ukms.or.id/ – Di era modern seperti sekarang, kebutuhan akan desain grafis semakin umum di masyarakat. Entah itu untuk membuat sesuatu yang cukup rumit seperti poster atau logo, hingga yang sederhana seperti menghias presentasi.
Bagi yang menguasai software desain seperti Photoshop pasti bukanlah masalah besar, tapi bagi orang awam atau yang baru mulai mengenal desain grafis , software tersebut bisa terlihat sulit.
Canva, Sekarang Semua Orang Bisa Membuat Desain Grafis
Canva hadir memberikan solusi desain grafis yang sederhana tapi tetap lengkap dengan lebih dari 1 juta stok foto, font, dan elemen grafis lainnya.
Walaupun mengusung judul mudah dan simple, Canva tetap menyuguhkan layout berkualitas yang terlihat profesional. Ada berbagai pilihan template yang bisa dibuat melalui Canva, diantaranya kartu bisnis, kartu ucapan, cover album, header email, postingan Instagram, cover buku, daftar menu, kolase foto, poster, presentasi, pamphlet, header Twitter, dll.
Canva juga meng-klaim menyediakan jutaan stok gambar, vektor, dan ilustrasi ditambah dengan banyak pilihan filter atau editing foto yang menarik. Selain itu, Canva juga memberikan ribuan pilihan ikon dan font yang tersedia cocok untuk berbagai jenis desain.
Canva berpusat di Melbourne, Australia, dan sudah melewati jalan yang cukup sulit sebelum mencapai tempatnya sebagai salah satu startup sukses di dunia seperti sekarang. CEO Canva, Melanie Perkins, mengatakan bahwa sebelumnya Canva pernah ditolak lebih dari 100 investor.
Tujuan awal pembuatan Canva adalah untuk membuat platform desain grafis online yang gratis, mudah digunakan, dan mudah diakses oleh semua orang di seluruh dunia.
Dimulai sejak tahun Agustus 2013, sekarang Canva sudah memiliki lebih dari 20 juta pengguna dari 190 negara.
Langkah awal pembuatan Canva dimulai saat Perkins membuat website kecil-kecilan untuk membuat buku tahunan sekolah pada tahun akhir kuliahnya. Bisnis ini pun meraih sampai 400 sekolah sebagai penggunanya, bahkan sampai ke negeri Perancis.
Setelahnya, barulah Perkins mulai merancang ide awal pembuatan Canva dan berjuang mencari investor. Awalnya banyak yang menolak dengan berbagai alasan, mulai dari kantor pusatnya yang di Australia hingga ide bisnisnya yang dianggap tidak masuk akal saat itu.
Tapi perjuangan Perkins akhirnya membuahkan hasil setelah bertemu dengan Cameron Adams, seorang mantan pegawai Google yang sekarang menjadi co-founder ketiga Canva.
Kunci Canva untuk mengalahkan software-software besar seperti Microsoft atau Adobe adalah kemudahan dalam penggunaannya. Sebelumnya, orang-orang yang non-professional di bidang desain akan kesulitan menggunakan software besar yang memiliki berbagai simbol rumit.
Tapi sekarang, berkat adanya Canva, para “amatir” desain ini bisa membuat desain grafis yang sama indahnya dalam hitungan menit.
baca juga
- Usaha Kreatif dari Buku dan Jam Bekas
- Kipling Bag Brand Tas Populer Dunia
- Konsultan Pajak Untuk Bisnis
- Konsultan Pajak Terbaik Indonesia Libatkan Komunitas
- Konsultan Pajak Jakarta Indonesia Pro Visioner Group
Canva Gratis dan Premium Berbayar
Sekarang Canva membuka platform-nya secara gratis, walaupun ada beberapa fitur premium yang bisa didapatkan dengan membayar.
Pengguna Canva pun sebagian besar merupakan individu (perseorangan) atau team desain kecil yang membutuhkan design grafis yang mudah dan cepat.
Perkins sekarang memiliki kurang lebih 15% saham di Canva, dengan estimasi nilai 430 juta dolar. Jika ditambahkan dengan saham tunangannya sekaligus co-founder Canva, Cliff Obrecht, total saham mereka bisa mencapai 800 juta dolar.
Diantara berbagai negara asal pengguna Canva, Indonesia, Brazil, dan India menjadi tiga negara yang memiliki potensi pasar besar. Karena tiga negara ini bukanlah negara yang berbahasa Inggris, Canva sedang berusaha fokus untuk melokalkan konten mereka, mulai dari menambahkan logo ataupun template khas negara-negara tersebut.