Kemasan menentukan suksesnya pemasaran. Seorang pebisnis kue di Jakarta memperhatikan urusan kemasan ini dengan serius. Jika biasanya kue kering dibungkus kntong plastic atau kertas biasa, di sini kemasannya sangat unik. Buntalan kain-kain cantik adalah kemasan kue kering yang dapat Anda bawa pulang.
Evi Muljo, sang pemilik, sebelum berbisnis kue, sudah lama menggeluti kerajinan tangan. Evi mengetahui dan menguasai teknik serta seni mengemas asal Jepang, Furoshiki. Ia lalu menerapkan keahliannya ini untuk mengemas kue yang ia buat. Bungkusan kue pun tampil cantik menyerupai parcel.
“Dari awalnya, saya coba-coba ikut workshop, dari mulai workshop itu, kita berpikir untuk setiap kita membuat kemasan kok lebih bagus dengan furoshiki, karena selain, karena dengan cara membuntal, itu kayaknya ada seninya sendiri. Terus inovasinya selalu berlainan ya, jadi nggak bosen dengan satu aja. Dan lagi dengan furoshiki, setiap kemasannya itu juga nggak bakalan kita buang. Jadi masih bisa kita pergunakan lagi. Jadi kok kayaknya lebih bagus, jadi ada seperti memberi orang kue, tapi kemasannya jadi bisa untuk souvenir atau bagus ya untuk kado atau apa, itu lebih bisa dipakai semuanya.” Tuturnya saat ditanya tentang alasan memilih furoshiki sebagai strategi pemasarannya.
Furoshiki sudah berkembang di Jepang sejak abad ke tujuh belas. Teknik ini digunakan di tempat pemandian umum, sebagai kain pembuntal pakaian. Gambar yang ada di kain furoshiki bermakna memberi berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya. Di Indonesia, seni furoshiki hanya bisa ditemukan di tempat usaha Evi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.
Ide Evi membungkus kemasan dengan furoshiki memang jeli. Selain unik, juga memberikan nilai tambah bagi pembeli. Sejak menggunakan teknik furoshiki ini, penjualan kue kering, kue basah, dan pudding di sini meningkat tajam. Para pembeli senang dengan model kemasan furoshiki. Apalagi para pembeli dapat menggunakan kembali kain-kain furoshiki sebagai aksesoris fashion. Selama bulan Ramadhan, pesanan kue keringnya meningkat berkali lipat.
“kalau untuk moment seperti lebaran, lebaran atau natal, ada beberapa moment, itu sekitar kira-kira naik enam ratus atau tujuh ratus persen. Saat menjelang lebaran, jadi kita tambahin bros supaya dia bisa pakai untuk scarf atau kerudung. Jadi masih bisa diapakai.” Tambah Evi tentang pesanan yang berlimpah menjelang moment-moment hari besar. Teknik furoshiki membawa berkah tersendiri, karena memanfaatkan nilai ekonomi sebuah kemasan. Tak lagi menggunakan kantong plastic yang tidak ramah lingkungan.
Beragam aneka kue kering dijual oleh toko Janice cookies and cakes milik Evi, dari kastengels, lidah kucing, putri salju, hingga sagu keju. Harganya pun beragam, mulai dari empat puluh lima ribu rupiah utnuk kotak kecil, hingga seratus tiga puluh lima ribu rupiah untuk kotak besar. Pembeli juga cukup menambah tiga puluh ribu rupiah sampai enam puluh lima ribu rupiah bila ingin mengemas kuenya dengan furoshiki. Apabila ingin ditambah dengan aksesoris lain, seperti bros cantik, pelanggan menambah lima belas ribu rupiah hingga jadilah kue dalam kemasan kreatif nan cantik.
BISNIS KUE POT BUNGA
Bisnis kuliner memang tidak ada habisnya. Ada yang gagal, tapi ada juga yang sukses. Salah satunya yang sukses yaitu Novita, pelaku bisnis kue pot bunga. Novita cukup menjalankan usahanya dari rumah di Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat. Meski tidak memiliki gerai usaha, konsumen tetap berdatangan. Ibu dua anak ini memulai usaha tahun 2005, Ia dibantu oleh asistennya untuk membuat kue-kue cantik ini.
Memutar roda bisnis selama hampir Seukms.or.id/lan tahun memang bukan perkara mudah. Namun, Novita mampu mengatasi setiap persoalan yang pernah dihadapinya. Seperti saat kesulitan mencari tenaga kerja.
“Kesulitan yang dihadapi, terutama, adalah mengenai sumber daya manusia. Karena kue ini adalah suatu hal yang memerlukan skill, jadi kita harus punyai keterampilan untuk mengerjakan dan mendekor kue ini. Jadi otomatis harus saya dan asisten saya yang terlatih.” Ungkapnya.
Bagi anda yang ingin memulai usaha kue pot bunga, kali ini Novita berbagi resepnya. Bahan-bahan yang digunakan antara lain, telur, gula, tepung maizena, terigu, pengembang kue, minyak sayur, dan coklat bubuk. Proses membuatnya tak jauh berbeda dengan membuat kue pada umumnya. Pertama, campur semua bahan kecuali coklat dan minyak sayur. Aduk semuanya hingga merata dan adonan mengembang. Proses selanjutnya, masukkan coklat ke dalam adonan, kemudian aduk kembali. Terakhir, tambahkan minyak sayur. Panggang adonan di dalam oven yang bersuhu 180 derajat celcius selama dua puluh lima menit.
Nah, yang paling menghabiskan waktu yaitu ketika menghias kue, seperti kue pot bunga mawar. Lama waktu menghiasnya bisa sampai dua jam. Kue pot bunga kreasi Novita biasa dijual antara tiga ratus ribu rupiah hingga lima ratus ribu rupiah.
Karena tidak memiliki gerai usaha, Novita memilih dan mengandalkan media social untuk memasarkan kue buatannya. Selain dari dalam negeri, pelanggan Novita juga datang dari luar negeri, antara lain dari Malaysia dan Jerman. Dalam sehari, Novita rata-rata menerima pesanan hingga lima kue. Omzet yang diperolehnya dalam sebulan belakangan mencapai sepuluh juta rupiah.
BISNIS KREASI KUE KERING YANG DILUKIS
Ada beberapa cara bermaaf-maafan di hari lebaran. Salah satunya dengan mengirimkan kue lebaran imut seperti gambar ini. Ini bukan kue kering lebaran biasa melainkan bagian dari karya seni, letak seninya ada di lukisan pada bagian atas kue ini. Lukisan pada kue ini dibuat dengan metode Latte Art.
Namanya saja Latte Art, awalnya ini merupakan seni lukis di atas secangkir kopi susu atau Latte. Seni lukis ini ternyata cocok untuk mempercantik kue kering. “Kebetulan coockies lukis ini berkembang di Inggris, jadi kenapa enggak aku captain buat di Indonesia? Saya coba-coba dengan modifikasi kuenya itu, sesuai dengan lidah Indonesia. Alhamdulillah, animo masyarakat tinggi setelah aku pajang di social media. Pesanan juga banyak banget dan mungkin karena unik ya, dan di Indonesia itu masih jarang atau belum ada cookies-cookies lukis itu sendiri.” Cerita Angga, pengusaha yang mencetuskan ide cookies lukis ini.
Berbekal kemampuan otodidak melukis ala Latte Art di atas kue kering, bisnis pemuda 24 tahun ini kini berkembang pesat. “kebetulan karena saya pendtang baru, jadi belum ngulik lukisan yang bagus, lukisan-lukisan yang udah expert kayak gitu. Jadi kita memang Latte Art, karena unik dan menyatu dengan si kue, jadi nggak timbul-timbul gitu lukisannya.” Angga pun berhasil membuat aneka model lukisan di atas sekeping cookies yang manis. Dengan keterampilannya, ia pun membuka usaha cookies lukis bulan Juni lalu.
Cara membuat kuenya atau cookiesnya sama dengan cookies pada umumnya, yang membedakan adalah bahan-bahan tambahannya, seperti biscuit crumble, coklat putih dan cream vanilla. Bahan-bahan inilah yang membuat cookies buatan Angga lebih mantap. Meskipun usaha ini baru berusia dua bulan, namun cookies lukis ini mampu menarik perhatian banyak orang.
Dalam satu bulan pesanan sebanyak empat ratus toples pun di tangan. Meskipun berjiwa pengusaha, Angga tak pelit soal berbagi ilmu. Ia memberikan kesempatan bagi siswi-siswi sekolah menengah kejuruandi sekitar rumahnya membuat cookies lukis. Siswi-siswi ini mendapatkan ilmunya lewat kerja paruh waktu. Selain untuk menambah pengalaman, kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan jiwa kewirausahaan bagi para siswa.
Kue yang sudah jadi, saatnya untuk dilukis. Sebagai tintanya, dipilih icing sugar racikan sendiri yang diberi pewarna makanan. “untuk lukisan, kita menggunakan royal icing. Jadi perpaduan antara gula bubuk sama putih telur, jeruk nipis dan vanilla essence, sehingga itu mudah dibentuk dan diwarnai sesuka hati seperti itu. Jadi gampang diaplikasikan kepada kue, gampang juga diwarnai, dan lebih mudah kering dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain.” Tuturnya tentang rahasia tinta warna yang bisa dilukiskan di atas sekeping kue.
Ternyata membuat Latte Art di atas sekeping cookies tidaklah sesulit yang dibayangkan. Bagi yang mau belajar, tidak ada kesulitan untuk membuat cookies lukis. Ini cocok bagi siapa saja yang ingin mencobanya di rumah.
Dengan kemampuannya, Angga dapat melukis motif beragam, dari bentuk hati hingga bunga. Kue kering buatannya selalu ludes diborong pelanggan. Ada enam ras yang ditawarkan, rasa cherry, strawberry, blueberry vanilla, mocca, vanilla almond, dan rasa susu. Humm…! Semuanya patut dicoba.
“desainnya itu lucu banget. Kan motifnya lucu-lucu, ada yang motif bunga, ada yang motif abstrak, ada yang bibir juga kan, jadi aku nyobain. Kan penasaran, pesan dua, yang satu bacaannya ‘happy birthday mama’ dan yang satu ‘mohon maaf lahir dan batin’.” Cerita Amelia Putri yang memilih cookies lukis untuk diberikan kepada mamanya.
Tak hanya anak muda saja yang yang tertarik membeli. Ibu-ibu pun tak ketinggalan. “Enak banget. Soalnya, disamping kemasannya yang menarik, kemudian rasanya enak. Lalu karena dilukis, di sini kan jarang ya kue-kue yang dilukis, jadi suka, disukai oleh anak-anak, terutama oleh keponakan-keponakan saya yang masih kecil, suka sekali.” Tutur Sri Mulyati, pembeli yang ditemui saat berada di Gerai milik Angga.
Baca juga
Editor’s Choice
350 Daftar Waralaba Dan Franchise Mulai Dari 1 Juta sd 1 Milyar
1000.001 Ide Bisnis UKM Dengan Modal Mulai 100 Ribu
Panduan Bisnis Online Terlengkap
Produk ini sudah dikirim ke kota-kota sperti Bandung dan Yogyakarta. Satu toples kue bisa dibeli dengan harga tiga puluh ribu rupiah. Jika rumah anda jauh dari Karawang, jangan khawatir. Kue-kue ini bisa dipesan secara online. Tapi kalau anda sedang berkunjung ke Karawang, bisa mampir ke tempat pembuatannya di Kota Baru, Cikampek, Karawang, Jawa Barat.
+ There are no comments
Add yours