Myth 6: Digital Marketing is Trial & Error. Bukan Untuk Coba-Coba
Masih ingat iklan yang berbunyi “Buat anak, kok coba-coba?” Demikian juga digital marketing. Strategi ini bukan lagi trial & error, melainkan laku wajib bagi merek yang ingin tetap relevan dan menjangkau pelanggan kekinian.
Bagi seorang pemasar yang baru masuk ke dunia digital marketing, langkah ini kerap dianggap sebagai proyek coba-coba dengan hasil yang untung-untungan.
Kendati demikian, digital marketing era sekarang bukan lagi opsional, melainkan keharusan bagi bisnis di semua industri. Bisnis bisa lebih sukses ketika menerapkan digital marketing.
Belajar dari fenomena sepinya pasar tekstil di Tanah Abang, Jakarta Pusat karena hampir semua pembeli beralih ke online menandakan bahwa digital marketing is working. Apalagi pemasar membidik segmen masa depan seperti Gen Z & Alpha yang harus didekati dengan cara-cara ini.
Berdasarkan penelitian Business 2 Community, setidaknya ada enam kanal digital marketing yang terbilang cukup efektif mendorong penjualan. Pertama adalah media sosial denga efektivitas sebesar 81%. Kemudian diikuti oleh website dan email yang masing-masing memiliki persentase 78% serta 69%.
Display atau banner ads menempati peringkat keempat dengan efektivitas sebesar 55%. Lalu ditempati oleh mobile app dan content marketing. Masing-masing memiliki persentase 53%. Adapun penelitian ini melibatkan responden sebanyak 501 pemasar. (Grafik 1).

Pada dasarnya, menggunakan digital marketing sangat membantu pemasar untuk meningkatkan penjualan dan mengetahui pola perilaku pembelian. Pasalnya, seluruh kebiasaan konsumen terekam secara langsung sehingga bisa digunakan sebagai acuan dalam menentukan strategi pemasaran.
Hera F. Haryn, Executive Vice President PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjelaskan, perusahaannya sangat getol dalam melakukan digital marketing pada saat ini. Pasalnya, secara demografi nasabah mereka didominasi Milenial dan Gen Z dengan persentase 60%. Kedua generasi tersebut sudah sangat melek digital sehingga melakukan digital marketing merupakan sebuah kewajiban.
baca juga
Menurutnya, agar transformasi digital dapat berjalan efektif, perusahaan harus memulai dari masalah atau pain point pelanggan. Untuk bisa menemukan permasalah pelanggan, paling gampang dengan memotret percakapan yang terjadi di media sosial. Kemudian, melakukan klasifikasi permasalahan mana yang paling mendesak ditemukan solusinya.
“Digital marketing yang kami lakukan bisa memberikan pelayan dan produk yang tidak hanya nyaman, tapi juga aman digunakan nasabah. Jadi kami punya teknologi yang namanya better, faster, cheaper dan saver dalam mengembangkan ekosistem digital,” kata Hera.
Selain beradaptasi dengan tuntutan zaman dan nasabah, upaya digital marketing dilakukan untuk mempermudah transaksi. Hal ini lantaran volume transaksi BCA dalam satu hari rata-ratanya mencapai 66 juta kali, bahkan dalam waktu tertentu bisa mencapai 100 juta kali. Sehingga peran teknologi sangat dibutuhkan.
Kendati demikian, Hera memastikan layanan offline masih tetap ada di kantor-kantor cabang. Hanya saja, layanan offline diberikan untuk hal-hal yang sifatnya repetitif melalui smart teller.
“Dalam berbisnis pasti fokus pada nasabah, maka kami harus memberikan layanan produk terbaik dan relevan dengan kebutuhan pasar, termasuk the way of life-nya mereka. Semenjak pandemi COVID-19 layanan online tumbuh sangat pesat, walaupun ada beberapa orang yang menyukai offline. Makanya, BCA mengusung hybrid banking,” tuturnya.
Sementara itu, Megawaty Khie, Country Director Google Cloud Indonesia menambahkan, dalam melakukan digital marketing, perusahaan perlu menyadari bahwa prinsip-prinsip dasar marketing konvensional tetap dipegang. Sebab, strategi tidak meninggalkan prinsip-prinsip marketing konvensional, tetapi mengintegrasikan antara online dan offline, human dan technology.
Megawati bilang, digital marketing erat hubungannya dengan banyak data. Sebelum meluncurkan kampanye digital, langkah pertama yang penting adalah melakukan analisis mendalam terhadap data. Ini termasuk memahami profil audiens target, perilaku online mereka, dan tren pasar yang relevan.
Dengan data yang akurat dan komprehensif, pemasar dapat mengidentifikasi peluang, memprediksi pola perilaku, dan merancang strategi yang lebih efektif. Melalui penargetan yang tepat, pesan-pesan pemasaran dapat disesuaikan secara lebih personal dan relevan untuk setiap segmen audiens, meningkatkan kemungkinan keterlibatan dan respons positif sehingga bisa mendorong penjualan.
Digital marketing bisa memberikan pelayan dan produk yang tidak hanya nyaman, tapi juga aman bagi nasabah.
Hera F. Haryn, ExecutiveVice President PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
