ukms.or.id – Kosmetik Lokal Lebih DiSukai , Persaingan bisnis di industri kosmetik di Indonesia akan semakin ketat. Persaingan ini akan diramaikan oleh para pemain global maupun lokal. Apalagi, Indonesia masuk dalam sepuluh besar pasar produk kecantikan dan perawatan kulit dunia yang bernilai lebih dari US$ 130 miliar atau setara Rp 1.931 triliun (kurs Rp 14.869 per US$). Kontribusi yang disumbangkan pasar Indonesia sebesar 51% terhadap industri kecantikan global.
Aplikasi riset pasar Snapcart mempublikasikan penelitian terbarunya terkait dengan minat masyarakat Indonesia terhadap produk kecantikan lokal atau impor tahun 2023. Hasilnya, mayoritas orang Indonesia lebih suka menggunakan produk lokal dibandingkan impor. Dengan kata lain, produsen-produsen nasional bisa menjadi tuan rumah dalam industri ini.
Dalam laporan ini, Snapcart menggunakan responden sebanyak 1.000 orang laki-laki dan 1.000 orang perempuan yang tinggal di berbagai kota besar. Penelitian ini dilakukan pada April 2023. Kendati demikian, tidak disebutkan berapa usia responden yang terlibat.
Dari hasil penelitian, mayoritas responden laki-laki dan perempuan lebih memilih menggunakan produk kosmetik lokal dengan persentase sebesar 60%. Kemudian diikuti oleh produk impor sebanyak 19% dan produk impor namun dikira produk lokal sebesar 18%. Sedangkan sisanya, sebanyak 4% responden menggunakan produk lokal namun dikira sebagai produk impor.
Para responden menghabiskan uang untuk membeli kosmetik sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan. Mereka memilih menggunakan produk lokal dengan mempertimbangkan harganya yang terjangkau dengan persentase 26%. Kemudian diikuti oleh kenyamanan saat digunakan di kulit sebesar 22%% dan alasan terakhir memilih produk lokal karena mendukung perkembangan produk dalam negeri.
Sedangkan untuk responden yang memilih menggunakan produk impor sebanyak 38% beralasan kualitasnya yang sudah terjamin. Selain itu, di urutan kedua, karena rasa nyaman atau cocok di kulit dengan persentase 24% dan produknya yang terpercaya 12%.
Temuan lain dari penelitian ini yakni adanya perbedaan tipe kosmetik yang digunakan laki-laki dan perempuan. Responden laki-laki lebih memilih menggunakan scrub, oil cleanser, dan gel cleanser. Sedangkan responden perempuan cenderung menyukai facial wash, toner, dan micellar water.
Sementara itu, sebagian besar responden menggunakan produk impor lantaran rekomendasi dari teman atau keluarga dengan persentase 41%. Diikuti dengan iklan di media sosial sebanyak 37% dan mendapatkan ulasan dari internet sebanyak 32%.
Untuk produk lokal, mayoritas responden mendapatkan informasi dari iklan di media sosial dengan persentase 45%. Lalu, rekomendasi dari teman atau keluarga sebanyak 44% dan rekomendasi influencer sebanyak 30%.
Senada dengan penelitian tersebut, John Marco Rasjid, Chief Executive Officer (CEO) Social Bella mengaku optimistis industri produk kecantikan berpotensi tumbuh. Pasalnya, rata-rata belanja masyarakat Indonesia untuk kebutuhan kosmetik dan perawatan diri masih US$ 20 per kapita. Angka tersebut lebih kecil ketimbang Thailand US$ 56 per kapita dan Malaysia US$ 75 per kapita.
John mengatakan setidaknya ada tiga hal fundamental yang akan mendorong pertumbuhan industri kecantikan. Pertama, masyarakat Indonesia memiliki populasi penduduk usia muda yang sangat besar. Dia mencatat, usia rata-rata masyarakat Indonesia saat ini adalah 28 tahun.
Kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik dapat menopang industri. Ketiga, media sosial turut berkontribusi besar. “Dari angka itu, masih banyak ruang bagi industri kecantikan untuk tumbuh,” ujar John.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dinar Amanda, Co-Founder Rollover Reaction yang merupakan salah satu merek kosmetik lokal. Dia mengaku optimistis produk dalam negeri akan semakin diminati. Hal ini bersamaan dengan tingginya permintaan konsumen untuk inovasi produk dalam negeri dan bagaimana produk ini bisa bersaing di pasar lokal dan global.
Apalagi, berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) hingga sekarang setidaknya ada 294 industri. Jumlah ini dari total keseluruhan industri yang sebanyak 797 industri kosmetik besar serta kecil dan menengah (IKM) di Indonesia.
baca juga
Dinar menyebut, semakin pesatnya kemajuan teknologi dan media sosial membuat produk kosmetik semakin beragam. Sehingga harga jualnya pun semakin terjangkau bagi konsumen dalam negeri. “Konsumen kosmetik sekarang cenderung memilih dan bangga memakai produk lokal dibandingkan produk impor,” tuturnya.
“Konsumen kosmetik sekarang cenderung memilih dan bangga memakai produk lokal dibandingkan produk impor.”
Dinar Amanda
Co-Founder Rollover Reaction
+ There are no comments
Add yours