ukms.or.id – Padukan Idealisme dan Minat Pasar , Menciptakan busana yang unik dan menarik rupanya tak cukup untuk bertahan di industri fesyen. Produk fesyen tetap harus mengikuti tren dan tuntutan konsumen.
Dalam industri fesyen, benturan antara idealisme desain dan minat pasar tak terelakkan. Di satu sisi, merek harus memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Sementara, produk harus laku terjual untuk mencapai profit. Sehingga dua hal tersebut harus disatukan agar merek tetap punya diferensiasi dan tetap laris
TANGAN merupakan salah satu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang berhasil memadukan dua sisi tersebut. Merek fesyen ini lahir pada tahun 2015.
Pendirinya adalah Zico Halim dan Margaretha Novianty. Zico sebelumnya memiliki latar belakang sebagai konsultan kreatif. Sementara, Margaretha atau yang akrab disapa Novi ini pernah menjadi editor di sebuah majalah fesyen.
Dalam menciptakan koleksi TANGAN, keduanya seringkali harus beradu pemikiran. Menentukan antara desain yang menarik dan desain yang laku. Zico yang menjabat sebagai Creative Director TANGAN memiliki tanggung jawab besar dalam mengatur desain produk.
Sementara Novi yang menjabat sebagai Head of Marketing TANGAN punya tanggung jawab untuk membuat produknya laris di pasar.
“Meskipun kami sudah mempunyai pakem desain, tapi kami sering melakukan trial and error. Jadi, eksplorasi desain tidak stagnan, tapi terus berlanjut,” kata Zico
TANGAN merupakan label fesyen yang memiliki ciri khas unfinished alias belum rampung pada desain busananya. Nuansa unfinished ini terlihat dari detail patchwork dalam beberapa rancangannya. Namun, inilah yang membuat rancangan TANGAN memiliki ciri khas tersendiri.
Konsep unfinished merupakan filosofi dari nama TANGAN. Zico meyakini bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia tidaklah sempurna. Sehingga ketidaksempurnaan itulah yang direpresentasikan merek ini dalam rancangan dan nama.
Keunikan TANGAN sebagai label fesyen tak sekadar dari rancangan desainnya. Penulisan TANGAN tidak menggunakan huruf alfabet, melainkan huruf braille yang digunakan para tunanetra. “Karena kita ingin menunjukkan tidak cuma kualitas juga, tapi experience. Jadi secara kualitas dan secara material maupun tekstur, kami menetapkan standar yang tinggi,” ucap Zico
Novi menambahkan, awalnya, TANGAN diposisikan sebagai merek fesyen premium ready to wear. Namun, lambat laun, seiring dengan eksplorasi desain, label fesyen ini
kini memiliki empat lini koleksi. Keempat lini koleksi tersebut yakni TANGAN main collection, TANGAN WHIM, TANGAN PRIVE, dan Re- TANGAN
Perbedaan lini koleksi tersebut tercermin
pada segmen pasarnya. Koleksi utama TANGAN menyasar segmen pasar yang lebih dewasa yang mengerti konsep pakaian premium. Koleksi ini bersifat musiman. Untuk membelinya, konsumen harus melakukan prapesan terlebih dahulu.
TANGAN WHIM merupakan rancangan premium yang dikemas dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan koleksi utama. Selain lebih terjangkau, koleksi ini dibuat dengan mayoritas desain yang ready stock Sedangkan TANGAN PRIVÉ merupakan koleksi musiman dengan jumlah terbatas. Uniknya, desain bisa disesuaikan dengan kemauan konsumen
Konsumen PRIVE biasanya memesan busana khusus untuk agenda tertentu, misalnya, gaun untuk pernikahan atau setelan jas untuk acara formal. “Ini memungkinkan konsumen memilih wama kain hingga jenis kain yang digunakan. Koleksi ini bersifat prapesan dengan jumlah kuota sebanyak sepuluh per musim,” tambah Novi.
Sementara, Re-TANGAN merupakan layanan untuk mendaur ulang stok busana lama yang digabung dengan bahan kain pilihan, dirajut sedemikian rupa sehingga menjadi busana baru. Konsep ini digunakan sebagai representasi merek dalam mendukung keberlanjutan. Sama seperti koleksi utama TANGAN dan PRIVE, koleksi ini bersifat prapesan.
Desain TANGAN yang uniseks membuat merek ini membidik laki-laki dan perempuan usia 25 hingga 35 tahun, khususnya untuk koleksi utama. Harga rancangannya berkisar di rentang Rp 2 juta hingga Rp 6 juta
Sementara, koleksi WHIM yang harganya lebih terjangkau untuk membidik segmen yang lebih muda, mulai dari usia 16 tahun. Patokan harga WHIM memiliki dari Rp 500.000 hingga Rp 1,8 juta. Lalu, koleksi PRIVE kisaran harganya di atas Rp 6 juta.
Tergantung dari kerumitan desain dan bahan yang digunakan. Sedangkan Re-TANGAN patokan harga juga ditentukan tingkat kerumitan dan bahan yang digunakan.
Baik Zico dan Novi mengakui merek TANGAN sangat tersegmentasi. Unik belum tentu mampu menembus semua pasar. Namun, jelas, TANGAN mampu meraup target pasar yang dituju. Pemasaran merek ini banyak menggunakan media sosial dan word of mouth.
Koleksi terbaru TANGAN selalu diunggah melalui media sosial. Selain itu, merek ini kerap menggelar pameran koleksi terbatas yang digelar di studionya di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Merek ini juga menggelar pameran yang bersifat private viewing hingga berpartisipasi di Jakarta Fashion Week.
Berapa omzet merek ini? Kedua pendiri TANGAN tidak membeberkan berapa pendapatan yang diraup. Sejak pandemi, penjualan TANGAN banyak ditopang oleh
koleksi WHIM yang mayoritas rancangannya ready stock
baca juga
Dampak pandemi juga membuat label fesyen ini menutup Studio TANGAN untuk private viewing. Selain itu, main collection sendiri sudah ditangguhkan sementara penjualannya sejak pandemi. Tapi menurut Zico, antusias pembeli pada koleksi tersebut yang g menginginkan main collection dari tahun sebelumnya masih banyak.
Rencananya, pada kuartal III tahun ini koleksi utama TANGAN akan meluncur.
Tidak hanya memiliki konsumen lokal, merek ini sudah menembus pasar internasional. “Produk kami sudah sampai Amerika Serikat, tapi belum terlalu rutin. Di Asia kami sudah sampai Hong Kong, tapi paling banyak pemesanan dari Singapura,” ujar Novi.
Meskipun kami sudah mempunyai pakem desain, tapi kami sering melakukan trial and error. Jadi, eksplorasi desain tidak stagnan, tapi terus berlanjut.
Zico Hallm
Creative Director TANGAN
+ There are no comments
Add yours