KOL & Influencer

KOL & Influencer , Kreatif Tanpa Kehilangan Persona

Menjadi influencer nyatanya tak segampang ketika tampil di layar perangkat pintar. Dibutuhkan konsistensi untuk terus kreatif guna menjaga kualitas konten untuk merek dan juga pengikut.

Penggunaan influencer dan Key Opinion Leaders (KOL) dalam pemasaran telah berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan perilaku konsumen. Di era digital ini, konsumen cenderung mencari informasi dan rekomendasi produk melalui sosial media sebelum melakukan pembelian. Hal ini memberikan peluang bagi influencer dan KOL untuk memainkan peran penting dalam membentuk opini dan keputusan pembelian.

Influencer, dengan jumlah pengikut yang besar di platform media sosial seperti Instagram, YouTube, atau TikTok, sering kali dianggap sebagai trendsetter dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tren konsumsi. Mereka tidak hanya menawarkan jangkauan yang luas tetapi juga kemampuan untuk menciptakan konten yang relatable dan menarik bagi audiens mereka.

Sementara itu, KOL biasanya lebih fokus pada bidang tertentu seperti kesehatan, keuangan, atau teknologi. Mereka memiliki pengetahuan mendalam dan kredibilitas yang tinggi di bidangnya, sehingga dapat memberikan pandangan yang berwibawa. KOL seringkali digandeng untuk kampanye yang membutuhkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dari konsumen, seperti produk kesehatan atau investasi.

Kolaborasi antara merek dengan influencer atau KOL tidak hanya terbatas pada promosi produk. Mereka juga dapat terlibat dalam pengembangan produk, memberikan masukan berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan pengikut mereka. Ini menciptakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Di Indonesia, strategi ini juga berkembang pesat, seiring dengan pertumbuhan influencer dan KOL. Influencer di Indonesia juga mampu bersaing secara global mulai dari skala nano hingga mega influencer. (Grafik 1).

Grafik 1 Tingkat Engagement Influencer Indonesia dan Global

Image or Photo Marketeers Max

Sumber: State of Influencer Marketing 2024

Laporan State of Influencer Marketing 2024 membagi influencer berdasarkan jumlah pengikut, grafik tersebut memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana interaksi antara influencer dan audiens mereka berubah seiring dengan pertumbuhan jumlah pengikut. Influencer nano dan mikro di Indonesia, yang memiliki pengikut antara 1.000 hingga 50.000, menunjukkan tingkat engagement yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global. Ini menandakan bahwa influencer dengan jumlah pengikut yang lebih kecil mungkin memiliki hubungan yang lebih dekat dan interaksi yang lebih intens dengan audiens mereka, yang dapat menghasilkan engagement yang lebih tinggi.

Namun, ketika melihat ke kategori mid-tier hingga mega dan selebritas, dengan jumlah pengikut mulai dari 50.000 hingga lebih dari satu juta, tingkat engagement di Indonesia cenderung sedikit lebih rendah. Hal ini bisa jadi karena tantangan dalam mempertahankan interaksi personal ketika basis pengikut menjadi sangat besar. 

Secara keseluruhan, rata-rata Engagement Rate (ER) untuk influencer di Indonesia adalah 1,53%. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam kategori tertentu, secara umum influencer di Indonesia memiliki kemampuan untuk terlibat dengan audiens mereka sebaik influencer di seluruh dunia.

Pemasaran influencer juga telah menunjukkan dampak signifikan dalam mendorong penjualan. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa sebesar 94% dari para pemasar menemukan strategi pemasaran melalui influencer efektif untuk meningkatkan penjualan. (Grafik 2).

Grafik 2: Efektivitas Influencer Menurut Pemasar 

Image or Photo Marketeers Max

Sumber: LaunchMetrics (2020)

Kesuksesan ini tidak hanya terbatas pada peningkatan penjualan saja, pemasaran influencer juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran merek. Dengan persentase sebesar 95%, kegiatan ini berhasil membangun kesadaran merek di kalangan konsumen secara luas. Selain itu, strategi digital yang didukung oleh kegiatan pemasaran influencer juga menunjukkan hasil positif dengan angka keberhasilan sebesar 91,4%.

baca juga

    Kenaikan ini menandakan pergeseran penting dalam strategi pemasaran dan distribusi produk di era digital saat ini. Pemanfaatan sosok-sosok influencer yang memiliki pengikut setia menjadi kunci utama dalam menyampaikan pesan merek kepada audiens yang lebih luas dan relevan. 

    Dengan data dan statistik yang mendukung, tidak mengherankan jika banyak perusahaan kini mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pemasaran influencer sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Ini adalah era baru di mana kekuatan pengaruh menjadi mata uang yang berharga dalam dunia pemasaran.

    Pemasaran influencer telah menjadi salah satu strategi pemasaran yang paling populer di era digital. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh para influencer dan KOL dalam menjalankan peran mereka.

    Salah satu tantangan utama adalah keaslian dan kepercayaan. Dengan semakin banyaknya influencer yang muncul, penting bagi mereka untuk mempertahankan keaslian dan membangun kepercayaan dengan audiens mereka. Ini berarti mereka harus konsisten dalam menyampaikan konten yang berkualitas dan transparan ketika melakukan kolaborasi.

    “Influencer yang baik adalah influencer yang bisa konsisten untuk tetap kreatif, mampu terus berinovasi dengan kontennya tanpa kehilangan personanya,” kata Sonia Basil, pendiri Cakeology dan Keku Jakarta, yang juga seorang influencer dengan pengikut 212.000-an di Instagram dan kisaran 2,9 juta di TikTok.

    Perempuan yang dikenal dengan konten membuat kuenya ini mengakui bahwa menjadi konsisten dalam berkarya bukanlah hal yang mudah. Sebagai influencer, Sonia sudah berapa kali melakukan kerja sama dengan sejumlah merek. Di sisi Sonia, kadang yang menjadi masalah adalah menyesuaikan merek dengan personanya ketika membuat konten. Pada akhirnya, jawaban dari tantangan tersebut kembali lagi adalah kreativitas pembuat konten.

    Sonia yang memang adalah seorang pembuat kue dalam personanya, tidak merasa tepat untuk melakukan review produk perawatan diri. Untuk menyamakan dengan personanya, Sonia membuat kue yang merupakan replika dari produk perawatan diri tersebut

    Selain menjaga konsistensi kreativitas, memenuhi ekspektasi merek juga menjadi tantangan bagi influencer. Daniel Hermansyah, influencer dengan konten girlband baik dari Korea maupun lokal, melihat bahwa konten yang viral adalah tantangan dalam bekerja sama dengan merek. Meski merek belum tentu mematok bahwa viral adalah tujuannya, menurutnya, konten kreator harus memberikan yang terbaik dalam menjalin kerja sama dengan merek.

    “Jangan berpikir bahwa bekerja sama dengan merek itu hanya sekali. Jadi, influencer harus berpikir bagaimana bisa membuat merek mau menggandeng lagi,” kata pria yang sekaligus pendiri Kopi Chuseyo ini.

    Saat melakukan inovasi dalam kontennya, Daniel, pria dengan jumlah pengikut 232.000-an di Instagram dan 135.500-an di TikTok ini mencari jenis konten yang paling diminati melalui eksperimen. Mulai bereksperimen dan membaca tren, Daniel akhirnya menemukan jenis konten yang menarik bagi pengikutnya.

    Urusan konten, influencer bukan cuma dituntut kreatif ketika sedang berkolaborasi dengan merek. Influencer dasarnya memiliki dua jenis konten yakni organik dan sponsor. Di mana organik adalah konten yang dibuat secara sukarela oleh influencer sendiri.

    Baik Sonia dan Daniel meyakini penting untuk menjaga keseimbangan antara dua konten tersebut. Daniel melihat bahwa perlu ada konsistensi ketika membuat konten organik untuk menjaga reputasi dan sekaligus pengikut. Sonia melihat bahwa konten organik adalah konten yang menjadi identitas dari influencer, sehingga perlu untuk menjaga konsistensinya agar tidak berbanding jauh dari konten sponsor.

    Influencer dalam menjalankan influencer marketing bukan cuma asal ngonten. Kualitas konten yang dibuat adalah persona yang mampu membuat konsumen percaya dan tertarik, begitu juga merek. Tuntutan untuk konsisten kreatif bukanlah tuntutan sederhana, namun perlu karena kreativitas adalah bagian dari konten itu sendiri.

    KUTIPAN

    “Influencer yang baik adalah influencer yang konsisten untuk kreatif dan terus berinovasi tanpa kehilangan personanya.”

    Sonia Basil
    Pendiri Cakeology dan Keku Jakarta

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top