ukms.or.id/ – Aaron Caddel mulai mengalami kejang sejak remaja. Dokternya mengatakan bahwa lambat laun masalah kesehatannya tersebut akan menghilang, tapi ketika menginjak usia 20 tahun, frekuensi kejang mulai meningkat. Hasil cek MRI mengungkapkan adanya tumor di otaknya yang menekan korteks motorik utama. Dokternya mengatakan bahwa tumor tersebut bersifat kanker karena pertumbuhannya yang cepat, tapi dokter belum sepenuhnya yakin. Mereka menyarankan agar Caddel menunggu hingga gejala kejangnya tak tertahankan baru kemudian dilakukan tindakan operasi yang dikhawatirkan akan membuatnya lumpuh. Bagi Caddel kondisinya seperti memilih antara sekarat di usia 30 atau duduk di kursi roda di usia 25.
@mrholmesbakehouseMengikuti saran dokter, Caddel menunggu hingga gejalanya memburuk. Sementara itu, ia memutuskan bahwa kewirausahaan akan menjadi kesempatannya untuk sukses di usia yang terbatas. Ia bernegosiasi profit-sharing dengan pemilik retail coklat yang gagal dan mengubahnya menjadi sebuah coffee shop. Bisnis kopi memberikannya ide peluang di pasar ‘sarapan’: Ada banyak coffee shops, tapi enggak cukup banyak yang memenuhi permintaan pastry. Akhirnya, pada November 2014 ia membuka Mr.Holmes Bakehouse yang terkenal di Instagram dengan pastry cruffin – gabungan antara croissant dan muffin – yang menawarkan rasa seperti cherry matcha dan almond joy. Untuk mendirikan coffe shop-nya Caddle memberanikan diri mengaukms.or.id/l kredit seniali 100,000 USD. Menurutnya, vonis mati membuat mindsetnya berubah radikal dengan membuang rasa takut akan akibatnya.
Baca juga: 5 tips branding perusahaan dari Microsoft
Mengaukms.or.id/l risiko
Kondisi kesehatan dan vonis mati atau cacat membuat Caddel berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu yang besar di sisa usianya. Ia menjadi enggak sabar dengan teman-temannya yang sehat yang selalu berkeluh kesah tentang masalah kecil. Bukannya ia menjadi depresi, tapi termotivasi. Ia sekarat dan enggak ada waktu untuk berbasa-basi. Pada usia 20, ia menuliskan perjanjian profit sharing sebanyak delapan halaman untuk chocolate shop yang gagal. Pada usia 22 tahun ia mengubahnya menjadi dua coffee shop. Ketika ia mulai menemukan peluang yang lebih besar, ia mulai melakukan pitching kepada angel investor untuk toko roti yang scalable.
Mencari arti
Mr. Holmes yang kini populer enggak dimulai dari media sosial, tapi dimulai dari apa yang diinginkan mereka yang sebaya dengan Caddel yaitu: buatan tangan, produksi kecil dan otentik. Toko rotinya enggak sekadar membuat roti dan menawarkan kafein untuk pelanggan. Tapi, memberikan pengalaman emosi di mana setiap pagi mereka akan disuguhkan roti buatan tangan.
Memutuskan tradisi
Nilai Caddle direfleksikannya dalam bagaimana ia menjalankan bisnisnya. Ia percaya bahwa asumsi harus dipertanyakan dan metode yang mapan. Ia enggak meukms.or.id/arkan tradisi menghalangi alternatif yang berpotensi memberikan hasil lebih baik. Contohnya, umumnya dapur restoran seperti struktur militer di mana kepala chef yang jadi komandannya. Tapi, tak begitu untuk Mr. Holmes. Caddle menerapkan proses kreatif untuk keseluruhan tim Mr.Holmes.
Caddle yang putus kuliah dengan tanpa pelatihan kuliner formal enggak pusing dengan kredensial. Ia lebih fokus terhadap ide. Ia percaya orang-orang yang terlibat dalam aspek craft membuat proses menjadi lebih baik, murah, cepat dan berkualitas lebih baik. Ia membuat hubungan antara kesadaran moral dan pendekatan untuk bisnisnya. Ia mengatakan bahwa menderita tumow membuatnya bertanya bagaimana ia akan hidup sepanjang usianya dan membuatnya tak takut untuk mempertanyakan asumsi dasar bagaimana ia menjalankan perusahaan.
Baca juga: Bangun Loyalitas dan Pengenalan Pasar Bisnis online mu? Ini 6 tipsnya!
+ There are no comments
Add yours