ukms.or.id/ – Saya lagi menonton program “Resep Rahasia” di Kompas TV Minggu pagi ini. Acara ini sebetulnya tentang kuliner tapi dikemas dengan acara jalan-jalan. Episode hari ini menampilkan daerah Sumatera Barat.
Di salah satu segmennya terlihat sang pembawa acara membeli oleh-oleh khas Padang di toko oleh-oleh terkenal Christine Hakim (setahu saya tidak ada hubungan dengan aktris populer Christine Hakim). Ada wawancara juga dengan ibu Christine sang pemilik toko, ada tayangan proses pembuatan kripik balado, ada juga informasi produk baru mereka yakni kripik balado dengan aroma durian.
Saya tahu pasti sebetulnya ada banyak pusat oleh-oleh di Padang dan kota lain di Sumbar yang sekelas dengan Christine Hakim. Tapi saya angkat topi dengan Christine Hakim yang menjadi nama pertama yang nancap di benak masyarakat kalau berbicara oleh-oleh Padang. Apakah acara di Kompas TV merupakan iklan terselubung atau tidak, biarlah menjadi rahasia Kompas TV.
Tapi yang ingin saya angkat di tulisan ini adalah betapa gurihnya bisnis oleh-oleh. Bermula dari makin murahnya tarif pesawat terbang yang memudahkan siapa saja bepergian, maka berwisata sudah menjadi kebutuhan kita. Oleh-oleh adalah salah satu dampak positifnya. Tidak valid berwisata tanpa membawa oleh-oleh. Suatu kali saya mendarat di Bandara Soetta sehabis dari Palembang untuk keperluan dinas.
undercover menyadari menunggu barang di tempat yang salah karena barang yang ada di ban berjalan kebanyakan adalah kardus oleh-oleh bakpia. Wah ini yang dari Jogja, pikir saya dalam hati. Saya melangkah ke sebelahnya, banyak kardus kue bolu gulung. Wah ini yang dari Medan. Baru di sebelahnya lagi banyak kardus empek-empek. Ini dia tempat saya harus menunggu barang.
Memang kalau kita teliti lagi, kardus tersebut hanya dari merek toko-toko tertentu. Merekalah yang menjadi penguasa pasar di masing-masing kota. Tentu jurus jadi penguasa pasar bisa berbeda-beda. Di Jogja, ada produsen bakpia yang memberi tip kepada tukang becak yang membawa pelanggan ke tokonya. Tapi bisnis ini termasuk masih bisa dikembangkan lebih jauh.
Semarak Bisnis Oleh Oleh Produksi UMKM Indonesia Ke depan saya prediksi sistem penjualan melalui online akan membesar. Bagi pendatang baru kalau tidak bisa berkompetisi dengan penguasa pasar, tak ada salahnya berkolaborasi. Setahu saya, di pusat oleh-oleh Christine Hakim, banyak pula menjual produk yang dibuat pihak lain. Konsep super market oleh-oleh seperti “Krisna” di Bali juga merupakan hal yang dulu tidak terbayang. Krisna ini menampung ribuan produk dari banyak pelaku usaha skala mikro. Bisnis oleh-oleh memang gurih.
Bisnis UMKM Berkembang Pesat
Bahkan menurut Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, UMKM merupakan kelompok usaha yang dapat menjadi tulang punggung bagi perekonomian warga di provinsi tersebut. Menurut beliau, pelaku UMKM harus selalu berinovasi agar dapat menggikuti persaingan nasional dan menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang bertaraf internasional.
Seperti pendahuluan yang telah disebutkan di awal, UMKM di Indonesia pada saat ini mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya. Kesulitan yang biasanya dihadapi oleh UMKM dibagi menjadi dua yaitu masalah yang berasal dari dalam (faktor internal) dan masalah yang berasal dari luar (faktor eksternal.
Masalah Internal UMKM :
a. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Peukms.or.id/ayaan Hal ini dikarenakan modal utama dari kelompok usaha jenis ini biasanya berasal dari pemiliknya sendiri. Sedangkan persyaratan untuk memperoleh bantuan permodalan dari lembaga perbankan resmi biasanya tidak dapat dipenuhi oleh pemilik usaha.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Jenis usaha pada UMKM biasanya berupa usaha keluarga yang bersifat turun temurun. Hal ini kemudian berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia yang kurang cakap dalam mengelola semua tetek bengek masalah usaha dari produksi, pencatatan transaksi keuangan, pengelolaan persediaan, dan lain-lain. Keterbatasan ini tentu turut berperan dalam terhambatnya kemajuan usaha yang dikelola.
c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Dikarenakan jenis usaha yang tidak berskala besar dan kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas, kelompok UMKM ini biasanya sulit mencari segmen pasar yang potensial untuk pemasaran produknya.
d. Mentalitas Pengusaha UMKM Jenis usaha yang dibuat oleh kelompok UMKM biasanya merupakan usaha yang sederhana bentuknya sehingga kurang bisa bersaing secara nasional dan internasional. Apalagi saat ini produk-produk luar negeri sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Kurangnya bekal kewirausahaan yang ada pada UMKM menyebabkan usaha ini kurang bisa berinovasi dan kurang berani mengaukms.or.id/l keputusan dengan risiko yang besar dengan peluang keberhasilan yang besar pula.
e. Kurangnya Transparansi Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut menyebabkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.
Sedangkan masalah yang berasal dari luar (faktor eksternal) antara lain :
a. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Keluhan yang seringkali dirasakan oleh kelompok UMKM yaitu mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Permasalahan ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada pemilik usaha kecil.
b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai teknologi mengakibatkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok usaha ini tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, mahalnya harga sewa mengakibatkan UMKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya dengan lokasi yang strategis.
c. Pungutan Liar (Pungli) Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UMKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan.
d. Implikasi Perdagangan Bebas Sebagaimana yang kita ketahui, AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas ( ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
e. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UMKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karenanya dibutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar produk yang dihasilkan bisa bersain dengan produk asing.
f. Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
g. Terbatasnya Akses Informasi Selain akses peukms.or.id/ayaan, UMKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UMKM sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UMKM dengan produk lain dalam hal kualitas.
Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UMKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional yang tidak memiliki jalur ataupun akses tersebut akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
baca juga
- Street Food di Jalan Sabang Jakarta
- Scuto Waralaba Nano Ceramic Mobil
- Peluang Usaha BeanBag
- 3 Cara Memilih Media Nasional untuk Kebutuhan Backlink Website
- Jasa Backlink Blog
Akhirnya, bukan tidak mungkin UMKM di Indonesia yang pada masa jayanya mampu menyelamatkan perekonomian negara saat terjadi krisis moneter hanya akan menjadi usaha yang tidak mampu berkembang bahkan akan mengalami kebangkrutan apabila pemerintah tidak mampu membantu menghadapi permasalahan-permasalahan yang kerap ditemui oleh kelompok usaha ini.
Kemampuan UMKM yang dapat menyerap tenaga kerja secara maksimal juga dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang selama 70 tahun kemerdekaan belum mampu tertuntaskan dengan baik. Peran pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk memperbaiki UMKM di Indonesia sangat menentukan keadaan perekonomian Indonesia yang pada saat ini sangat begantung pada kebijakan ekonomi dunia. Dengan mengoptimalkan sektor UMKM, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan ekonomi yang mandiri Semarak Bisnis Oleh Oleh Produksi UMKM Indonesia
+ There are no comments
Add yours