Perjalanan 185 Brand Nasional Dan Internasional

Kisah Sukses Kopi Bali: Kopi Kupu-kupu Bola Dunia

Rasanya, hampir semua warga Indonesia mengenal Bali, setidaknya pernah mendengar dan ingin berkunjung ke Bali. Bukan tanpa alasan, Bali menjadi salah satu tempat wisata terfavorit sepanjang tahun di Indonesia, baik dari kunjungan lokal maupun mancanegara.

Dengan pesona alam dan pantainya, budayanya, hingga kuliner khasnya yang terkenal, membuat siapapun ingin mengunjungi Bali. Namun, tahukah Anda jika Bali memiliki kekhasan lainnya yang tidak kalah mempesona?/ Begitu banyak kekayaan Bali yang membuat kagum banyak orang, salah satunya kopi Bali. Mungkin kehebatan kopi Bali bukan lagi rahasia bagi pecinta kopi di Indonesia dan para turis yang sering mengunjungi Bali.

Kopi, minuman yang dianggap sebagai minuman segala suasana itu menjadi bagian dari keseharian orang Indonesia. Setiap kopi memiliki cita rasa yang khas, sesuai dengan tanah tempat kopi ditanam dan dirawat, juga sesuai dengan pengolahannya hingga menjadi kopi siap minum. Tidak heran jika Bali yang begitu kaya alamnya memiliki keragaman tanah dan kondisi lingkungan yang membuat pohon kopi yang tumbuh di atasnya memiliki rasa yang khas.

Kisah Kopi Bali Cap Kupu Kupu Bola Dunia

Kopi Bali yang cukup masyhur namanya hingga ke luar Indonesia adalah Kopi Bali Cap Kupu-kupu Bola Dunia. Banyak orang dari dalam dan luar negeri yang mengakui kenikmatan Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia. Cita rasa yang khas, berbeda dari rasa kopi lainnya membuat Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia memiliki banyak pelanggan tetap. Seperti halnya produk lokal yang terkenal dan hebat lainnya, Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia memiliki kisah sejarahnya sendiri, yang menarik untuk Anda ketahui.

Berawal dari seorang pendatang asal negeri tirai bamboo bernama Bian Ek Ho. Ia datang ke Indonesia dengan tujuan mencari ayahnya dan berakhir di Bali untuk merawat pamannya yang sakit.

sepeninggal pamannya, Bian Ek Ho bekerja keras untuk hidup di Bali, mulai dari menjadi buruh kasar di Pelabuhan hingga menjadi saudagar terpandang karena kerja kerasnya. Ia lalu mulai menjajal hal baru di Bali yakni kopi. Ia memproduksi dan menjual kopi Bali dengan merk dagang Kopi Bali Bian Ek Ho pada 1935. Bisnis kopinya berkembang pesat dan berlanjut ke anaknya Djuwito Tjahjadi.

Anak laki-laki  Bian Ek Ho yang lahir pada 1923 tersebut memiliki dua target besar dengan fokus pada bisnis kopi. Target tersebut ialah membidik pasar turis yang mulai ramai memasuki kancah pariwisata Bali dan menyuguhkan kopi berkualitas terbaik produksi Bali.

Di bawah kendali Djuwito Tjahjadi, bisnis kopi keluarganya dikelola secara modern, hingga berkembang pesat. Dari usaha industri kopi rumahan menjadi kopi terkenal yang tersebar ke berbagai wilayah di Bali dan tersohor hingga ke luar Bali. Kemajuan tersebut didapatnya dari pengalamannya sejak kecil yang sudah dibawa keliling memantau usaha keluarganya dan dari pengalamannya mencicipi berbagai kopi dari berbagai belahan dunia.

Cita Rasa Yang Sangat Khas Dari Kopi Bali

Bagi Djuwito, kopi Bali memiliki peluang yang besar karena memiliki cita rasa yang sangat khas. Dalam setiap proses pengolahan kopi, Djuwito Tjahjadi senantiasa mengutamakan kualitas kopi produksinya. Ia menggunakan biji kopi yang berasal dari kebun kopi Kintamani, Baturiti, Pelaga, dan Singaraja. Kopi dari setiap kebun tersebut memiliki rasa yang berbeda karena kondisi tanah tempat tumbuhnya yang tidak sama.

Di samping bahan baku berkualitas pilihan, Djuwito Tjahjadi juga mengutamakan kualitas pengolahan kopi dan meningkatkan jumlah produksi kopi. Sebelumnya, pengolahan kopi dilakukan secara sederhana, yaitu dengan menggoreng biji kopi menggunakan peralatan tradisional. Ketika diambil alih oleh Djuwito Tjahjadi, ia melakukan perubahan dengan mengunakan mesin penggorengan kopi buatan Jerman pada 1955.

Dengan bahan baku pilihan yang berkualitas dan pengolahan modern, membuat kopi buatan Djuwito Tjahjadi menjadi kopi lokal yang dipercaya oleh hotel berbintang pertama di Bali yaitu Bali Beach pada 1966. Djuwito Tjahjadi bahkan mendapat manfaat lebih yaitu mempelajari cara pengolahan kopi berkualitas prima dari manajer asing dari Bali Beach. Dari hasil pembelajarannya, ia berhasil menciptakan kopi berwarna coklat dengan rasa yang nikmat.

Awal nya Bernama KOPI RAHWANA

Berkaitan dengan merk kopi, dulunya kopi dengan logo Kupu-kupu di tengah Bola Dunia tersebut diberi nama Kopi Rahwana. Dengan kemasan kaleng yang dicat merah, Kopi Rahwana beredar cukup lama di Bali. Namun, ketika ia menyadari Rahwama adalah tokoh jahat dalam pewayangan, ia mengubah merk kopinya dengan nama Kupu-kupu Bola Dunia setelah melalui perenungan.

Merk kopi Kupu-kupu Bola Dunia yang terbukti berkualitas dan bercita rasa khas, tidak hanya terkenal di Bali. Banyak orang dari luar Bali yang menyukai Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia, dan menjadi penggemar setianya. Bahkan, presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, adalah pelanggan setia Kopi Kupu-kupu Bola Dunia.

Tidak lama setelah kopi dengan merk dagang “Butterfly Globe Brand” (Kupu-kupu Bola Dunia) lahir, Djuwito Tjahjadi membangun sebuah perusahaan dagang bernama PT Putra Bhineka Perkasa. Nama “Bhineka” tersebut didapatnya dari olah kreasi kata pada nama ayahnya Bian Ek Ho, dan dengan filosofi keberagaman yang ada di Nusantara Indonesia, dari Sabang hingga Merauke.

Lokasi Pabrik KOPI BALI Cap Kupu Kupu

Pabrik kopi milik PT Putra Bhineka Perkasa berada di Jalan Thamrin, Denpasar, dengan luas 1,5 hektare. Pabrik tersebut juga pernah membuat Dr. Hubert S. Koehler, direktur Worldwide Coffee Research terkesan karena kondisinya yang bersih, terutama selama proses pembuatan kopi.

Perkembangan yang pesat karena peningkatan produksi dan permintaan pasar, turut menambah performa pabrik. Dari yang dulunya hanya satu mesin penggorengan, bertambah hingga empat mesin. Desain bangunan juga disesuaikan untuk meningkatkan efektivitas kerja, dari area pengeringan, gudang penyimpanan, gedung produksi, gedung pengemasan, sampai pada ruang pelatihan. Tanaman kopi robusta dan arabika yang menjadi display item dan kandang luwak juga diatur sedemikian rapi di halaman pabrik.

Meski sudah berhasil mempopulerkan dan meningkatkan hingga memperluas bisnis keluarga, Djuwito Tjahjadi tidak serta merta berpuas diri, ia sadar perlu adanya persiapan regenerasi. Ia menyiapkan putranya, Wirawan Tjahjadi untuk menggantikannya mengelola bisnis kopi kebanggaannya.

Anak bungsu Djuwito Tjahjadi tersebut berhasil membuat Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia meraih ISO 9001 – 2001 pada 2004. Ia juga berhasil memposisikan Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia sebagai produk khas Bali hingga mengekspornya ke luar Indonesia, yaitu ke Malaysia, Singapura, Jepang, Hongkong, dan Amerika Serikat.

Ekspansi BIsnis Ke luar Negri

Di tahun yang sama, Wirawan Tjahjadi melakukan ekspansi bisnis ke ranah entertainment dengan membuka Kopi Bali House. Selain itu, ia juga mulai mengembangkan produk kopi selain kopi sebagai minuman, yaitu dengan memproduksi aneka handycraft dan souvenir dari kopi, seperti aroma terapi kopi, dupa kopi, parfum kopi, lukisan kopi, dan lain sebagainya.

Perubahan baru yang besar pun dilakukan oleh Wirawan Tjahjadi untuk memajukan dunia kopi di Indonesia. Ia membangun sebuah sekolah untuh melahirkan barista bertaraf internasional di Indonesia. Sekolah tersebut bertujuan agar orang-orang yang serius ingin menjadi ahli kopi bisa menguasai seluk beluk kopi hingga cara membuat kopi terbaik.

baca juga 1000.001 Ide Bisnis Dengan Modal Mulai 100 Ribu

Bagaimana? Sebuah perjalanan panjang yang mengesankan, bukan?

Anda wajib mencicipi kenikmatan Kopi Bali Kupu-kupu Dunia yang berkualitas ketika berkunjung ke Bali. Tidak perlu ke hotel berbintang, Anda bisa datang ke kedai yang menyajikan khusus Kopi Bali Kupu-kupu Bola Dunia di Jalan Gajah Mada, Denpasar, tepatnya di toko sekaligus kedai bernama “Bhineka Djaja”. Hanya dengan belasan ribu rupiah, Anda bisa menikmati secangkir kopi Bali terbaik, sambil bernostalgia di kedai kopi yang sudah berdiri sejak 1935 tersebut.

Sirup Tjampolay : Produk Minuman Melegenda dengan Cita Rasa Lokal

Di zaman serba gadget ini, produk minuman begitu beragam rasa dan jenisnya. Kebanyakan dari produk minuman yang sering Anda temui di pasar, mini market, hingga kedai makanan cepat saji, adalah minuman bersoda, minuman instan dalam bentuk bubuk beraneka rasa, hingga jus siap minum yang dikemas dalam tetrapack. Rerata dari produk minuman tersebut sudah umum dan hampir semua perusahaan minuman instan memproduksi beragam jenis dan rasa yang tidak jauh berbeda.

Namun, tahukah Anda, jika ada produk lokal yang sudah berpuluh-puluh tahun usianya, masih sama rasanya dan tidak terpengaruh untuk mengikuti trend produk minuman saat ini? Jawabannya, ada. Salah satunya yang menjadi oleh-oleh khas Cirebon, yaitu Sirup Tjampolay (baca: campolai).

Dinamakan Dari Nama Buah Campolay

Tjampolay, yang menjadi nama merk produk minuman tersebut, adalah buah campolay (ejaan lama: tjampolay). Buah tersebut berasal dari luar Cirebon.

Dilansir dari artikel di www.liputan6.com, campolay biasanya disebut sebagai sawo belanda oleh banyak orang. Buah yang berwarna kuning kecoklatan itu sering ditemukan di Cianjur, Sukabumi, dan Sumedang. Selain sebagai sirup, buah tersebut juga dibudidayakan untuk buah tangan (oleh-oleh) hingga sebagai bahan untuk membuat jenis makanan lainnya.

Sebutan sawo belanda atau sawo walanda, dikarenakan dulu banyak orang Belanda yang menyukai buah berbentuk bulat telur dengan ujung runcing tersebut. Tanman yang tidak mengenal musim itu mengandung klaori, zat tepung, vitamin, mineral, dan serat.

Dagingnya yang berwarna kuning dengan tekstur empuk menepung tersebut, mirip dengan ubi cilembu. Dengan rasa yang manis, enak, dan aroma yang menggoda, membuat banyak orang yang menyukainya. Meski digunakan sebagai bahan baku Sirup Tjampolay, buah campolay tidak bisa dibudidayakan di Cirebon, karena buah tersebuut hanya bisa hidup di suhu 15 – 18 derajat celcius.

Sirup Tjampolay dikemas dalam botol kaca dengan logo background putih bertuliskan Siroop Tjap Buah Tjampolay dan disertai tagline “Rasanja Sedap, Baunja Wangi”. Kemasan botol kaca bening tersebut didesain dengan sederhana dengan berukuran 630 ml.Rasa yang ditawarkan Sirup Tjampolay pun beragam dan nostalgic seperti rozen rose, asam jeruk, nanas, pisang susu, melon, leci, mangga gedong, jeruk nipis, dan kopi moka.

Sebagai industri lokal yang berdiri sejak berpuluh-puluh tahun lamanya, Sirup Tjampolay memiliki kisah perjuangannya sendiri. Bukan sekadar kisah menyenangkan, namun juga sejarah awal berdiri dan jatuh bangunnya perusahaan tersebut.

  1. Awal Mula Berdiri Sirup Tjampolay

Tan Tjiek Tjiu, adalah pembuat dan pendiri usaha Sirup Tjampolay. Ia memproduksi Sirup Tjampolay pada 1936, tepatnya 11 Juli. Sirup Tjampolay yang dibuat dari ekstrak buah dan gula asli, langsung menjadi favorit orang Cirebon. Di awal produksinya, sirup yang berbahan baku buah campolay ini dibuar dengan varian tiga rasa, yakni rozen rose, nanas, dan asam jeruk.

  1. Masa Jatuh Bangun Sirup Tjampolay

Selama kurum waktu lebih dari dua dekade, Sirup Tjampolay laris di pasaran. Namun, ketika Tan Tjiek Tjiu meninggal pada 1964, Sirup Tjampolay tidak diproduksi lagi. Bisa jadi karena ketika itu penerus bisnis Tjiek Tjiu belum siap mengelolanya. Cukup lama kemudian, sekitar 1970, Sirup Tjampolay kembali beredar di pasaran. Pengelolanya saat itu adalah anak Tjiek Tjiu, Setiawan.

Nyatanya, tidak mudah mengelola sebuah bisnis keluarga. Hanya selang beberapa waktu, Sirup Tjampolay tidak diproduksi lagi. Pada 1983, Sirup Tjampolay hadir lagi dan pabriknya berpindah tempat di Lawang Gada, Cirebon, Jawa Barat.

Di tengah kondisi ekonomi dan persaingan bisnis yang cukup ketat ketika itu, Sirup Tjampolay berhasil bangkit. Bahkan, semakin berjaya pada tahun 1990-an. Kemudian, Setiawan mempersiapkan generasi ketiga penggantinya, yaitu anaknya, Budiman. Setiawan mengikutsertakan Budiman dalam urusan mengelola bisnis, mulai dari proses produksi hingga distribusi. Karena keterlibatan anaknya, Sirup Tjampolay berkembang dengan pesat.

  1. Sirup Tjampolay Saat Ini

Banyak perubahan positif yang berhasil mengembangkan dan memajukan bisnis SIrup Tjampolay setelah berpindah tangan ke Budiman. Sebagai generasi ketiga bisnis keluarganya, ia tidak memiliki pengalaman maupun pengetahuan dalam bidang produksi dan manajemen. Namun, ia dengan mudah dan cepat belajar seluk beluk produksi minuman dan manajemen perusahaan.

Pria yang diketahui lulusan sekolah musik tersebut melakukan pembenahan sistem produksi dan distribusi. Ia memindahkan pusat produksi ke daerah Perumnas Elang Raya, Cirebon, dengan area seluas 300 m2. Sejak dipindahkan, produksi Sirup Tampolay mencapai 1200 botol dalam sehari dan tanpa menggunakan mesin.

Menambah Varian Rasa Sebagai Inovasi Product

Di samping itu, Budiman juga membuat varian rasa baru, yang awalnya hanya tiga varian, menjadi sembilan varian rasa yaitu rozen rose, asam jeruk, nanas, pisang susu, melon, leci, mangga gedong, jeruk nipis, dan kopi moka. Meski semakin beragam varian rasanya, yang tetap menjadi primadona rasa terfavorit Sirup Tjampolay adalah rasa pisang susu.

Menurut Budiman, Sirup Tjampolay memiliki kelebihan dibandingkan dengan produk  minuman saat ini, yaitu penggunaan gula asli. Berbeda dengan produk minuman lain yang menggunakan sakarin, Sirup Tjampolay aman bagi kesehatan. Karena hal tersebut, Sirup Tjampolay yang sudah terbuka, bisa mengkristal dalam hitungan beberapa minggu. Alasan tersebut pula yang menyebabkan Budiman belum berani memasarkan Sirup Tjampolay ke luar Indonesia.

Sama halnya dengan produk lokal lainnya, selalu ada kisah panjang di balik kokohnya sebuah bisnis tua yang pernah dan bahkan masih sukses. Setidaknya, meski Sirup Tjampolay tidak mengikuti trend  minuman saat ini, atau tidak seagresif produk minuman yang sering muncul iklannya di layar televisi, Sirup Tjampolay masih memiliki banyak penggemar, terutama bagi warga Cirebon.

Hal ini tidak lain dikarenakan Sirup Tjampolay memiliki rasa dan kualitas yang melekat erat di lidah pelanggan setianya. Kemasan dengan label bertulisan ejaan lama, juga membuat generasi di masa 1940-an hingga 1990-an merasakan nostalgia masa lalu yang penuh kenangan.

Minuman Asal Cirebon Yang Bertahan Hingga Kini

Namun, meski dibilang produk minuman dari masa lalu yang tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan berarti Sirup Tjampolay tidak bisa berkembang. Hasil dari pembenahan sistem produksi, distribusi, hingga kreasi varian rasa membuktikan bahwa Sirup Tjampolay masih sangat layak jika dijajarkan dengan produk minuman lainnya.

Anda yang berada si luar Cirebon juga bisa lebih mudah mendapatkan Sirup Tjampolay. Anda bisa menemukan Sirup Tjampolay di beberapa kota besar di Indonesia, seperti di di super market Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, dan kota besar lainnya.

Anda juga bisa mendapatkannya tanpa harus keluar rumah dengan memesan secara online di beberapa market place seperti shopback, shopee, bukalapak, hingga tokopedia.

baca juga Jasa Review Bisnis Perusahaan Anda

Tentu saja, jika Anda sedang berkunjung ke Cirebon, tidak ada salahnya Anda mencoba membeli Sirup Tjampolay langsung dari pabriknya di Jalan Elang Raya K. 11–12, Kota Cirebon. Dengan kocek  Rp 285.000,- (harga bisa berubah sewaktu-waktu), Anda bisa membawa pulang 12 botol Sirup Tjmapolay legendaris yang menjadi minuman favorit dan kebanggan orang Cirebon, sebagai oleh-oleh.

Kecap Korma , Kecapnya Pedagang Sate yang Khas dan Pasti Halal

Siapa yang tidak tahu kecap? Bumbu dapur sekaligus pelengkap makanan ini identik dengan warna hitam dan tekstur yang cair. Di Indonesia, kecap memiliki ciri khas yang berbeda dengan kecap di negara lain. Kecap Indonesia memiliki rasa manis, kental, dan aroma yang gurih. Kecap di Indonesia pun dibuat menggunakan kedelai hitam pilihan dengan proses pembuatan tertentu.

Banyak makanan yang dianggap lebih lezat jika disandingkan dengan kecap, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, hingga aneka gorengan. Banyak pula makanan yang memang dibuat dengan bumbu kecap. Satu di antara makanan khas Indonesia yang terkenal lezat dan semakin lezat karena kecap adalah sate.

Distribusi Kecap Korma di Indonesia

Produk kecap di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Banyak produk kecap yang wilayah persebarannya hanya di sekitar area produksinya, yang disebut sebagai kecap lokal. Meski pangsa pasarnya tidak luas, kualitas dan rasa kecap lokal tidak kalah dengan kecap yang luas distribusinya sudah tingkat nasional.

Ada berapa merk produk kecap yang pernah Anda cicipi? Tahukah Anda, banyak produsen kecap lokal yang sukses hingga ke luar Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya hingga puluhan tahun? Dan, rerata produk kecap tersebut bermula dari kota kecil dan tidak dibuat oleh ahli kuliner.

Di Solo, misalnya, ada produk kecap lokal yang lahir dan menjadi terkenal di kalangan tertentu. Namanya, Kecap Korma, kecap yang dibuat oleh Syarifah Khadijah. Ibu dari delapan anak tersebut, pandai membuat kecap. Ia berani memproduksi kecap karena kondisi keluarganya setelah suaminya meninggal. Bisnis produksi kecapnya dirintis dari sklaa industri rumahan yang didistribusikan di Solo dan seputar Jawa Tengah.

Karena banyak orang yang mengakui kualitas dan rasa kecap buatannya, pada 1948, ia mendirikan perusahaan produsen kecap secara resmi yaitu PT Korma Jaya Utama dengan merk produk Kecap Cap Korma. Nama “korma” dipilih karena rasanya manis, enak, dan dibuat dari bahan yang terjamin halal.

Keberhasilannya di Jawa Tengah, membuat Syarifah Khadijah ingin mencoba memperluas target pasar Kecap Korma. Ia lalu pindah dan membuat pabrik di  Jakarta pada 1974.

Kecap Korma Identik Dengan Sate Ayam

Kecap Korma didistribusikan dengan target pasar para ibu rumah tangga. Tidak disangka, banyak para pedagang sate yang suka dengan rasa Kecap Korma yang khas. Karena itu, Kecap Korma sering disebut sebagai kecapnya sate. Bahkan, Kecap Korma dianggap sebagai rahasia kenikmatan kuliner khas Madura yaitu Sate Ayam.

Pada 1988 muncul isu yang menyebutkan bahan pembuatan kecap berasal dari lemak babi. Banyak orang yang sangat selektif membeli kecap, akibatnya produk-produk kecap yang beredar di pasaran mengalami gangguan penjualan.

Namun, berbeda dengan Kecap Korma yang dipercaya orang karena terjamin kehalalannya. Hal tersebut membuat tingkat penjualan Kecap Korma melonjak drastis. Dengan kenaikan omzet mencapai 100%, hingga Syarifah Khadijah yang dibantu anak-anaknya, merasa kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Sejak saat itu, Kecap Korma diidentikkan dengan kecap halal.

Ketika isu kecap lemak babi mereda, konsumen Kecap Korma tidak berpindah hati. Mereka tetap menggunakan Kecap Korma karena kualitas dan rasanya yang terbukti enak.

Dilansir dari swa.co.id, Inayah, Direktur PT Korma Jaya Utama (KJU) saat ini mengaku bahwa dari awal pembuatan Kecap Korma senantiasa mengutamakan kualitas bahan baku kecap. Kecap Korma dibuat dengan kedelai hitam pilihan tanpa hasil rekayasa genetika, juga tidak menggunakan pemanis buatan dan  pewarna tambahan.

Startegy Pemasaran 4P ala Kecap Korma

Selain kualitas produk yang selalu diutamakan, PT KJU juga melakukan strategi pemasaran yang disebutnya dengan istilah 4P, yaitu product, price, promotion dan placement. Produk yang sudah tentu terjamin kualitasnya, tidak diragukan lagi rasanya. Untuk promosi, ia memasang iklan melalui billboard dan spanduk. Yang terbaru, PT KJU mulai mengembangkan website sebagai media penjualan secara online.

Tidak hanya pemasaran melalui media iklan dan market place, pendekatan dengan konsumen melalui kegiatan sosial juga dilakukan yaitu dengan mengadakan kegiatan islami dan kekeluargaan seperti pengajian rutin dan menjalin hubungan baik dengan beberapa pondok pesantren di Madura.

Upaya-upaya tersebut berhasil mengembangkan bisnis Kecap Korma dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Sebagai ucapan syukur, perusahaannya menyisihkan 2,5% hasil penjualan Kecap Korma untuk infaq secara berkala. Tidak hanya itu, PT KJU juga mewakafkan mobil jenazah untuk pelanggan Kecap Korma di Madura.

Saat ini, Kecap Korma sudah menjangkau area di luar Jawa, yaitu Kalimantan dan Sumatera. Kecap Korma juga telah dipercaya oleh lima pasar swalayan besar Indonesia karena kualitas dan rasanya yang khas. Kerja sama tersebut membuat Kecap Korma berkembang menjadi in house brand. Yang lebih membanggakan, Kecap Korma berhasil diterima di kawasan Timur Tengah. Hal ini membuktikan, bahwa produk lokal meski tidak menjadi produk nasional, namun bisa go international.

Pabrik Producksi Kecap Korma di Solo dan Jakarta

Dengan dua pabrik produksi yaitu di Solo dan Jakarta, kapasitas produksi Kecap Korma bisa mencapai 18.000 liter. Jumlah tersebut bisa memeroleh tingkat penjualan 40–50% dengan harga Rp 15.000 – 25.000, yang bisa berubah sewaktu-waktu. Pengemasan Kecap Korma pun beragam sesuai dengan kebutuhan konsumen, mulai dari botol kecil, botol besar, refill, hingga jerigen.

Bisnis yang terkenal dengan tagline “Ada amal baik di balik kelezatannya” tersebut sekarang sudah mencapai usia empat generasi. Meski tidak memasang iklan di televisi dan mengusung pendekatan sosial yang islami, tidak membuat PT KJU mengalami kesulitan dalam mengembangkan Kecap Korma.

Pelanggannya pun tidak merasa keberatan, bahkan Kecap Korma dianggap memiliki kelebihan yang tidak dimiliki produk kecap lain, yaitu tidak hanya enak, tidak hanya bercitarasa khas, tetapi juga bisa bersedekah.

Kisah bisnis Kecap Korma dari dulu hingga kini, membuktikan bahwa semua produk lokal layak dan mampu bersaing dengan produk nasional dari perusahaan besar, bahkan berjajar dengan produk tingkat dunia.

Tidak mudah meraih pencapaian tersebut, apalagi mempertahankan eksistensi dan mengembangkan bisnis produk lokal hingga empat generasi seperti Kecap Korma. Dibutuhkan kerja dan usaha keras untuk menciptakan strategi dan inovasi yang kreatif demi mewujudkannya.

Bertahan Selama Puluhan Tahun

Keberadaan Kecap Korma yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya, mungkin tidak sepopuler kecap nasional lainnya. Namun, Kecap Korma tidak pernah kalah saing dengan produk kecap lainnya. Kesuksesan Kecap Korma turut membuat banyak produsen kecap lokal bermunculan.

Tentu saja, dunia usaha produsen kecap di tanah air menjadi semakin padat dan ketat. Hal itu menyebabkan mau tidak mau pengusaha produsen kecap harus senantiasa berupaya untuk up to date dengan perkembangan teknologi, informasi, dan membuat strategi-strategi yang tepat untuk bertahan di tengah pertarungan bisnis di dunia usaha produsen kecap.

Bagaimana? Jadi ingin mencoba Kecap Korma, ya? Atau Anda tertarik menjadi pengusaha lokal?

Tentu segala keputusan, tetap dan selalu ada di tangan Anda. Jika Anda ingin mulai berbisnis mulai dari pasar lokal, jangan ragu. Yang Anda perlu lakukan adalah membulatkan tekad, niat dengan sungguh-sungguh, serta upaya yang konsisten untuk menghadapi kendala yang terjadi.

Anggur Merah Cap Orang Tua, Obat Tradisional dengan Ragam Manfaat

Dewasa ini, banyak orang merasa mudah sakit. Mulai dari sakit ringan seperti pilek, demam, batuk, dan sakit berat seperti obesitas, hipertensi, hingga diabetes. Obat-obatan pun sering digunakan sebagai solusi untuk menghadapi penyakit, seperti obat toko yang dijual bebas, obat dari apotik, hingga obat khusus dari dokter.

Namun, tidak semua orang merasa cocok dengan obat-obatan, yang biasa disebut juga dengan obat modern. Beberapa orang, bahkan banyak orang, lebih memilih dan cocok dengan obat tradisional yang terbuat dari bahan alami seperti jamu. Bagi Anda penikmat jamu, pasti tidak asing dengan campuran jamu yang juga bisa diminum secara terpisah dan terbuat dari olahan anggur. Namanya, Anggur Merah Cap Orang Tua, yang bermerk Kolesom.

Meski banyak kontra alias ketidaksetujuan dengan penggunaan Anggur Merah Kolesom sebagai obat karena mengandung alkohol, masih banyak pula orang yang mengonsumsinya karena percaya dengan manfaat dan khasiatnya.

Khasiat Legendaris Dari Anggur Merah Kolesom

Beberapa khasiat yang diyakini ada di Anggur Merah Kolesom adalah mengobati masuk angin, membersihkan darah kotor, menghambat pertumbuhan tumor, melancarkan sirkulasi darah, mengobati asma memiliki sifat antibakterial dibanding dengan jenis anggur lain, anti penuaan dini, menghilangkan jerawat, menyehatkan jantung dan ginjal, melancarkan proses pencernaan, mengatasi asam urat, hingga menambah stamina dan vitalitas pria.

Namun, tahukah Anda, jika Anggur Merah Kolesom Cap Orang Tua memiliki perjalanan sejarah yang patut diketahui sebagai produk obat tradisional?

Berawal di tahun 1948, yaitu ketika obat tradisional sedang booming, dan diterima dengan baik secara luas oleh masyarakat. Melihat peluang tersebut, dibuatlah pabrik yang memproduksi minuman amer (anggur merah) yang bermanfaat sebagai obat tradisional di Semarang. Karena sukses di Semarang, pabrik produksi amer pun diperluas dengan membangun pabrik baru di Jakarta sekitar 1950.

Area distribusi yang awalnya hanya di Semarang dan Jawa Tengah, menjadi semakin luas, sehingga jumlah produksi pun meningkat. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat Anggur Merah Cap Orang Tua populer di masyarakat. Karena rasanya yang cukup enak, Anggur Merah Cap Orang Tua dijadikan sebagai campuran minuman obat tradisional lainnya seperti jamu.

Konon katanya, banyak orang merasakan khasiat Anggur Merah Cap Orang Tua ketika dicampur dengan jamu, dan sebaliknya. Hal ini yang menyebabkan Anggur Merah Cap Orang Tua identik dengan jamu, terutama jamu hitam pekat.

Perusahaan Lokal Tertarik Dengan nama Orang Tua

Karena Anggur Cap Orang Tua begitu terkenal, pada 1995 sebuah perusahaan lokal menjadikan nama Orang Tua sebagai nama perusahaannya, yaitu perusahaan ADA, yang kali pertama  memproduksi sikat gigi merk Formula, dan kini sudah memproduksi puluhan produk kuliner yang populer. Perusahaan ADA memanfaatkan nama Orang Tua sebagai nama perusahaan sekaligus merk utama produknya, karena keberadaan Anggur Merah Kolesom Cap Orang Tua sudah melegenda di masa itu. Tidak pelak lagi, produk perusaahaan Orang Tua (OT) pun dengan mudah melejit bahkan hingga saat ini.

Meski demikian, di masa ilmu pengetahuan dan informasi semakin mudah menyebar, banyak orang yang meragukan Anggur Merah Cap Orang Tua, terutama orang muslim yang menganut agama Islam. Mereka menilai bahwa Anggur Merah Cap Orang Tua haram dikonsumdi karena kandungan alkohol di dalamnya yang bisa memabukkan, dan segala sesuatu yang memabukkan adalah haram menurut keyakinan mereka. Hal ini menjadi perdebatan yang tiada habisnya hingga saat ini.

Namun, beberapa orang menyatakan bahwa Anggur Kolesom Cap Orang Tua adalah minuman halal, selama dikonsumsi dengan tujuan pengobatan. Karena itu, setiap orang yang mengonsumsi Anggur Merah Kolesom Cap Orang Tua harus mengetahui dosis minumnya, yaitu tiga kali sehari, sekali minum 20 – 40 ml, dan hanya boleh diminum sesudah makan.

baca juga Dodol Garut Picnic: Oleh-oleh Khas Istimewa yang Melegenda

Product OT dan Anggur Merah

Jika dibandingkan dengan produk dari perusahaan OT, Anggur Merah Kolesom tentu kalah eksis. Apalagi sejak adanya larangan edar minuman beralkohol sebagai minuman keras di Indonesia. Produk perusahaan OT, seperti makanan ringan hingga pasta gigi sukses beredar hingga menjadi salah satu produk tingkat nasional yang menguasai pasaran Indonesia.

Berbeda dengan Anggur Merah Cap Orang Tua, yang meski sudah memiliki izin edar dari BPOM, masih sulit diedarkan secara lebih luas, tidak semudah pada masa-masa awal produksi. Anda tidak dapat dengan mudah mendapatkan Anggur Merah Cap Orang Tua. Biasanya Anggur Merah Cap Orang Tua bisa ditemukan di warung, kedai, atau toko yang menjual obat herbal, obat tradisional, dan atau bahan membuat jamu.

Selain tidak mudah ditemukan di pasaran, Anggur Merah Cap Orang Tua juga sering dipalsukan. Beberapa tahun silam, ditemukan produk Anggur Merah Cap Orang Tua dengan kandungan alkohol tinggi dan disalahgunakan sebagai minuman keras yang bebas dikonsumsi secara berlebihan.

Hal ini tentu sangat merugikan produsen Anggur Merah Cap Orang Tua, karena bisa memunculkan efek negatif tentang penggunaan Anggur Merah Cap Orang Tua. Karena itu, setiap konsumen Anggur Merah Kolesom Cap Orang Tua selalu diberi peringatan agar tidak mengonsumsi hingga melebihi batas dosis yang disarankan.

Product Obat Tradisional

Melihat perjalanan produk obat tradisional buatan lokal Anggur Merah Cap Orang Tua, membuat kita tahu bahwa tidak semua produk lokal yang dibuat dengan niat baik bisa selalu diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Pasti aka nada kendala dan masalah yang muncul sehingga menghambat perkembangan dan kemajuan usaha. Tidak heran, banyak produk lokal yang tumbang karena termakan isu hingga tidak mampu mempertahankan eksistensinya di pasaran.

Hingga sekarang pun, catatan sejarah bisnis tentang produsen Anggur Merah Cap Orang Tua sulit ditemukan jejaknya. Tidak banyak orang yang mengetahui secara detail produsen Anggur Merah Cap Orang Tua. Dari merknya, kita bisa mengetahui bahwa Anggur Merah Cap Orang Tua dibuat dengan campuran bahan Kolesom Jawa (Talinum Crassifolium) atau yang biasa disebut daun ginseng.

Daun ginseng sudah sering digunakan sebagai obat tradisional bahkan sebagai bahan masakan sehari-hari. Karena pengetahuan tersebutlah, banyak orang yang meyakini khasiat Anggur Merah Cap Orang Tua bukanlah bualan belaka.

Yang perlu diingat, Anggur Merah Cap Orang Tua adalah salah satu produk obat tradisional lokal yang dibuat dengan beragam manfaat. Terlepas dari akibat negatifnya, Anggur Merah Cap Orang Tua tidak dibuat dengan tujuan buruk yang bisa merugikan orang lain. Karenanya, Anggur Merah Cap Orang Tua masih beredar secara legal, meski tidak secara luas.

Bagaimana? Penasaran dengan rasa Anggur Merah Kolesom Cap Orang Tua?

Anda bisa mencari distributor atau penjual Anggur Merah Cap Orang Tua di toko obat tradisional atau kedai jamu terdekat di rumah Anda. Jika Anda merasa kesulitan menemukannya, Anda juga bisa searching penjual Anggur Merah Kolesom di beberapa market place seperti bukalapak, tokopedia, pricearea, hingga blibli dengan harga Rp 50.000 – Rp 190.000,- bergantung ukurannya.

baca juga Ceres , Ahlinya Toping Rasa Cokelat

Dan, jangan lupa dengan aturan dan dosis minum Anggur Merah Cap Orang Tua. Karena untuk mendapatkan manfaat dan khasiatnya, Anda harus menaati dosis minum yang sudah ditetapkan agar Anda terhindar dari kondisi mabuk hingga keracunan minuman. Tentu saja Anda bisa memilih dengan selektif obat apa yang cocok untuk Anda sebelum memutuskan mengonsumsi Anggur Merah Cap Orang Tua.

Tolak Angin: Kisah di Balik Kesuksesan Produk Obat yang Menasional

Orang pintar, minum tolak angin

Siapa yang tidak tahu tagline iklan tersebut? Tagline  yang selalu ada pada iklan produk obat yang sudah menasional. Ya, produk tersebut adalah Tolak Angin. Obat cair yang dipercayai bisa mengobati masuk angin, penyakit yang tidak kenal musim di Indonesia.

Masuk angin adalah sekumpulan gejala yang diderita oleh orang di waktu tertentu atau akibat kondisi tertentu, misalnya cuaca yang tidak menentu, terkena hujan dalam waktu yang lama, udara dingin karena angin malam atau ruangan ber-AC, gangguan pencernaan, dan penyebab sejenis lainnya.

Gejala yang disebut sebagai masuk angin juga beragam, seperti meriang/menggigil, perut kembung, mudah lelah, sering mengantuk, cegukan, diare, pilek, demam, keringat dingin, mual dan muntah, sulit kentut atau bersendawa, hingga kehilangan nafsu makan.

Masuk Angin Kebiasaan Dan Fitrah Manusia

Hampir tidak ada orang Indonesia yang tidak pernah mengalami masuk angin. Apalagi di musim hujan seperti sekarang, lebih banyak orang mudah terkena masuk angin. Gejala masuk angin mungkin tampak tidak parah, namun tentu sangat mengganggu kenyamanan dan menghambat aktivitas jika tidak segera diobati. Karenanya, tidak ada yang bisa menahan masuk angin lebih dari sehari.

Banyak cara hingga obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengobati gejala masuk angin. Mulai dari cara tradisional seperti kerokan di area punggung dan perut, pijat urut, hingga mandi air hangat. Obat-obatan yang diyakini bisa mengobati masuk angin juga beragam, seperti jamu, wedang jahe, termasuk obat sirup yang dijual secara bebas dan sudah lama dipercaya bisa mengobati masuk angin. Salah satu obat cair (sirup) tersebut adalah Tolak Angin.

PT Sido Muncul Sebagai Produsen Tolak Angin

Tolak Angin adalah obat herbal yang diproduksi oleh PT Sido Muncul. Tolak Angin terbuat dari beragam bahan alami seperti kapulaga, adas, pala, kayu manis, pegagan, cengkeh, kedawung, kayu angin, kayu ules, beras, jahe, madu, dan bahan-bahan lainnya.

Tolak Angin bisa mengobati segala macam gejala masuk angin yang disebabkan oleh kehujanan, kurang tidur, hingga terlalu lelah. Beberapa gejala masuk angin yang bisa diredakan dengan Tolak Angin adalah perut kembung, mual, pusing, lesu, demam, pilek, dan meriang.

Selain meredakan, Tolak Angin juga bisa mencegah masuk angin dan menjaga stamina tubuh untuk pekerja malam yang sibuk/lembur, orang yang sedang dalam perjalanan jauh, hingga mabuk perjalanan.

Pertama Kali Product Tolak Angin Meluncur

Sebagai produk yang sudah menasional, dulunya Tolak Angin adalah produk lokal yang tidak begitu terkenal. Tolak Angin kali pertama diracik oleh Rakhmat Sulistyo. Nyonya Rakhmat Sulistyo, yang lahir dengan nama Go Djing Nio, bersama suaminya Siem Thiam Hie, adalah pendiri PT Sido Muncul, perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan tradisional. Namun, keduanya tidak merintis bisnis dengan langsung memproduksi obat tradisional.

Pasangan suami istri, Rakhmat Sulistyo dan Siem Thiam Hie, awalnya merintis usaha pemerahan susu di Ambarawa bernama Melkrey.

Ketika terjadi insiden pada 1928, usaha rintisan yang mulai membesar tersebut, terpaksa harus gulung tikar. Mereka pun pindah ke Solo untuk memulai usaha baru yaitu toko roti yang diberi nama Roti Muncul pada 1930.

Di waktu yang sama, Rakhmat Sulistyo yang ahli mengolah rempah-rempah dan bahan herbal mulai belajar memproduksi obat tradisional yaitu jamu. Tidak lama kemudian, Rakhmat Sulistyo dan Siem Thiam Hie mulai membuka usaha jamu di Yogyakarta pada 1935.

Jamu Sebagai Cikal bakal Tolak Angin

Pada 1941, Rakhmat Sulistyo berhasil membuat jamu yang menjadi cikal bakal Tolak Angin. Ketika kali pertama dijual, jamu tersebut diberi nama Jamu Tujuh Angin. Namun, beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada 1949, Belanda menyerang. Keduanya lalu pindah ke Semarang untuk menyelamatkan diri.

Tanpa terpengaruh dengan keadaan saat itu, Rakhmat Sulistyo dan Siem Thiam Hie mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul, yang artinya mimpi yang jadi kenyataan. Rumah produksi pertama Sido Muncul didirikan di Jalan Mlaten Trenggulun No. 104, di daerah Mlatibaru, Semarang. Dengan keadaan terbatas, mereka terus mengembangkan usahanya bersama tiga karyawan.

Tidak membutuhkan waktu lama, produk buatan Sido Muncul dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Karena jumlah produksi yang meningkat, dibangunlah pabrik yang sederhana namun lebih besar pada 1951. Semakin lama, nama Sido Muncul semakin dikenal dan produk-produk obat tradisionalnya pun semakin terkenal.

Moderenisasi Pabrik Demi Meningkatkan Kualitas Produksi

Dengan popularitas dan tingkat produksi yang meningkat, Sido Muncul pun melakukan modernisasi pabrik. Yang awalnya pabrik dengan peralatan sederhana, kemudian dibenahi dengan merelokasi pabrik dan mendatangkan peralatan berteknologi modern pada 1984.

Pabrik Sido Muncul mengalami perluasan dan perbaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar sekaligus mempercepat proses produksi.

Pabrik baru Sido Muncul yang lebih luas dengan teknologi mutakhir dibangun di daerah Ungaran dengan luas 7 hektare, yang dilengkapi dengan 1,5 hektare  lahan agrowisata, dan kawasan pendukung lingkungan pabrik. Pabrik tersebut diresmikan pada 2000 oleh Menteri Kesehatan kala itu.

Penghargaan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

Di tahun yang sama, Sido Muncul mendapat penghargaan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik setara dengan Farmasi (CPOB). Dengan penghargaan tersebut, Sido Muncul berhasil menjadi salah satu pabrik jamu yang terjamin dengan standar farmasi.

Dari awal berdiri, Sido Muncul terus melakukan upaya untuk memajukan perusahaan melalui pengembangan kualitas produk. Pembenahan hingga perluasan pabrik senantiasa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi. Setelah berhasil membangun pabrik baru yang lebih luas, Sido Muncul kembali membangun fasilitas perusahaan yang mendukung proses produksi yaitu pabrik bahan baku pada 2010.

Sido Muncul kini menjadi pabrik obat tradisional, khususnya jamu, yang besar di Indonesia. Bermula dari usaha lokal, Sido Muncul berhasil menjadi perusahaan besar yang konsisten untuk terus berkembang dari tahun ke tahun.

Belajar Dari Sang Pendiri Sido Muncul

Banyak hal menarik yang ada di sepanjang kisah perjalanan perusahaan jamu tersebut, mulai dari semangat wirausaha yang melekat dengan erat di jiwa dua pendirinya, yaitu Rakhmat Sulistyo dan Siem Thiam Hie.

Keduanya selalu mampu membuat usaha  yang berhasil dengan memanfaatkan peluang yang ada, bahkan ketika gulung tikar karena keadaan sekitarnya dan terpaksa berpindah tempat, mereka selalu bisa membuka usaha baru yang berpeluang besar.

Strategi pemasaran yang dilakukan Sido Muncul mungkin terbilang biasa, namun karena dilakukan secara konsisten, hal tersebut mampu meningkatkan produktivitas perusahaan secara signifikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan public figure sebagai brand ambassador untuk tiap produknya.

Karenanya, hampir semua produk Sido Muncul, diidentikkan dengan brand ambassadornya meski sudah jarang muncul. Beberapa public figure yang pernah menjadi brand ambassador produk Tolak Angin adalah Nunung, Polo Srimulat, Rheinald Kasali, Lula Kamal, Agnez Mo, hingga Maudy Ayunda.

baca juga Perusahaan Logam Bima , Produsen Kitchen Ware Berkualitas

Di tangan generasi ketiga, yakni Irwan Hidayat, Sido Muncul memiliki beragam jenis produk yang populer di masyarakat, yakni Tolak Angin, Kuku Bima, Kopi Jahe, Permen Tolak Angin, New Hemoroa, Fatraper, Jamu Komplet Sido Muncul, Esemag, Bilberry Carrot, Echinacea, SM Prosta Plus, Suprasy, Kunyit Asam, Sido Muncul Vitamin C1000 mg, hingga Jahe Wangi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top