Dalam berbisnis waralaba, balik modal bagi pihak yang menjalani waralaba adalah hal yang paling diperhitungkan.
Ini karena balik modal juga termasuk dalam iklan yang “dijajakan” oleh pemilik bisnis waralaba di mana mereka memperkirakan balik modal tersebut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Bukan hanya waralaba, terdapat beberapa bisnis sekelas waralaba yang menjanjikan aturan balik modal yaitu business opportunity, kemitraan, hingga lisensi.
Perlu diketahui bahwa balik modal bukanlah hal gampang yang dapat diperhitungkan begitu saja.
Alasannya adalah terdapat beberapa hal yang harus diketahui tentangnya seperti break even point atau BEP, jangka waktu untuk dilakukannya balik modal, payback period, dan asumsi.
- Break Even Point (BEP)
Break Even Poin atau BEP adalah istilah yang digunakan dalam menyatakan pengembalian modal dalam jangka waktu tertentu.
Namun sebenarnya, BEP adalah istilah yang menyatakan sebagai titik nilai penjualanan yang berkontribusi dalam mencukupi laba penjualanan.
Tujuannya juga ditujukan kepada biaya operasional bisnis yang sebelumnya dikaitkan dengan titik timbal balik.
Titik timbal balik atau titik impas dapat mengalami distorsi yang dilihat dari cash flow dan laporan keuangan laba dan rugi.
Ini karena terdapatnya biaya yang harus dibayar di awal seperti reklame, sewa lokasi, stok, dan lainnya.
Jadi, konsep yang harus diluruskan dari BEP ini adalah keselarasan dari seluruh biaya awal dan keuntungan penjualanan produk.
- Waktu
Waktu atau payback period merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan waktu pengembalian modal.
Tidak hanya istilah payback period, para investor besar pun memiliki istilah sendiri dalam mengungkapkan hal ini.
Terdapat ROI atau Return on Invesment yang berkaitan dengan presentase penjualanan yang dikalkulasikan berdasarkan waktu tertentu.
- Balik Modal Periode
Periode balik modal adalah hal yang paling menarik untuk dibahas dalam bisnis waralaba.
Mengapa demikian?
Alasannya adalah periode kembalinya modal di sini tidak melibatkan pajak tahunan, bunga pinjaman, atau depresiasi dan amortisasi.
Melainkan, periode balik modal dikaitkan dengan akumulasi EBITDA yang sudah mencapai nilai capital expenditure (capex) atau belanja modal.
Sekilas Mengenai Capex (capital apenditure)
Capital expenditure adalah belanja modal yang memiliki unsur-unsur terkait depresiasi dan diamortisasi seperti aset dan biaya renovasi.
Dengan kata lain, Capital expenditure merupakan setengah bagian yang diperlukan dari total nilai investasi.
Sehingga, ketika pengembalian modal tiba, para investor hanya mendapatkan setengah bagian dari modal investasi awal sesuai dengan apa yang diberlakukan oleh Capital expenditure tersebut.
Mengapa para investor hanya mendapatkan setengah dari bagian modal yang sudah ditanamkannya ketika waktu pengembalian modal tiba?
Jawabannya adalah nilai investasi awal merupakan modal bisnis yang sesungguhnya meliputi biaya pembelanjaan, renovasi, sewa tempat, peralatan, dan lainnya.
Itulah sebabnya kenapa investor hanya mendapatkan setengah bagian dari modal yang sudah diberikan pada awal bisnis berdiri.
EBITDA dan Segala Hal yang Tercantum di Dalamnya
Adapun administrasi yang tercatat dalam akumulasi EBITDA adalah perhitungan laba dan rugi dalam bentuk laporan.
baca juga
Kenapa bukan cash flow yang terdapat di dalamnya?
Ini karena EBITDA sudah mencakup seluruh biaya dalam operasional bisnis, bukan sekedar biaya HPP.
- Asumsi
Hal terakhir yang mesti diketahui tentang perhitungan balik modal adalah asumsi.
Asumsi berkaitan tentang transparansi biaya operasional bisnis waralaba.
Di sini, pemilik waralaba atau franchisor harus menjelaskan secara tuntas tentang asumsi-asumsi atau perkiraan terkait ke mana modal usaha dikeluarkan dan pergeseran perkiraan balik modal.
baca juga
Editor’s Choices
1000 Ide Bisnis UKM Modal Kecil
Daftar 600 Bisnis Franchise
800 Jenis usaha yang menjanjikan Dengan Modal Kecil
Panduan Bisnis Franchise
500 Master Franchise
Adapun hal-hal yang dapat memengaruhi pergeseran perkiraan balik modal di antaranya adalah daya saing, minat pembeli, nilai minimum pendapatan wilayah, dan biaya sewa.