Crowd Tertarik, Cuan Naik. Salah satu ukuran keberhasilan seasonal marketing yang digelar oleh pemain ritel adalah banyaknya pengunjung atau crowd. Strategi pemasarn ini ibarat memasang gula-gula di sebuah tempat agar menarik semut-semut untuk datang.
Seasonal marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang paling efektif dalam industri ritel. Dengan memanfaatkan momen-momen
khusus sepanjang tahun, seperti liburan, hari raya, atau pergantian musim, peritel dapat meningkatkan penjualan. Cara ini cukup efektif pula dalam membangun keterlibatan pelanggan dan memperkuat citra merek mereka.
Di Indonesia, momentum Idulfitri menjadi waktu di mana peritel menggunakan strategi seasonal marketing untuk meraih pundi-pundi rupiah. Adanya tunjangan hari raya (THR) membuat daya beli masyarakat meningkat. Bahkan, dari hasil survei The Trade Desk mayoritas atau sebanyak 53% masyarakat Indonesia akan membelanjakan seluruh THR daripada dimasukkan dalam tabungannya.
Sebagai bagian dari perjalanan belanja mereka, konsumen akan memulai riset untuk belanja daring mereka sebulan sebelum Ramadan. Menurut data agregat dari lima situs e-commerce terkemuka di Indonesia, aktivitas daring seperti ini diperkirakan akan memuncak pada 7–10 hari sebelum Idulfitri, waktu di mana masyarakat Indonesia umumnya telah menerima THR mereka.
Pada momen ini, sebanyak 88% membelanjakannya untuk hampers sebagai kado hari raya. Kemudian fesyen dan aksesoris menempati urutan kedua prioritas pembelian saat momentum Ramadan dan Idulfitri. (Grafik 1).
Produk dan kampanye yang relevan dengan musim atau peristiwa tertentu dapat menarik perhatian pelanggan. Setelah mereka tertarik dengan kampanye, konsumen bisa didorong untuk melakukan pembelian.
Renny Rantika, Chief Executive Officer (CEO) & Co-Founder Ayam Keprabon Express dalam acara ShopeePay Talk membeberkan kunci sukses memanfaatkan seasonal marketing pada bisnis ritel. Setidaknya ada tiga cara yang bisa dimanfaatkan dalam mengoptimalkan strategi ini. Adapun caranya diawali dengan perencanaan program yang relevan dengan tema, usung brand value yang kuat, dan kolaborasi.
Renny menyebut, pada musim-musim tertentu memiliki karakteristik dan keunikannya sendiri. Hal ini pun berpengaruh terhadap barang-barang yang diburu. Sehingga perencanaan matang dan melihat pergeseran tren menjadi langkah awal yang harus dilakukan.
baca juga
“Dalam pelaksanaan seasonal marketing usahakan untuk tetap fleksibel dan membaca tren konsumen. Bangun seasonal brand image melalui atribut dan gimmick yang dikemas sesuai dengan tema,” kata dia.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan merek adalah konsistensi mengusung brand value agar bisa bersaing. Hal ini karena seasonal marketing pasti dilakukan pula oleh para pesaing sehingga semakin bisa menjadikan pembeda. Sebab, di tengah maraknya program promosi yang dilakukan saat perayaan momen spesial, penting bagi bisnis untuk tetap tampil berbeda agar menarik perhatian konsumen.
Dengan berpegang teguh pada value yang diusung bisnis dapat menonjolkan karakter merek pada program seasonal marketing yang dilakukan. Pendekatan ini bukan hanya memperkuat persona bisnis yang konsisten, namun juga membangun kedekatan emosional serta loyalitas konsumen terhadap bisnis.
Langkah terakhir dalam mengoptimalkan seasonal marketing yaitu dengan melakukan kolaborasi agar promosi bisa semakin memperluas jangkauan konsumen. Kolaborasi dapat menjadi salah satu solusi bagi merek untuk memperluas visibilitas di tengah perayaan momen spesial. Melalui cara ini, pebisnis dapat menjangkau pasar yang lebih luas dengan upaya yang lebih sederhana.
“Menjalin kolaborasi dengan brand atau public figure pada seasonal marketing, dapat membantu brand untuk mengakselerasi bisnis, meningkatkan eksistensi dan membangun loyalitas konsumen,” ujarnya.
Mendongkrak Cuan
Bagi para peritel dipastikan akan mengalami kerugian jika tak menjalankan seasonal marketing. Pasalnya, ini sangat membantu mendorong pertumbuhan bisnis. Saking pentingnya momentum tersebut, peritel bahkan mempersiapkan seasonal marketing berbulan-bulan sebelum hari H.
Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menjelaskan, seasonal marketing khususnya di masa-masa festive menjadi strateg iefektif bagi peritel untuk mendongkrak penjualan dan membangun customer engagement. Apalagi kalau musim tersebut di Indonesia sudah menjadi tradisi dan perayaan bersama seperti musim Ramadan dan Idulfitri.
“Biasanya, di masa-masa itu, terjadi kenaikan signifikan di toko-toko ritel kami. Jadi, sejauh kami amati seasonal marketing khususnya saat Lebaran yang biasanya jatuh bersamaan dengan liburan, kontribusi pendapatan tahunan peritel 40-45% berasal dari masa tersebut,” ujar Roy.
Begitu besarnya kontribusi tersebut, sambung Roy, setiap tahunnya program tersebut dipersiapkan oleh peritel enam sampai delapan bulan sebelumnya. Peritel bersama pemasok dan pabrikan mendesain produk-produk dan aktivasi seperti apa yang akan dijalankan pada musim-musim tersebut. Biasanya, selain mengusung gaya hidup, peritel juga menyuguhkan harga-harga terendah dengan diskon, dari 50-70%.
“Diharapkan dengan program ini, transaksi terbesar justru akan diraih pada masa ini,” katanya.
Roy menambahkan, ada banyak rupa-rupa bentuk konten seasonal marketing yang diterapkan di dalam ritel. Tetapi, pada prinsipnya peritel akan menggiring suatu Unique Selling Point (USP) dan ini biasanya hanya pada saat festive. Bentuknya beragam, bisa berupa diskon atau program gimmick berupa voucher belanja. Ada juga dengan program dengan menggelar penjualan atau membuka toko sampai malam hari.
Alasannya, kemacetan yang terjadi di kota seperti Jakarta membuat orang sering terhambat menuju ritel. Dengan buka sampai malam, pelanggan bisa pulang dan menggandeng keluarga lalu belanja di midnight sale.
Seasonal marketing khususnya saat Lebaran yang biasanya jatuh bersamaan dengan liburan berkontribusi pendapatan pada peritel sebesar 40-45%.
Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).