Alasan Produk Kosmetik Tumbuh Pesat , Bisnis kosmetik masih menjadi primadona bagi para pengusaha yang melakukan penjualan secara online di Indonesia. Sepanjang semester I tahun 2024, produk sunscreen mendominasi penjualan kosmetik di lapak online.
Penjualan produk kosmetik telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh inovasi produk, pergeseran preferensi konsumen, dan ekspansi pasar secara global. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi platform paling banyak digunakan dalam mempromosikan produk. Untuk strategi penjualannya, biasanya merek memanfaatkan influencer marketing melalui konten-konten tutorial makeup atau ulasan produk.
Compas.co.id, perusahaan penyedia data e-commerce mengeluarkan hasil penelitian terbaru bertajuk Indonesia Best Selling Brands in E-commerce Market 2024. Laporan tersebut mengulas tren penjualan produk fast moving consumer goods (FMCG). Hasilnya, pada periode 1 Januari sampai 30 Juni 2024 nilai penjualan di Shopee dan Tokopedia mengalami pertumbuhan sebesar 16,4%.
Adapun metode pengumpulan datanya menggunakan metode crawling (e-commerce online monitoring) kepada seluruh toko FMCG yang memiliki rating empat ke atas di platform Shopee, Tokopedia dan Blibli. Data yang dikumpulkan sebanyak 38.185 merek, 9.796.687 product listing dari 693.390 toko official dan non-official.
Tercatat, nilai transaksinya mencapai Rp 36,7 triliun dari periode yang sama sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp 31,5 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kategori perawatan dan kecantikan yang konsisten terus berkembang pada tiga semester terakhir. Pada semester I tahun 2023 nilai penjualan kategori perawatan dan kecantikan berada di angka Rp 12,8 triliun, melonjak pada semester II ke angka Rp 16,7 triliun dan pada semester I tahun 2024 kembali meningkat ke Rp 18,1 triliun. Grafik 1.

Nilai tersebut memposisikan kategori perawatan dan kecantikan sebagai kategori yang paling diminati di FMCG, atau berkontribusi sebesar 51,1% dari nilai penjualan FMCG. Kemudian diikuti oleh kategori makanan dan minuman Rp 8,3 triliun atau 23,4%, kategori kesehatan Rp 5,5 triliun atau 15,5%, serta kategori ibu dan bayi dengan nilai penjualan Rp 3,5 triliun atau 10%.
Paket kecantikan menjadi kategori produk yang memiliki nilai penjualan paling besar di kategori perawatan dan kecantikan. Pada semester I tahun 2024, nilai penjualan paket kecantikan naik ke angka Rp 1,8 triliun atau hampir 10% dari total nilai penjualan di FMCG. Adapun peningkatan nilai penjualannya juga tergolong besar, sebanyak 40,32% dari nilai penjualan sebelumnya Rp 1,3 triliun pada semester II tahun 2023 (yoy). Grafik 2.

Hanindia Narendrata, Co-founder dan Chief Executive Officer (CEO) Compas.co.id menjelaskan, setelah diteliti lebih dalam, dari Rp 1,8 triliun total nilai penjualan paket kecantikan, sebesar Rp 1,5 triliunnya merupakan paket kecantikan jenis brightening, atau mencapai 83,3%. Bisa dikatakan hampir seluruh konsumen yang berbelanja paket kecantikan, memiliki preferensi produk pencerah kulit. Melihat peningkatan nilai penjualan sunscreen dan paket kecantikan jenis pencerah kulit, sepertinya pasar kecantikan di Indonesia memiliki concern untuk menjaga dan mencerahkan warna kulitnya.
“Menurut riset kami, pada semester I tahun 2024 kategori produk sunscreen mengalami pertumbuhan yang paling pesat dibanding yang lainnya. Nilai penjualannya melesat dari Rp 530 miliar pada semester II 2023 ke angka Rp 914 miliar di semester I tahun 2024 atau meningkat sebesar 72,27%,” papar Narendrata.
Menurutnya, peningkatan ini pada awalnya disebabkan oleh ramainya berita Heatwave pada periode September dan Oktober 2023. Kemudian secara bertahap influencer maupun dokter kecantikan mengedukasi pentingnya penggunaan sunscreen, sehingga peningkatan tersebut berlanjut di 2024.
“Ini merupakan bukti bahwa strategi e-commerce yang diterapkan dapat membuahkan hasil,” ujarnya.
baca juga
Bergeliat Sejak 2023
Geliat bisnis kosmetik sebenarnya telah terlihat sejak tahun 2023 yang tercermin dari data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) yang menyebutkan jumlah industri kosmetik mencapai 1.010 perusahaan. Angka tersebut meningkat sebesar 21,9% dibandingkan tahun 2022 yang hanya sebanyak 913 perusahaan.
Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian menuturkan industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor. Secara kumulatif untuk periode Januari hingga November 2023 nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai US$ 770,8 juta. “Dengan komposisi 95% industri kosmetik lokal merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM), industri ini tercatat mampu menyerap tenaga kerja sekitar 59.886 orang pada tahun 2022,” katanya.
Meningkatnya populasi penduduk Indonesia berusia muda dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga penampilan dan kesehatan kulit membuat industri kecantikan nasional juga menjadi semakin berkembang. Salah satunya dengan melahirkan banyak merek kosmetik lokal. Tren penggunaan produk lokal juga menjadi indikasi meningkatnya kualitas produk yang mampu bersaing dengan berbagai merek dari luar negeri.
Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik di Indonesia, segmen pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri (personal care) dengan volume pasar sebesar US$ 3,18 miliar pada tahun 2022, disusul skincare sebesar US$ 2,05 miliar, kosmetik US$ 1,61 miliar, dan wewangian US$ 39 juta.
Potensi market size secara nasional pada tahun 2023 bisa mencapai 467.919 produk atau meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara itu, secara global diperkirakan dapat mencapai US$ 473,21 miliar pada tahun 2028 dengan pertumbuhan rata-rata 5,5% per tahun.
Dewasa ini, pasar kosmetik dan personal care juga digerakkan oleh tren dan kesadaran penggunaan kosmetik berlabel halal, sehingga mendorong munculnya produk dan merek baru yang memadukan bahan-bahan alami sebagai inovasi produk kecantikan. Airlangga menambahkan potensi pasar dalam negeri juga cukup besar dengan meningkatnya jumlah populasi usia produktif sebagai pengguna produk kecantikan.
Tumbuh suburnya produk kosmetik lokal bersertifikasi halal juga dapat terus didorong penetrasinya ke negara yang potensial dengan produk kosmetik halal seperti berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika.
“Saya berharap industri kosmetik di Indonesia untuk semakin berkembang dan berdaya saing di pasar dalam negeri dan mulai membuka pasar ekspor yang lebih luas. Kami juga berharap bisa berperan serta mendukung penguatan blue economy dengan semakin banyak memanfaatkan bahan baku kosmetik dari perairan Indonesia,” tuturnya.