Bisnis Kain Gedog Tuban Berkibar Di Jepang dan Belanda Berkat Wanita Ini

ukms.or.id/.com  Motivasi saya tidak cuma duit namun bagaimana melestarikan dari hulu ke hilir itu dapat jalan selalu. Tak mati lantaran pergantian jaman. Saya yaitu orang Tuban jadi saya terasa turut mempunyai budaya ini, ” catat Siti Fatimah Nasih (Yang memiliki usaha kain tenun Gedog).

Product kerajinan tangan asal Indonesia telah disadari mutunya di negara lain. Biasanya, product kerajinan tangan asal Indonesia mempunyai design yang unik dan di produksi semua dengan memakai tangan beberapa pengrajin.

Siti Fatimah Nasih yaitu satu diantara pengrajin yang telah rasakan manisnya mencicipi pasar luar negeri. Wanita kelahiran Tuban, 61 th. silam itu sukses jual product kerajinan tangan berbentuk kain tenun Gedog sampai ke mancanegara.  ia bercerita bisnisnya ini diawali sebelumnya th. 2000-an.

Bisnis Kain Gedog Tuban Berkibar Di Jepang dan Belanda Berkat Wanita Ini

“Tenun Gedog Tuban itu yaitu satu diantara kerajinan serta kebudayaan yang menghadap pada baju di daerah Jawa Timur, Kabupaten Tuban tepatnya di Kecamatan Kerek atau kurang lebih 15 Km dari kota Tuban, ” ungkap Siti waktu mulai menceritakan

Baca juga : 3-kisah-entrepreneur-jatuh-bangun-luar-dan-dalam-negri/

Siti mengungkap awalannya ia lihat di daerahnya terdapat banyak petani kapas serta pengrajin benang yang belum banyak diberdayakan. Pada akhirnya ia serta anaknya yang kebetulan tengah mengaukms.or.id/l pendidikan pasca sarjana coba bikin design usaha menarik dengan maksud dapat memberdayakan beberapa petani kapas serta pengrajin benang.

“Saya masuk ke usaha ini sebenarnya dari awalannya bukanlah usaha lantaran terpanggil saja hati kami. Saat itu anak saya tengah mengaukms.or.id/l S3 dia lagi survey apa sih yang dapat dibangkitkan di daerah Jawa Timur terutama di daerah Tuban, ” imbuhnya.

Pada akhirnya design usaha menghadap ke kain tenun Gedog. Dari langkah tersebut Siti tak menganggap, usaha yang awalannya cuma beberapa cobalah saat ini beralih jadi tidak kecil.

“Pas masuk ke daerah Kerek itu, kok banyak ibu-ibu yang telah tua tengah bikin benang dari kapas asli yang ditanam sendiri oleh petani lalu jadikan benang serta selalu jadikan bahan tenun melalui alat tenun tradisional yang gunakan tangan serta menyebabkan bunyi dok dok. Lantaran bunyi dok dok tersebut pada akhirnya tenun ini dinamakan tenun Gedog, ” cetusnya.

Mengawali Tanpa ada Modal serta Mengaplikasikan Pola Usaha Terintegrasi

Siti Fatimah Nasih mulai memiliki komitmen untuk membesarkan usaha kain tenun Gedog di Kecamatan Kerek, Tuban di th. 2000. Ia mengakui tak keluarkan sekalipun modal untuk mengawali bisnisnya ini.

Cuma saja, ia menyerahkan sebagian perhiasan kepunyaannya sebagai jaminan pada beberapa pengrajin kain tenun Gedog. Kain tenun Gedog yang di buat oleh beberapa pengrajin di Kecamatan Kerek, Tuban ia bawa untuk dipamerkan di sebagian tempat, seperti di Jakarta.

“Saat itu kami tak bermodal duit lantaran kami tak miliki duit. Jadi perhiasan yang ada kita titipkan pada kawan lama. Dia pembuat tenun serta batik gedog serta kita diakui untuk membawa barangnya untuk diikutsertakan dalam pameran di Jakarta, ” katanya.

Bisnis Kain Gedog Tuban Berkibar Di Jepang dan Belanda Berkat Wanita Ini

Terkecuali mengusung satu usaha baru di daerahnya, Siti coba melindungi kebiasaan kain gedog supaya tak punah. Menurut Siti, jumlah pengrajin kain Gedog di Kecamatan Kerek tiap-tiap th. makin menyusut.

“Pada saat itu batik atau tenun Gedog ini telah nyaris musnah, ” imbuhnya.

Siti mengungkap, ia berniat mencetuskan bisnisnya ini untuk menghidupkan semangat beberapa pembatik/penenun Gedog di wilayahnya. Ia lalu mulai pelajari bagaimana bikin pola usaha kain tenun Gedog yang terintegrasi.

Baca juga : mengenal-mesranya-ikatan-bisnis-facebook-dan-mandiri/

Prosesnya diawali dari penanaman kapas sebagai bahan baku paling utama, penuaian kapas, pembuatan benang, pembuatan warna sampai pembuatan tenun yang siap gunakan. Pola usaha ini melibatkan segera petani kapas sampai beberapa pengrajin di Kecamatan Kerek.

“Sehingga kami berusaha keras untuk menjualkan, mengarahkan supaya dapat produksi tambah baik serta ada nilai jual, ” tuturnya.

Memakai Pewarna Alami serta Kapas Lokal

Kain tenun Gedog yang di buat Siti Fatimah Nasih mempunyai banyak kekhasan. Salah nya ialah semua bahan pewarna kain tenun Gedog datang dari pewarna alami.

“Pewarnanya ini warna alami. Dari daun tom, dari akar mangga, pelepah mahoni dan sebagainya, ” sebutnya.

Terkecuali memakai pewarna alami, bahan basic kain tenun Gedog juga datang dari kapas lokal. Siti menanggung tak ada bahan baku yang diimpor dari negara lain. Tersebut penyebabnya struktur kain Gedog bikinannya begitu halus. Menurut Siti hal semacam ini pasti tidak sama dengan kain tenun yang memiliki bahan basic sintesis yang mempunyai struktur lebih
kasar.

Baca juga : wanita-ini-memilih-bisnis-songket-jaukms.or.id/-sebagai-jalan-hidupnya/

“Kalau tenun yang lain itu benangnya dapat darimana saja namun bila tenun Gedog ini dari struktur begitu beda serta terbuat seratus % dari kapas lokal serta tanpa ada bahan pewarna buatan. Semuanya warnanya alami. Sesungguhnya banyak tenun yang memakai warna sintetis, namun bila tenun kami ini berusaha keras menjaga yang alami, ” tuturnya.

Disamping itu untuk motif kain Gedog, Siti memakai motif yang telah digunakan oleh orang-orang di Kecamatan Kerek. Ia juga memohon pada sang anak untuk bikin design motif lain yang berkesan lebih moderen. Lantas untuk alat tenunnya juga memakai alat tenun tradisional yang melibatkan tangan beberapa pengrajin lokal.

“Kalau design pakemnya mereka memanglah telah ada. Namun kebetulan anak saya dapat gambar ya dia juga turut menggambar jadi ada inovasi, ” tuturnya.

Begitu, Siti mengakui dengan cara segera dapat memberdayakan perekonomian orang-orang lokal sekitaran. Dengan pola usaha terintegrasi, petani kapas serta beberapa pengrajin kain Gedog di Kecamatan Kerek, Tuban saat ini tak akan cemas bagaimana sulitnya memperoleh duit.

Baca juga : surabaya-event-expo-2016/

“Dulu petani serta pengrajin di sana tak berasumsi hal semacam ini bernilai usaha. Lalu datang lah kami yang berusaha jadikan tenun Gedog ini tempat usaha yang dapat menolong menghidupi mereka, ” ucapnya.

Angkat Nilai Heritage, Kain Gedog Tuban Di jual Sampai Jepang serta Belanda

Mempunyai motif yang khas serta di buat dengan bahan baku lokal yaitu kelebihan yang di tawarkan kain Gedog buatan Siti Fatimah Nasih. Tak heran apabila kain tenun bikinannya ini dilirik, dibeli serta dipesan sampai ke mancanegara.

“Kalau dari luar negeri Umumnya itu dari Jepang serta Belanda, ” ungkap Siti.

Terkecuali diekspor ke dua negara itu, kain tenun Gedog buatan Siti juga dibidik kolektor asal Jakarta. “Sementara dari dalam negeri itu umumnya kolektor yang datang dari Jakarta, ” sebutnya.

Siti mengakui tak heran apabila banyak kolektor mencari kain tenun Gedog bikinannya. Terkecuali dikira nyaris punah, kain Gedog atau umum orang-orang dahulu menyebutkan kain tenun khas Tuban ini memanglah mempunyai nilai histori. Karenanya, Siti meramu pembuatan kain Gedog dengan balutan kapas lokal serta pewarna alami dan ditenun menggunakan
alat tradisional.

Bisnis Kain Gedog Tuban Berkibar Di Jepang dan Belanda Berkat Wanita Ini 2

“Alhamdulilah sejak dari th. 2000-an hingga saat ini laris selalu. Telah beberapa orang yang tahu serta mereka terasa tertarik, bahkan juga ada orang asing yang ingin beli tenun Gedok ini. Jadi ya kesempatan pasar tenun Gedok terbuka lebar, lantaran kain tenun Gedog kan termasuk juga bahan haritage, ” katanya.

Lantaran di buat dengan cara tradisional, kain Gedog buatan Siti di bandrol cukup mahal. Siti mematok tiap-tiap potong kain Gedog seharga Rp 1, 7 juta. Walau bernilai mahal, permintaaan kain Gedog tak pernah surut.

“Harganya sampai Rp 1, 7 juta/potong. Yang bikin kain tenun mahal itu dari kesusahan menggambarnya (motif) sama pewarnaan aslinya, ” ucapnya.

Tingginya ketertarikan calon konsumen pada kain Gedog berimbas pada pendapatan yang di terima Siti. Tiap-tiap bln., Siti mengakui teratur memperoleh omzet kian lebih Rp 50 juta.

“Setiap bln. ya terkadang Rp 50 juta, bahkan juga lebih, ” sebutnya.

Tidak Pernah Takut Disaingi Kompetitor

Dengan makin besarnya nama kain tenun Gedog, Siti mengungkap saat ini mulai bermunculan pesaing product sama. Tetapi Siti menyatakan dianya tak cemas disaingi oleh beberapa pesaingnya. Ia malah mengakui suka lantaran kain tenun Gedog saat ini tak akan langka atau nyaris punah.

Baca juga : hasil-karya-kerajinan-tangan-kain-tenun-lampung-alternatif-bisnis-home-decor/

“Saya tak berasumsi mereka itu pesaing namun motivator. Saya terkadang nanya ke orang lain strategi berhasil mereka. Nah dari situ saya menjadikan bahan rujukan untuk selalu berinovasi serta menggali kreativitas, ” katanya.

Cukup di kenal dengan kain Gedog, Siti teratur memperoleh undangan untuk ikuti pameran baik didalam ataupun luar negeri. Supaya orang-orang lebih mengetahui kain Gedog, Siti juga sudah bikin satu unit galeri di Tuban. Didalam galeri itu, Anda bisa melihat-lihat histori serta macam motif kain Gedog yang di buat oleh Siti. Sedang langkah lain yang diperkembang Siti untuk memperluas jaringan pemasarannya yaitu sediakan info lewat media on-line seperti Facebook serta Instagram.

“Selain turut pameran ya paling dirumah serta lewat sosial media, ” katanya.

Siti mengakui sedikit tak yakin usaha yang sudah dirintis mulai sejak th. 2000 itu saat ini semakin jadi membesar. Walau mempunyai omzet yang cukup tidak kecil, motif sebenarnya Siti tekuni usaha ini hanya cuma untuk memberdayakan orang-orang desa serta melindungi supaya kain Gedog tak punah.

Baca juga : sejam-bersama-anne-avantie-sang-jenius-trend-setter-fashion-kebaya-di-indonesia/

“Motivasi saya tidak cuma duit namun bagaimana melestarikan dari hulu ke hilir itu dapat jalan selalu. Tak mati lantaran pergantian jaman. Saya yaitu orang Tuban jadi saya terasa turut mempunyai budaya ini, ” tandasnya.