Standar Baru Kecantikan. Sebagian besar perempuan Indonesia menginginkan paras ayu dengan kulit mulus dan glowing. Meski begitu, arti cantik di mata kaum hawa terus mengalami pergeseran sesuai dengan tren produk kecantikan.
Di Indonesia, standar kecantikan kerap kali diukur dengan produk kecantikan yang digunakan. Misalnya, ketika produk kecantikan menawarkan produk dengan khasiat yang memutihkan wajah, maka standar kecantikan diukur dengan seberapa putih wajah seseorang. Saat ini, sebagian besar produk kecantikan menawarkan khasiat kulit yang glowing, sehingga standar kecantikannya pun mengikuti.
Merek produk kecantikan ZAP Group yang bekerja sama dengan MarkPlus Institute mengeluarkan hasil penelitian terbaru bertajuk ZAP Beauty Index 2024. Ini merupakan penelitian yang rutin dilakukan dalam lima tahun terakhir untuk memotret perilaku perempuan Indonesia tentang dunia kecantikan. ZAP Beauty Index tahun ini melibatkan 9.000 perempuan Indonesia berusia 15-65 tahun.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini menjadi lebih spesial lantaran untuk pertama kalinya ZAP meluncurkan Menology Index 2024, survei yang merangkum persepsi laki-laki Indonesia mengenai penampilan, maskulinitas, dan perawatan diri. Sebagai pionir dalam perawatan ketampanan pria, Menology by ZAP menghadirkan data mengenai persepsi, kebiasaan, dan preferensi pria Indonesia dalam merawat diri. Adapun penelitian ini melibatkan 1.500 responden laki-laki berusia 15-55 tahun di seluruh Indonesia.
Dalam penelitian ini, ditemukan fakta standar perempuan tentang kecantikan mulai bergeser dalam dua tahun terakhir. Kaum hawa Indonesia tidak lagi mendefinisikan kulit putih sebagai standar kecantikan. Tercatat, pada 2023 hanya 1,1% responden yang menilai cantik identik dengan putih, sedangkan dua tahun sebelumnya atau tahun 2021 persentasenya sebesar 13,6%.
Temuan lain dari penelitian ini terkait dengan standar kecantikan adalah perempuan yang berwajah mulus dengan persentase 30,7%. Setelah itu diikuti dengan indikator lain, yakni berbusana menarik atau well-dressed dan berparas glowing.
Adapun kedua indikator tersebut memiliki persentase 16,4% dan 16,3%. Uniknya, mayoritas perempuan Indonesia tidak memerlukan make up untuk tampil cantik. Grafik 1.
Fakta tersebut bukan tanpa sebab, namun ada sejumlah kondisi kulit yang menjadi kekhawatiran perempuan. Data menyebut, lebih dari separuh atau 53,8% perempuan Indonesia merasa memiliki kulit kusam. Kemudian, sebanyak 49,3% wanita mengeluhkan pori-pori kulit wajah yang besar, dan 34,1% perempuan merasa memiliki mata panda atau lingkar hitam di area mata.
Sementara itu, 29,5% perempuan Gen Z atau kelahiran tahun 1997-2012 mulai merasakan tanda penuaan dini yang ditandai dengan munculnya garis-garis halus dan kerutan di wajah. Fenomena tersebut pada akhirnya memengaruhi terjadinya perubahan standar kecantikan perempuan Indonesia yang berdampak pada menjamurnya industri kecantikan.
Untuk mendapatkan kulit yang glowing, perempuan Indonesia rela merogoh kocek cukup dalam. Sebesar 71,4% responden mengeluarkan uang lebih dari Rp 300 ribu setiap bulan bulan untuk skincare, sedangkan make up jumlahnya di bawah Rp 300 ribu dengan persentase 60,1%. Rata-rata, 58,1% responden mengeluarkan merogoh kocek Rp 500 setiap bulan untuk treatment wajah.
Temuan unik lainnya dari penelitian ini adalah terkait dengan keputusan pemilihan klinik kecantikan di mana responden lebih mementingkan review pelanggan. Tercatat, sebanyak 49,6% wanita Indonesia terpengaruh oleh pengguna media sosial yang pernah melakukan treatment di klinik kecantikan. Kemudian pengaruh dari teman 42,8% dan keluarga 23,2%. Grafik 2.
Fadly Sahab, Chief Executive Officer (CEO) dan Founder ZAP Group menjelaskan, dari hasil survei, klinik kecantikan menjadi salah satu pilihan perempuan untuk mendapatkan cantik yang didambakan. Saat ini, perempuan Indonesia sudah mengunjungi klinik kecantikan sejak usia remaja, bahkan di usia 15 tahun. Sehingga semakin memperluas pangsa pasar bisnis klinik kecantikan.
“Sebanyak 28,6% perempuan Indonesia menghabiskan lebih dari Rp 500 ribu per bulan untuk membeli produk skincare. Biaya tersebut lebih besar ketimbang pengeluaran untuk produk make up. Hanya 39,9% perempuan yang mengeluarkan lebih dari Rp 300 ribu setiap bulannya untuk membeli produk make up,” kata Fadly.
baca juga
Survei juga menemukan, sebanyak 66,4% perempuan mempertimbangkan kandungan produk skincare. Sedangkan 42,8% mempertimbangkan reputasi atau kredibilitas merek saat membeli produk kecantikan. Label produk seperti halal dan tidak membahayakan hewan atau cruelty free pun dinilai penting oleh hampir 50% perempuan Indonesia.
“Dari survei ini ditemukan sebanyak 89,4% perempuan bersedia membayar lebih (mahal) produk yang berasal dari merek ramah lingkungan,” ujarnya.
Sementara itu, Chief Operating Officer MarkPlus Institute Yosanova Savitry menambahkan, dari sisi laki-laki cenderung lebih tampan jika berpenampilan baik atau well dressed dan bertubuh sehat serta bugar. Namun, bukan berarti memiliki wajah yang bersih dan mulus tak menjadi dambaan laki-laki Indonesia. Nyatanya, sebanyak 19,1% laki-laki merasa tampan jika memiliki wajah yang bersih dan mulus tanpa bekas jerawat dan flek.
Laki-laki juga memiliki kekhawatiran tersendiri atas penampilannya. Hampir separuh dari responden merasa tidak percaya diri atau insecure dengan kulit wajah mereka saat ini. Sebanyak 42% laki-laki merasa memiliki kulit yang kusam, sedangkan 37% merasa memiliki pori-pori wajah yang besar.
Namun, berbeda dengan perempuan, mayoritas laki-laki Indonesia merasa belum mengalami tanda-tanda penuaan. Selain itu, 22,4% laki-laki merasa tidak percaya diri dengan rambut mereka. Sebab, 34,7% responden mengalami kerontokan rambut.
Masalah lainnya berupa rambut berketombe 34,4% dan rambut kering 30,1%. Padahal, hampir seluruh atau 96,7% laki-laki menganggap bahwa rambut memberikan pengaruh signifikan terhadap penampilan. Untuk merawat rambut, mereka juga suka menggunakan conditioner 34,3% dan hair tonic 33,2% sebagai pelengkap sampo.
Kemudian hampir 50% laki-laki Indonesia pernah melakukan perawatan di klinik kecantikan. Tercatat, lelaki Gen X atau yang lahir tahun 1965-1980 lebih banyak mengunjungi klinik kecantikan dengan persentase 72% dibandingkan Gen Z lelaki 63,6%. Pria Gen X juga yang paling banyak melakukan pembelian produk di klinik kecantikan.
“Penelitian ini membuktikan bahwa pria Indonesia memiliki kepedulian yang besar pada penampilan fisik mereka, terutama kulit dan rambut. Banyak di antara mereka yang telah melakukan perawatan di klinik,” kata Yosanova.
Sebanyak 89,4% perempuan bersedia membayar lebih (mahal) produk dari merek ramah lingkungan.
Fadly Sahab
Chief Executive Officer (CEO) dan Founder ZAP Group