Gojek Startup Unicorn Indonesia , Startup unicorn kerapkali didengar beberapa waktu belakangan. Unicorn ini dipergunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan sebuah startup.
Predikat ini nampaknya menjadi cap jaminan mutu sebuah bisnis startup Tapi sebenarnya apa sih startup unicorn itu? Dan kenapa dijuluki startup unicorn? Startup unicorn adalah startup yang memiliki valuasi senilai US$1 miliar Amerika atau sekitar Rp13,1 triliun atau lebih.
Saat ini terdapat 229 startup di seluruh dunia yang masuk ke dalam kategori unicorn, seperti dilansir Venture Beat. Sementara itu, di Indonesia sendiri baru ada dua startup yang masuk kriteria sebagai startup unicorn yaitu Go-Jek dan Tokopedia.
Apa dan bagaimanakah kiprah kedua startup ini hingga bisa ditasbihkan sebagai startup unicorn di Indonesia yang berhasil memikat hati para investor internasional? Simak profil Go-Jek dan Tokopedia yang penuh inspiratif berikut ini yuk.
Go-Jek
Siapa yang tak kenal dengan Go-Jek? Nama ini kian beken dua tahun belakangan. Apalagi kalau bukan karena layanan jasa transportasi berbasis sepeda motor secara online yang telah menyentuh dan mempermudah kehidupan masyarakat.
Ya, Go-Jek merupakan salah satu startup di Indonesia yang pertumbuhannya paling pesat dan paling mencolok di publik.
Layanannya pun kian menggurita mulai dari jasa transportasi, kurir, belanja, delivery makanan hingga perawatan kecantikan dan jasa kebersihan rumah.
Awalnya Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010 adalah bisnis sambilan Nadiem. Saat itu Nadiem masih berstatus sebagai karyawan di perusahaan riset dan konsultasi global McKinsey and Co.
Nadiem memulai dengan sebuah call center dan merekrut 20 supir ojek. Idenya adalah masyarakat mengorder jasa ojek dengan menghubungi call center dan meminta supir ojek untuk menjemput mereka sesuai pesanan dan mengantar mereka sampai tempat tujuan.
Nadiem pun tetap berpetualang melebarkan karir menjadi Managing Director Zalora Indonesia. Kemudian ia pun menjabat sebagai Chief Innovation Officer di perusahaan pembayaran lokal Kartuku.
Meski demikian, Go-Jek tetap berjalan meski tanpa pertumbuhan yang signifikan dan tidak impresif sama sekali. Hingga akhirnya di pertengahan tahun 2014, investor tertarik pada konsep ridesharing dan menanyakan potensi investasi di Go-Jek. Ketertarikan investor ini tak lain karena mulai masuknya Uber dan GrabTaxi ke pasar Indonesia.
Mantap Dengan GOJEK
Akhirnya, ia memutuskan kembali mengerjakan Go-Jek secara full-time. Ia pun menggandeng Kevin Aluwi yang merupakan head of business intelligence di Zalora untuk mengisi jabatan CFO Go-Jek. Akhirnya keduanya meluncurkan aplikasi Go-Jek yang bisa diakses secara mobile pada platform Android dan iOS pada bulan Januari 2015.
Dan sejak itu, sayap Go-Jek mengepak kian lebar. Go-Jek berhasil menambahkan semakin banyak pengemudi termasuk merangkul ojek pangkalan untuk bergabung dengan Go-Jek, meluncurkan layanan baru, serta ekspansi ke lebih banyak kota di Indonesia.
Sekarang jaket dan helm hijau Go-Jek bisa ditemukan di mana-mana di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Startup ini pun tak hanya sebagai perusahaan aplikasi penyedia jasa transportasi saja. Go-Jek menempatkan dirinya sebagai one-stop service application dimana Go-Jek menyediakan berbagai pelayanan jasa yang bisa dipesan oleh pelanggan hanya dari sebuah aplikasi. Go-Jek telah menyediakan 15 layanan jasa dalam aplikasinya. Layanan ini terdiri dari Go-Ride, Go-Car, Go-Food, Go-Mart, Go-Send, Go-Box, Go-Tix, Go-Med, Go-Massage, Go-Clean, Go-Glam, Go-Auto, Go-Pay, Go-Point dan Go-Pulsa.
Kesemua layanan tersebut mencakup layanan transportasi, logistik, pembayaran, layanan antar makanan, perawatan kecantikan, jasa kebersihan on demand serta layanan on-demand lainnya. Banyaknya variasi layanan ini menjadi diferensiasi Go-Jek dibandingkan dengan aplikasi layanan transportasi lainnya seperti GrabBike dan Uber.
Saat ini, Go-Jek telah memiliki 10 juta pengguna aktif mingguan seperti dikutip dari TechinAsia. Nadiem mengungkapkan berdasarkan App Annie, Go-Jek sudah diunduh sebanyak 40 juta kali di Indonesia. Ia pun mengklaim bahwa Go-Jek telah menguasai 50 persen pasar yang ojek online di Indonesia. Data dari TechinAsia menyebut pada triwulan kedua tahun 2016 Go-Jek mencatatkan pemesanan rata-rata 667 ribu per hari.
Go Food Menguasai Hampir Seluruh Pasar Pengiriman Makanan Online
Go-Jek juga menguasai 95 persen pasar pengiriman makanan online. Nilai transaksi yang mungkin dicapai oleh layanan Go-Food bisa mencapai Rp1,8 miliar per hari (dengan asumsi 30 persen dari 667.000 pemesanan adalah layanan Go-Food). Demikian pula dengan jangkauan Go-Jek yang telah merambah hingga ke lebih dari 50 kota di Indonesia. Go-Jek juga telah berhasil merangkul 200 ribu supir untuk menjadi mitranya.
Dengan pencapaian yang cemerlang ini, tak heran bila akhirnya Go-Jek dilirik oleh para investor internasional. Mereka jatuh hati dengan kiprah Go-Jek yang berhasil mengubah peta bisnis industri transportasi yang telah memberikan dampak sosial bagi masyarakat.
Di bulan Oktober 2015, Go-Jek meraih pendanaan yang tidak disebutkan jumlahnya dari Sequoia Capital dan investor lainnya. Lalu diikuti pada bulan Agustus 2016, startup ini kembali mendapat dana segar dari KRR & Co. (Kohlberg Kravis Roberts & Co.) Warburg Pincus senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun. Semenjak itu, Go-Jek telah resmi menjadi startup unicorn pertama di Indonesia.
baca juga
Bisnis Startup Ruang Guru dan Quintal
900 Pebisnis Start Up Bisnis Digital Di Dalam Dan Luar Negri
Yang terbaru adalah guyuran investasi dari Tencent Holdings asal China pada bulan Mei 2017 lalu senilai US$1,2 miliar atau senilai Rp16 triliun. Dengan masuknya kucuran dana investor ini, Go-Jek telah berhasil membukukan valuasi senilai USS3 miliar atau sekitar Rp39,98 triliun.
Wow! Go-Jek berhasil menjadi startup unicorn pertama di Indonesia hanya dalam waktu 1,5 tahun saja. Karya anak bangsa ini memang pantas dibanggakan karena prestasi secara dampak sosialnya yang nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
+ There are no comments
Add yours