Menelaah Fenomena Anomali Bisnis Start Up Mie BIKINI

ukms.or.id – Dalam memulai sebuah bisnis, kreatifitas menentukan kesuksesan sebuah produk yang akan dijual. Kreatifitas tidak bisa berhenti saat produk sukses di awal launching, namun inovasi juga harus terus dilakukan agar keberhasilan yang didapat bukan sekedar sukses sesaat, namun juga sustainable alias bisa bertahan lama.

Konteks aplikasi bisnis ini bisa kita lihat dari fenomena bisnis mie BIKINI yang belakangan ramai dibicarakan publik. Secara popularitas, target brand awarness (pengenalan produk) jelas tercapai, namun sayangnya, bukan buah bibir yang didapat, namun justru buah mulut alias kontroversi cederung penolakan dari berbagai elemen masyarakat akan kehadiran produk ini.

Seberapa jauh sih, produk ini diterima oleh masyarakat? Uraian dibawah ini akan menjelaskan fenomena bisnis mie BIKINI ini dari berbagai sudut pandang.

Tampilan kemasan Bikini, Kreatif namun Kebablasan

Awal kontroversi mie Bikini sudah dimulai sejak dari desain kemasan.  Walaupun dibuat oleh mahasiswi Cantik dan Berhijab bernama Pratiwi (19), yang pernah kuliah di universitas swasta pada jurusan enterpreneur di Bandung namun ternyata kreativitasnya justru mengarah ke pornografi akibat terlalu vulgar. Mi kremes merek Bikini singkatan dari Bihun Kekinian ini memajang foto bikini di bagian depan kemasannya.

Kontroversi makin kuat karena kemasan ini dilengkapi gambar dengan slogan bertuliskan ‘remas aku’ tepat digambar makanan dalam kemasan tersebut.  Untuk memancing emosi pembeli, gambar di dalam kemasan tersebut terlihat dengan jelas ilustrasi perempuan mengenakan bikini dua helai sedang meremas Mi Bikini.

Slogan “Remas Aku”, Provokatif dan Emosional, berawal dari Ide Sang Dosen

Ternyata ide awal slogan provokatif “Remas Aku” bukan murni dari pencipta produk, tapi dari berawal dari tugas sekolah bisnis yang diharuskan membuat produk sendiri, mulai dari pengolahan, packaging, dan menjual barang tersebut.

Berawal dari ide membuat bihun goreng, yang mudah diterima masyarakat, sampai akhirnya muncul ide fenomenal Bikini yang artinya bihun kekinian. Sesuai dengan namanya, gambar kemasan dibuat dengan desain wanita yang menggunakan bikini dengan tetap memasukkan gambar mie yang sedang dipegang.

Slogan ‘remas aku’ sendiri berasal dari dosen marketing di tempatnya kuliah dengan pesan bahwa untuk mendapatkan rasa gurih dan nikmat, penikmat makanan ringan ini disarankan meremas isi kemasan sebelum dimakan dengan panduan arah pandang digambarkan ke arah snack  yang dipegang oleh wanita dalam gambar di packaging tersebut, dan bukan bermaksud pornografi untuk meremas dada wanita yang ada di gambar tersebut.

artikel lain: tiru-jutaan-dollar-dari-bisnis-sepatu-sneakerdon-com

Awal Launching, Mie BIKINI mengincar pasar luar negeri melalui pemasaran online

Dari segi rasa, mie BIKINI nyaman di lidah orang kita dengan  beberapa varian rasa itu jagung bakar, pedas, dan greentea.  Harganyapun ramah di kantong, hanya Rp.15.000 per bungkus. Mengantisipasi kontroversi yang ada, Mie Bikini awalnya mengincar pasar luar negeri  dengan strategi pemasaran melalui media sosial, salah satunya instagram.

Namun ternyata, Mie yang diproduksi oleh Cemilindo Bandung – Indonesia ini selain banyak dipesan dari luar negeri, untuk beberapa daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Sukabumi, Malang, Jambi, Lampung, Cirebon, Bekasi , Surabaya, Purwokerto dan Depok banyak juga yang memesan.

Ada banyak akun yang digunakan untuk memasarkan produk makanan ringan ini, salah satu yang menonjol adalah @Bikini_Snack, akun itu punya 9 ribu pengikut, dan telah membagikan 27 gambar promosi Mi Bikini. Selain media sosial, pemasaran online melalui market place (lapak daring)seperti Bukalapak dan OLX juga dilakukan, bahkan sampai menggunakan media promosi dalam bentuk iklan berbayar, baik di OLX maupun Bukalapak.com.

Dampak kesan vulgar yang muncul dari Mie Bikini ini, membuat penayangan iklan mie BIKINI di beberapa situs jual beli online mendapat keluhan dari beberapa pihak, salah satunya adalah YLKI. Lembaga Sensor Bukalapak langsung membredel iklan tersebut menyusul adanya protes dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

baca juga brand-bisnis-indonesia-yang-unik-dan-sukses

Sertifikat Halal MUI diragukan, KPAI meminta Produk ini dicekal dari peredaran

Awalnya produk makanan ringan ini diproduksi di sebuah rumah di Jalan Muchtar, Gang Masjid, RT 1/8, Nomor 44, Kelurahan Sawangan Baru, Sawangan, Depok sebelum akhirnya pindah ke Bandung.

Setelah ramai jadi perbincangan publik akibat isu pornografi, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ikut turun tangan mengambil sikap agar dilakukan pencegahan atas mie ini. KPAI meminta BPOM untuk mencekal peredaran Mie Bikini ini karena secara bentuk, produk makanan ringan ini mengandung kemasan, slogan, dan ilustrasi yang tak layak untuk anak.

Anehnya lagi, dalam kemasan Mie Bikini ini terdapat logo sertifikat Halal dari MUI (Mejelis Ulama Indonesia). Banyak pihak yang meragukan keabsahan sertifikat halal tersebut. Apalagi pernyataan dari pemilik produk yang memberikan label halal karena berani menjamin bahwa produk tersebut memang halal dengan bahan bihun beras, minyak goreng, dan bumbu penyedap tanpa melalui pengajuan resmi kepada MUI.

Produk Ilegal, Mie Bikini Dicekal Balai Besar Pemeriksa Obat dan Makanan (BBPOM)

Setelah heboh di masyarakat, dan mendapat kecaman juga dari Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), yang menganggap produk ini tidak senonoh dan  tidak edukatif akhirnya pihak Balai Besar Pemeriksa Obat dan Makanan (BBPOM) menyelidiki legalitas produk ini.

Berdasarkan penelusuran (BBPOM) Bandung, pihak BBPOM memastikan bahwa Mi Bikini adalah produk ilegal yang tidak memiliki izin edar sehingga konsekuensinya produk tersebut harus ditarik dari peredaran. Mie Bikini juga tidak melalui distributor resmi.

Seharusnya jika masuk kategori usaha kecil setidaknya mengantongi nomor izin peredaran dari PIRT (Produksi Izin Rumah Tangga). Pertimbangan lainnya yang membuat produk ini ditarik dari peredaran adalah kemasan Mie Bikini sudah mengarah ke pornografi, dan membuat resah masyarakat khususnya yang punya anak kecil dan rawan iklan provokatif yang berbau pornografi tersebut.

Kreatif Boleh, Sensitif Jangan

Ada pesan penting yang bisa dipelajari dari fenomena Mie Bikini ini. Boleh saja project owner sebuah produk membuat sensasi yang bombastis agar produk yang baru saja dikeluarkan mendapat respon besar dari masyarakat.

Namun, jangan sampai brand awarnes dari kreatifitas kita ini menyinggung hal yang sensitif seperti pornografi maupun isu sensitif lainnya. Jika ini terjadi, tenar sesaat tersebut justru akan langsung akan menutup riwayat produk itu sendiri.

 

Leave a Reply