Usung Personalisasi 

Usung Personalisasi 

Artificial Intelligence (AI) memungkinkan perusahaan seperti fast-moving consumer goods (FMCG) dan kecantikan lebih dekat dengan konsumen, dari menganalisis perilaku konsumen hingga memprediksi tren pasar dan menciptakan pengalaman belanja yang lebih personal. 

“Perubahan itu pasti, yang tidak berubah justru bakal ketinggalan!” Kalimat ini bukan sekadar pepatah, tapi juga gambaran nyata tentang betapa cepatnya perubahan di industri fast moving consumer goods (FMCG) dan kecantikan. Kedua industri ini dituntut cepat beradaptasi dan berinovasi supaya tetap relevan dan tidak tergilas oleh zaman. 

Di tengah dunia yang serba cepat ini, tren baru muncul bak kilat, sementara konsumen semakin cerdas dan picky dalam memilih produk yang bukan hanya memenuhi kebutuhan mereka, tapi juga cocok dengan nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Bagi perusahaan yang bergerak di sektor FMCG dan kecantikan, ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar. Jika mereka ingin tetap bersaing, mereka harus terus berinovasi, cepat beradaptasi dengan teknologi terbaru, dan tentu saja, memahami perilaku konsumen yang terus berubah. 

Salah satu teknologi yang kini menjadi sorotan utama adalah AI. Kecerdasan buatan dalam dunia FMCG dan kecantikan membuka banyak pintu baru dalam hal pemahaman konsumen dan pengelolaan bisnis. Mulai dari analisis perilaku konsumen, prediksi tren pasar, hingga personalisasi pengalaman belanja, AI memungkinkan perusahaan untuk lebih dekat dengan konsumen mereka. 

Dengan pemanfaatan teknologi ini, perusahaan bisa memahami kebiasaan konsumen dengan lebih akurat, bahkan memprediksi apa yang mereka inginkan sebelum mereka mengetahuinya. Misalnya, AI bisa menganalisis pola pembelian dan memberikan rekomendasi produk yang tepat waktu, atau bahkan menciptakan kampanye pemasaran yang lebih relevan dan berbasis data.

Salah satu teknologi yang sedang marak dimanfaatkan adalah Generative AI. Dengan kemampuannya menghasilkan berbagai jenis konten, seperti teks, gambar, dan kode, Generative AI telah membuka peluang baru bagi perusahaan FMCG untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan pengalaman pelanggan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Market Research Biz pada tahun 2024, Pasar Generative AI di FMCG diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 22,6%. Hal ini menunjukkan permintaan yang sangat tinggi terhadap solusi berbasis AI di industri ini. Komponen terbesar dari pasar ini adalah Generative AI software. 

Grafik 1. 

Image or Photo Marketeers Max

Sumber: Market Research Biz, 2024

Sementara, di industri kecantikan, laporan Insight Ace Analytic pada tahun 2023 menemukan bahwa pasar AI diperkirakan akan tumbuh dengan CGR (2024-2031) sebesar 20,1%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan yang juga sangat tinggi terhadap solusi berbasis AI di industri kecantikan.

Grafik 2. 

Image or Photo Marketeers Max

Sumber: Insight Ace Analytic, 2023

Baik pada tahun 2023 maupun proyeksi tahun 2031, produk dan layanan personalisasi mendominasi pasar. Perangkat kecantikan berbasis AI juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya permintaan yang tinggi akan alat-alat yang dapat membantu konsumen dalam menganalisis kulit, memilih produk yang tepat, dan melakukan perawatan kulit di rumah.

Kesimpulannya, AI bukan sekadar alat untuk efisiensi, tapi juga kunci untuk menciptakan hubungan yang lebih personal dan relevan antara merek dan konsumen. Di dunia FMCG dan kecantikan yang begitu kompetitif, siapa yang bisa memanfaatkan teknologi ini dengan baik, dialah yang akan memimpin pasar. Memahami dan memanfaatkan AI adalah langkah besar untuk tetap relevan dan terus berkembang.

Mengacu pada Emero, Procter & Gamble (P&G), salah satu perusahaan FMCG terbesar di dunia, telah memanfaatkan AI untuk menganalisis perilaku konsumen dalam rangka mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan preferensi pasar. Contohnya, penggunaan sensor di produk sikat gigi Oral-B iO. Sensor ini mengumpulkan data penggunaan secara real-time yang kemudian dianalisis menggunakan AI dan machine learning untuk memahami kebiasaan konsumen dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.

Misalnya, algoritma pada sikat gigi Oral-B iO menunjukkan bahwa waktu menyikat gigi yang sebenarnya hanya 47 detik, jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua menit yang biasanya dilaporkan oleh pengguna. Data semacam ini memungkinkan P&G untuk mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan kebiasaan konsumen.

Dengan penerapan AI, P&G telah berhasil menciptakan produk yang lebih relevan dengan kebutuhan konsumen. Penggunaan AI di berbagai area bisnis ini tidak hanya meningkatkan penghematan biaya tetapi juga mempercepat inovasi produk dan pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif. 

Di Indonesia, ada WINGS Food, perusahaan FMCG yang memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan kegiatan pemasaran mereka. Katria Arintya Anindyantari, Head of Marketing Food PT. Sayap Mas Utama (Wings Group Indonesia) mengungkap bahwa salah satu aplikasi utama AI di perusahaan adalah social listening, yaitu proses otomatisasi untuk mendengarkan respons konsumen terhadap produk atau merek mereka. 

    Melalui AI, WINGS Food dapat memantau percakapan di media sosial dan platform lainnya untuk mengetahui bagaimana produk mereka diterima oleh pasar. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan wawasan yang lebih akurat mengenai opini publik secara real-time.

    “Misalnya, jika ada banyak percakapan mengenai produk seperti Mie Sedaap Goreng, AI dapat membantu tim pemasaran kami untuk mengetahui apa yang sedang tren di sekitar produk tersebut—misalnya, edisi khusus atau resep baru yang dibagikan oleh konsumen. Hal ini memungkinkan kami untuk menyesuaikan strategi pemasaran secara cepat dan relevan,” ungkap Katria.

    Selain itu, WINGS Food juga memanfaatkan machine learning untuk targeting dan retargeting audiens mereka. Dengan menganalisis data konsumen yang ada, AI dapat membantu perusahaan untuk menyesuaikan iklan dan pesan yang lebih personal dan relevan bagi setiap individu. Sebagai contoh, jika seseorang sudah membeli produk Mie Sedaap rasa Soto, perusahaan dapat mengatur iklan retargeting untuk menarik mereka kembali membeli produk lainnya, sehingga meningkatkan consumer retention.

    “Meskipun AI menawarkan berbagai keuntungan, penting juga untuk menyeimbangkan teknologi dan sumber daya manusia. AI memang dapat mengotomatisasi banyak aspek pemasaran, namun peran kreativitas manusia tetap tidak tergantikan,” tutur Katria.

    Ke depan, WINGS Food percaya bahwa penggunaan AI akan semakin berkembang dan menjadi semakin terpersonalisasi. Meskipun AI saat ini sudah sangat membantu dalam analisis data dan eksekusi kampanye pemasaran, Katria menilai bahwa setiap perusahaan tetap perlu menyesuaikan penggunaan AI dengan konteks dan tujuan spesifik mereka.

    Percepat Proses 

    Jika WINGS Food banyak menerapkan teknologi ini untuk strategi pemasaran mereka, HMNS, salah satu merek parfum lokal di Indonesia melihat manfaat terbesar dari AI untuk mengembangkan produk baru. Rizky Arief Dwi Prakoso, CEO & Founder of HMNS menyampaikan bahwa biasanya, merek ini membutuhkan waktu hingga sebulan untuk melakukan riset, merancang roadmap produk, dan memikirkan tagline. 

    “Dengan bantuan AI, proses pengembangan produk dapat dipersingkat hingga hanya 10 menit. Proses yang sebelumnya membutuhkan waktu lama kini menjadi lebih cepat, memungkinkan tim kami untuk menghemat waktu hingga ribuan persen dalam hal efisiensi,” kata Rizky.

    Lebih lanjut, AI membantu HMNS dalam menyediakan referensi desain dan tren yang relevan. Berkat Generative AI, tim kreatif dapat memperoleh inspirasi desain dan tren terbaru yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan produk. Saat ini, sekitar 60% tim HMNS sudah mengadopsi penggunaan AI, baik dalam tim pengembangan produk, pemasaran, bisnis, hingga tim penjualan. 

    “Dalam tim pemasaran, misalnya, AI digunakan untuk melakukan mapping tren pasar, memantau perubahan preferensi konsumen, serta mencari peluang baru yang dapat dijadikan strategi pemasaran yang lebih baik,” tambah Rizky.

    Meskipun sudah banyak memanfaatkan AI, HMNS tetap melihat influencer marketing sebagai salah satu strategi yang penting. Sekitar 30-40% strategi masih mengandalkan influencer, yang dinilai efektif dalam memperkuat brand awareness dan menjangkau konsumen baru. 

    “Ke depannya, HMNS berencana untuk terus mengeksplorasi potensi AI dalam mendukung strategi pemasaran kami. Dengan tetap berfokus pada efisiensi dan inovasi, kami berharap AI akan terus membawa dampak positif bagi perkembangan bisnis HMNS, serta industri parfum di Indonesia secara keseluruhan,” tutur Rizky.

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top