ukms.or.id/.com – Brett Sheffield asal Manitoba, Kanada, keluar menjadi pemenang dalam Student Entrepreneurship Championship (SEC) di Bulan Mei 2012. Sheffield berhasil mengalahkan ribuan kontestan bahkan mahasiswa MBA dari universitas top. Pemuda berusia 27 tahun sukses membuat para juri yang notabene CEO top di Kanada terpukau dengan bisnis pertaniannya.
“Saya rasa juri tidak benar-benar berpikir para petani sebagai pengusaha,” kata Sheffield seperti yang dikutip Canadian Farm Manager. “Tapi ketika mereka melihat kealamian bisnis saya, bagaimana berdedikasinya saya terhadap pertumbuhan produk saya, dan bagaimana pertanian penting bagi perekonomian warga Kanada, mereka kemudian paham,” jelasnya lagi.
Sheffield memulai bertani pada tahun 2008 dengan 160 hektar Kanola dan sekarang memiliki 1700 hektar biji-bijian dan oilseed. Seiring lahan pertaniannya bertambah luas, ia pun belajar menjadi seorang manajer. “Semakin saya bertambah besar, saya harus belajar lebih menjadi seorang manajer. Satu contoh, Ketika seorang pegawai saya melakukan pemupukan sulfur, lalu ada satu lahan yang terlewat. Hasil Kanola saya kosong pada lahan tersebut dan menyebabkan saya rugi US$20.000. Sejak itu, Saya belajar untuk terus mencatat lebih baik. Sekarang semua data yang datang masuk ke iPad saya.”
Sheffield pun belajar melihat peluang bisnis. “Karena hujan, banyak orang yang memutuskan untuk tidak menanam dan mengaukms.or.id/l US$ 80 per hektar biaya kelebihan pengairan,” ujarnya. “Tapi, saya mencoba untuk menanam dan Kanola saya panen 30 karung satu hektar. Jadi, alih-alih saya membawa pulang US$80, saya bisa membawa pulang US$400 per hektar gross.”
Hal tersebut bukanlah menggambarkan sebuah pertaruhan bagi para panel juri SEC. Tapi merupakan pengaukms.or.id/lan risiko yang sudah diperhitungkan. Yang menarik, Brett Sheffield ternyata tidak berniat menjadi seorang petani. Sebagai anak petani yang kuliah di Universitas North Dakota jurusan Pendidikan Jasmani, ia ingin melakukan hal lain. “Seperti anak petani pada umumnya, saya ingin menjauh dari pertanian dan melakukan hal lain,” akunya. Tapi, pada akhirnya ia merindukan kegiatan bertani dan terjun di dalamnya.
Baca juga: Little Gardenia, Gali Peluang Bisnis Tanaman Hias Dengan Konsep Unik dan Tematik
Menurutnya, usaha yang ia lakoni sangat memengaruhinya. “Proyek ini soal apa yang bisa saya bangun di lahan, membangun tujuan yang realistis, mengevaluasi peralatan yang saya miliki, dan membuat tujuan praktis. Saya berada di lahan setelah kelas dan usaha ini telah menjadi bagian besar dalam kesuksesan saya.”
Tak selamanya menjadi seorang petani harus miskin seperti yang umumnya kita lihat. Jika kita bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbisnis serta ilmu pertanian secara bersamaan, tak menutup kemungkinan hasilnya akan cemerlang seperti apa yang dilakukan oleh anak muda asal Kanada ini.
Sheffield adalah salah satu potret anak muda di negara subtropis yang sukses terjun menggarap lahan pertanian menjadi bisnis yang menjanjikan. Sangat mungkin bagi anak-anak muda Indonesia bisa lebih sukses daripada Sheffield mengingat Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki lebih banyak SDA yang belum sepenuhnya tergarap. Jangan sampai digarap pihak luar, kita anak muda Indonesia mampu!
Salah satu contoh petani muda Indonesia yang mampu menunjukkan prestasinya yaitu Miftahul Huda, sarjana lulusan IPB, yang memilih karir sebagai petani sekaligus pebisnis. Pemuda ini berhasil mengembangkan pertanian kentang di kampung halamannya dan membantu meningkatkan kesejahteraan para petani setempat.
Jadi, kerja menggarap lahan pertanian se-keren kerja di Google kok! Tertarik?
Baca juga: Jangan Sampai Bisnis Berantakan Karena Salah Pilih Ide! Begini 3 Cara Mewujudkan Bisnis Dari Sebuah Ide
+ There are no comments
Add yours