana denim jeans. Namun Akbar tak pernah mengeksekusi idenya hingga seorang sahabatnya di Australia memberikan sebuah hadiah, yakni celana berbahan denim. Akbar pun mulai mantap untuk memulai usaha celana denim.
Kesungguhannya untuk memulai bisnis makin menjadi ketika banyak teman kampusnya yang tertarik dengan celana denim yang ia kenakan. Apalagi saat itu celana berbahan denim belum menjadi tren di tanah air. “Awalnya dikasih celana oleh sahabat saya dari Australia, bahan denim, karena waktu itu denim belum booming, saya pakai ke kampus, ternyata banyak yang tanya, beli di mana,” kenang Akbar.
Modal dari Uang Saku
Akbar memulai usaha dengan modal kecil, yakni hanya dari uang sakunya sebesar Rp 300 ribu. Dimulai pada tahun 2010, ia memulai bisnis celana denim yang kini beromset Rp 300 juta itu hanya dengan modal tiga lembar uang merah. Modal yang sangat kecil untuk memulai usaha konveksi. Namun ternyata Akbar mampu membangun bisnisnya.
Dengan modal kecil itu ia memulai usaha dengan membeli bahan denim lokal dan ongkos penjahit. Hasilnya cukup apik dan langsung diserbu teman-teman kampusnya.
“Modal awal banget sih pakai uang saku Rp 300 ribuan, buat modal bahan dan jahit,” ujarnya.
Di awal usahanya, Akbar hanya sanggup memproduksi tiga hingga lima celana denim jeans saja setiap bulannya. Mengingat minimnya modal yang ia punya. Namun produknya itu selalu habis meski hanya dijual di kalangan teman kampus saja. Waktu berlalu, Akbar mulai menerima banyak pesanan hingga kewalahan menangani bisnis celana denimnya.
Ia pun memutuskan untuk mencari modal lebih dan mengembangkan bisnisnya. Orang tua merupakan pihak pertama yang dimintai tolong. Namun sayangnya, Akbar mendapat penolakan dari orang tua. Keduanya ingin Akbar lulus kuliah dan mendapat pekerjaan kantoran.
Namun Akbar tak menyerah. Ia justru membopong tiga mesin jahit ke rumahnya, lalu menjadikan satu ruang kosong di rumah sebagai tempat produksi. Bahan denim dibelinya hingga menumpuk, plus peralatan operasional yang lengkap. Semua itu didapatkannya karena berhasil meminjam modal lewat koperasi sebesar Rp 10 juta.
Menyewa Kios
Makin besarnya bisnis Akbar, makin meluas pula target pasarnya. Ia tak sekedar menjual di kalangan kampus, melainkan menjual melalui media sosial pula. Tak hanya itu, ia pun berani membuka sebuah kios di kawasan Pamulang, Tanggerang Selatan dan membuat brand Rumah Denim & Jeans.
Bisnis celana denim yang digeluti Akbar terus berkembang dan berkembang. Ia tak lagi menerima pesanan satuan, melainkan puluhan bahkan ratusan. Dalam sebulan, ia mampu menerima pesanan sebanyak 90 hingga 150 potong celana denim dan jeans.
Harga jual celana yang ia patok tak terlalu mahal, yakni sekitar Rp 150 ribu. Namun dari situ ia mampu mendapatkan laba yang menggiurkan. “Awal-awal saya jual Rp 150.000 hingga Rp 200.000 untuk satu denim dan itu jahitannya standar banget. Omzet pertama dari kios itu sekitar Rp 20 juta,” ujarnya.
Tak butuh waktu lama bagi Akbar membuka cabang gerai Rumah Denim & Jeans. Ia bahkan telah menguasai pasar Jabodetabek dengan membuka empat gerai baru. Gerai kelimanya pun tengah dipersiapkan pembukaannya di Kota Bekasi. Jumlah karyawan yang bekerja untuk Akbar pun kini mencapai 30 orang.
1000.001 Ide Bisnis UKM Dengan Modal Mulai 100 Ribu
800 Jenis Usaha Yang Menjanjikan Dengan Modal Kecil
100 Daftar Waralaba Dan Franchise Mulai Dari 1 Juta sd 1 Milyar
“Jangan gengsi saat memulai usaha,” demikian pesan Akbar kepada pemuda yang ingin bergelut di dunia bisnis. Pesan itu diberikan sebagaimana ia yang tak pernah gengsi menjual celana jeans kepada teman-temannya. Tanpa gengsi dan malu saat merintis bisnis celana denim, ia kini mengantongi omzet ratusan juta setiap bulan.
Bisnis Furniture Rotan Gaya Anak Muda
Ialah Abie Abdillah, pemuda yang jatuh cinta pada rotan dan ingin membesarkan kreasi rotan Indonesia di mata dunia. Jatuh bangun ia menggeluti bisnis furniture rotan. Dengan semangat dan kerja kerasnya, ia berhasil mendirikan studio Hiji yang kini produknya mampu tembus pasar ekspor.
Rotan dan anak muda bukan paduan yang sering ditemui kecuali bagi Abie. Desainer furniture tersebut melihat rotan sebagai peluang besar untuk menjajal dunia bisnis. Menurutnya, Indonesia memiliki kekayaan rotan yang berkualitas, namun sangat sedikit pengrajin yang menekuninya. Industri rotan pun mengalami stagnasi karena furniture berbahan rotan hanya memiliki desain itu-itu saja dan bergaya tua.
“Sekitar 80 persen kebutuhan material rotan dunia disokong dari Indonesia. Itu pun dari sekitar 600 spesies, baru 8 persen yang dimanfaatkan menjadi komoditas komersial. Jadi masih besar potensinya,” tutur Abie dikutip dari Kontan.co.id.
Ketertarikan Abie pada rotan telah ada sejak ia mengenyam pendidikan di Jurusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung. Dengan idealismenya, ia ingin Indonesia dikenal sebagai negeri rotan.
“Saya ingin rotan Indonesia berkelas dan bermartabat. Skill perajin di Indonesia merupakan yang tercanggih di dunia untuk rotan dan ukir,” tuturnya.
Merintis Bisnis
Studio Hiji menjadi brand yang dibuat Abie untuk bisnisnya. Studio tersebut menghasilkan produk furniture rotan dari awal desain, produksi hingga hasil jadi. Abie memegang kendali untuk segala desain furniture. Dengan gaya anak muda, ia menghasilkan produk rotan yang sangat tak biasa. Bergaya kontemporer, demikian produk rotan yang dihasilkan Studio Hiji.
Namun perjalanan bisnis furniture rotan yang dibangun Abie tidaklah mudah. Bahkan di awal merintis bisnisnya pada tahun 2009, ia sempat mengalami bisnis yang berdarah. Meski telah membangun sebuah studio, mempekerjakan pengrajin, hingga bekerja sama dengan para arsitek dan desainer interior, bisnis Abie tak nampak ada kemajuan.
Bertahun-tahun Abie mengalami stag dalam bisnisnya. Ia pun kemudian memilih resign dari pekerjaan tetapnya di sebuah perusahaan besar pada tahun 2013 agar fokus mengembangkan Studio Hiji.
Namun ternyata bisnisnya pun belum berjalan dengan lancar. “Saya sempat stres, yang tadinya punya penghasilan tetap per bulan, jadi tidak ada. Lalu, jika ada produksi yang tidak sesuai dengan ekspektasi, harus ditalangi untuk produksi lagi,” ujarnya.
Keinginan untuk Ekspor
Abie sangat ingin agar produknya dapat menembus pasar ekspor. Ia pun melakukan berbagai upaya yang tidak sedikit. Berbagai pameran furniture di luar negeri ia ikuti. Tentu tak sedikit modal yang dibutuhkan untuk melakukannya. Tiga tahun ia melakukannya namun tak ada hasil yang nampak untuk melakukan ekspor produk rotannya.
“Kadang jika saya memaksa ikut pameran, saya keluar uang puluhan juta tapi ketika pulang tidak ada buyer yang beli. Pada saat 1-3 tahun awal masih sangat struggle,” kisah pemuda Bandung kelahiran 1986 tersebut.
Tak hanya pameran, berbagai kompetisi juga diikuti Abie. Menurutnya, jika memiliki nama sebagai desainer furniture handal, maka akan sangat membantu dalam pemasaran produk. “Jika tidak punya nama di luar, tidak akan dilirik. Maka, saya ikut banyak kompetisi dan penghargaan di luar negeri, sehingga cukup membantu dalam pemasaran dan penjualan,”
kata Abie yang berhasil meraih berbagai penghargaan seperti Platinum Prize Winner dalam Indonesia Furniture, Honorable Mention Singapore Furniture Design, Rising Asian Talents di acara Maison & Objet Asia dan Innovative Craft Award di Thailand.
Setelah bertahun-tahun berusaha, angin segar pun datang. Pada tahun 2013, ia bertemu dengan dua orang pelaku usaha asal Singapura yang berkeinginan menjadi distributor Studio Hijji.
Tak tanggung-tanggung, keduanya merupakan distributor furniture Asia Tenggara yang berbasis di Singapura, The Common Goods. “Mereka meminta izin untuk menjadi partner distribusi saya, sehingga di tahun 2014 kami tanda tangan kontrak dan mereka jadi distributor untuk Asia Tenggara,” tuturnya.
Dari distributor tersebut, Abie berhasil melakukan ekspor furniture rotan produksi studionya. Dia bahkan pernah menang proyek untuk mengisi furniture restoran di Malaysia. Saat ini, produksi furniture rotan Studio Hiji berhasil mengambil bagian 20 persen untuk komoditi ekspor. Adapun 80 persen produknya masih dijual di pasar lokal.
Omset yang dikantongi Abie memang belum cukup besar, yakni Rp 30 hingga Rp 40 juta setiap bulan. Namun perkembangan Studio Hijji saat ini sangatlah pesat.
Terakhir, Abie bahkan menjalin kerja sama dengan Grup Vivere untuk mengembangkan desain furniture rotan untuk berbagai produk seperti sofa, accent chair, dining table, coffee table, dan lain sebagainya.
Mencicipi Manisnya Bisnis Martabak Mini
Salah satu usaha kuliner yang selalu eksis dari masa ke masa ialah martabak. Besarnya peluang bisnis cemilan lezat tersebut juga dilihat dan dimanfaatkan Venny Junafiah. Ingin tampil unik, ia membuka bisnis martabak mini dengan menjual martabak bayi yang mungil namun memiliki rasa juara.
Martabak mini memang sudah banyak ditemui di jalanan dan bukan hal baru di usaha kuliner. Namun Venny memberikan inovasi berbeda pada bisnis martabak mini miliknya.
Baby martabak, demikian ia menamai produk martabak inovasinya. Ia membuat baby martabak dengan diameter 3 sentimeter dan martabak mini dengan diameter 8 sentimeter.
Venny juga mengikuti tren yang ada dengan memberikan toping beragam pada martabak mini dan martabak bayinya. Tak hanya meses dan keju, ia juga memberi varian taburan seperti cokelat, ovamaltine, marshmallow, es krim dan lain sebagainya, Menurut Vanny, ia menyediakan ragam taburan hingga 30 varian. Dengannya pembeli tak akan bosan dengan rasa martabak yang itu-itu saja.
Harga jual yang dipatok Vanny pun tak terlalu mahal. Per satuannya, martabak mini dijual dari Rp 4 ribu hingga Rp 8 ribu tergantung jenis taburannya. Ada pula satu set kotak baby martabak berisi 6 buah yang dijual seharga Rp 15 ribu.
Dimulai dari Bisnis Online
Bisnis martabak mini ternyata juga bisa dilakukan secara online. Itulah yang pertama kali dilakukan oleh Vanny saat memulai bisnisnya. Mengusung brand Mamime atau Martabak Mini Medan, ia merintis usaha tanpa adanya sebuah gerai melainkan hanya berkonsep bisnis online.
Vany memulai bisnis online martabak mini pada tahun 2014 lalu. Setahun kemudian, tepatnya di awal tahun 2015, ia membuka gerai Mamime untuk pertama kalinya di Kota Medan, Sumatera Utara. Gerai pertama itu pun saat ini menjadi gerai pusat yang melayani kemitraan di banyak kota.
Vanny membuat gerai Mamime bukan sekedar booth melainkan tempat makan bergaya kafe. Ia mengusung konsep gerai yang dapat dijadikan tempat bersantai hingga ngumpul-ngumpul.
“Konsep untuk gerai pusat seperti kafe, jadi sekalian dibuat tempat nongkrong,” tuturnya
Ternyata gerai pertama Mamime tersebut disambut antusias oleh masyarakat. Vany berhasil mengembangkan usahanya dengan cepat. Tak lama kemudian ia membuka tiga cabang gerai baru yang semuanya berlokasi di Kota Medan. Vany pun berhasil melebarkan sayap keluar kota, bahkan luar negeri dengan konsep franchise. Tahun ini, ia fokus menjalin kemitraan dengan harapan bisnis Mamime dapat tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Menawarkan Franchise
Karena melihat bisnisnya yang berkembang pesat, Vany melakukan ekspansi usaha. Ia membuka kemitraan atau franchise Mamime pada tahun 2017. Meski baru memulainya, ternyata Vany menjalin kerja sama dengan banyak mitra dari kota-kota di Sumatera bahkan ada pula seorang mitra asal Malaysia.
Vany menuturkan, tak banyak syarat yang harus dipenuhi oleh mitra franchise Mamime. Mitra hanyalah berkewajiban menggunakan bahan baku yang seluruhnya berasal dari pusat. Minimal penjualan yang harus dilakukan mitra ialah sekitar 40 bungkus setiap bulannya.
Adapun harga yang ditawarkan Vanny untuk franchise Mamime ada dua ragam paket. Kedua paket tersebut yakni paket non booth seharga Rp 13,5 juta dan paket booth seharga Rp 25 juta. Dengan membeli paket franchise, mitra sudah mendapatkan bahan baku, peralatan lengkap, pelatihan dan branding.
Vany menuturkan, mitra franchise Mamime dapat balik modal hanya dalam waktu tiga bulan. Menurutnya, mitra dapat mengantungi omzet hingga Rp 700 ribu setiap hari atau Rp 21 juta setiap bulannya. Laba yang bisa didapat dalam bisnis martabak mini franchise tersebut pun mencapai 45 persen. Artinya, jika mitra mampu meraih omset Rp 21 juta per bulan, maka ia dapat mengantongi laba bersih hingga Rp 9,45 juta tiap bulannya. Bisnis yang cukup menggiurkan.
Franchise Murah Meriah Ala Bakso Mini
Saat ini begitu banyak tawaran franchise terutama di bisnis kuliner. Usaha dengan membeli waralaba cukup digemari terutama bagi masyarakat yang ingin berwirausaha namun tak memiliki produk ataupun bingung cara memulainya. Bakso mini Pentol Planet merupakan salah satu franchise murah yang memberi kesempatan masyarakat untuk berwirausaha.
Franchise memang menjadi solusi untuk yang ingin memulai usaha. Namun butuh modal yang cukup banyak untuk membeli sebuah franchise.
Sangat jarang franchise yang mematok harga di bawah Rp 5 juta. Namun mahalnya membeli franchise tak berlaku bagi Pentol Planet. Bisnis jajanan bakso tersebut mengusung konsep franchise murah dengan menawarkan pembelian waralaba hanya dengan Rp 1,5 juta saja.
Toha Saputra, pemilik bisnis bakso mini Pentol Planet menawarkan empat paket kemitraan yang ditawarkan dari harga Rp 1,5 juta saja. Paket pertama seharga Rp 1,5 juta memberikan mitra beberapa fasilitas berupa video pelatihan, branding dan bahan baku awal.
Ada pula paket kedua seharga Rp 2,5 juta saja namun mitra sudah mendapatkan sebuah stand bergerak atau booth mobile, video pelatihan, branding, bahan baku awal dan peralatan tambahan.
Paket ketiga dan keempat sedikit lebih mahal, namun memberikan fasilitas yang lebih banyak pula. Untuk paket tiga dengan fasilitas booth yang lebih besar dan bersifat statis dijual seharga Rp 7,5 juta.
Adapun paket keempat ibarat distributor yang dapat memasok bahan baku untuk mitra di kotanya. Paket seharga Rp 15 juta tersebut memberikan tiga buah booth bergerak bahkan resep rahasia pembuatan bakso mini Pentol Planet.
Dengan konsep franchise murah meriah, Toha berhasil menjual ratusan franchise Pentol Planet yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurutnya, ia telah memiliki 115 mitra usaha franchise yang tersebar di banyak daerah seperti Bali, Yogyakarta, Bekasi, Balikpapan hingga Palangkaraya.
Awal Mula Bisnis Bakso Mini
Sejak tahun 2007, Toha merintis bisnis bakso mini bermerek Pentol Planet. Warga Trenggalek Jawa Timur tersebut menargetkan konsumen kelas menengah ke bawah dengan mematok harga bakso yang murah meriah, yakni Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu saja per porsinya. Alhasil, usahanya tersebut mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat.
Selain harga yang murah dan rasa yang enak, Toha mengedepankan produknya yang unik dan dibuat dengan bahan alami. Beragam varian rasa bakso mini dibuatnya yakni original, bakso mini sayur hingga bakso mini buah naga. “Pentol sayur dan naga itu ada warnanya, kami menggunakan pewarna alami yang aman,” kata Toha, dilansir kontan.co.id.
Sepuluh tahun sudah ia melakoni bisnis bakso mini, namun tak ada tanda-tanda bisnisnya akan gulung tikar. Justru Toha mengalami perkembangan yang terus meningkat. Sebelum melakukan ekspansi usaha dengan menawarkan waralaba, Toha membuka cabang gerai Pentol Planet sendiri khusus di kotanya dan beberapa kota tetangga. Total ada 20 gerai cabang yang ia dirikan dan tersebar di daerah Jawa Timur.
Menjajal Bisnis Waralaba
Awalnya Toha hanya ingin produknya dapat tersebar di kota-kota lain dan tak hanya berkutat di daerah Jawa Timur saja. Namun ia tak sanggup mengurus banyak gerai yang berjarak sangat jauh dari tempat tinggalnya. Dari situlah ia pun memutuskan untuk menjajal bisnis waralaba dengan menjual franchise bakso mini Pentol Planet.
Toha memulai ekspansi usaha dengan bisnis waralaba tersebut sejak tiga tahun lalu. Ternyata ia mendapat respons yang sangat positif. Terbukti dengan ratusan franchise yang berhasil dijualnya. Bahkan karena saking banyaknya jumlah mitra yang bekerja sama, Toha sempat kewalahan. Karena itulah ia hanya akan menargetkan 10 mitra saja untuk tahun 2017 ini.
Menurut Toha, bisnis bakso mini sangat menjanjikan keuntungan. Laba yang diperoleh untuk penjualan bakso mini dapat mencapai 30 persen dari omzet. Mitra bisnis waralaba Pentol Planet, kata Toha, dapat balik modal hanya dalam waktu 3 bulan jika mereka dapat meraih omzet Rp 1 juta per hari. Bagaimana, tertarik menjadi mitra Pentol Planet?
+ There are no comments
Add yours