Eksposur Didapat, Profit Berlipat

Eksposur Didapat, Profit Berlipat. Perencanaan pemasaran yang baik memungkinkan perusahaan atau merek bisa mencapai dua hal sekaligus, yakni pertumbuhan sekaligus profit yang optimal. Ada lima ide untuk mewujudkan marketing growth strategy ini. 

Saat ini merupakan momentum yang tepat bagi pemasar untuk mulai tancap gas mengejar pertumbuhan bisnis setelah sebelumnya cenderung menurunkan tensi lantaran adanya tahun politik. Dalam empat tahun terakhir, memang dunia usaha penuh ketidakpastian lantaran adanya pandemi COVID-19 dan krisis geopolitik dunia. Kesempatan tidak datang dua kali, jika momentum ini tak dioptimalkan maka semakin sulit mengejar ketertinggalan di waktu-waktu mendatang.

Guna mendapatkan pertumbuhan dan profit yang berkelanjutan, setidaknya ada lima model yang bisa dipakai oleh perusahaan untuk mendongkrak atau mengejar pertumbuhan di masa sekarang. Lima model ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing perusahaan, masalah-masalah yang sedang dihadapi, dan solusi-solusi paling cocok yang ditawarkan. Pertama, Optimized Ops.

Model tersebut mengacu pada upaya perusahaan memperbaiki ketidakefisienan dan mengoptimalkan operation yang kurang optimal. Biasanya, perusahaan yang menjalankan model ini sedang mengalami aneka masalah, seperti anggaran yang tidak dikelola dengan baik, banyak aktivitas pemasaran yang tidak tepat sasaran, produktivitas organisasi rendah sehingga output dalam bentuk sales dan revenue tidak maksimal, dan adanya konflik internal yang membatasi ruang gerak organisasi.

Kedua, Focused Amplification. Dalam model ini, perusahaan mengejar pertumbuhan dengan cara memfokuskan diri pada kekhususan atau diferensiasi kunci yang dimilikinya. Perusahaan perlu mengurangi aktivitas dan pasar yang justru mengganggu. Biasanya, perusahaan ini memiliki pasar yang memang sempit (niche), memiliki kecakapan khusus (deep expertise) yang tak dimiliki pemain lain, serta memiliki produk flagship yang diandalkan karena menyumbang pendapatan yang paling besar.

baca juga

    Ketiga, Adjacent Expansion. Dalam model ini, perusahaan melakukan ekspansi ke pasar terdekat. Biasanya, pendekatan ini dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang memang sudah memiliki pasar yang jelas dan berada berdekatan dengan pasar lain yang tinggal sekali lagi mereka raih. Umumnya ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki tiga ciri, yakni memiliki underserved markets (pasarnya belum bisa mereka layani karena keterbatasan jangkauan), memiliki basis pelanggan loyal, dan memiliki value chain yang panjang.

    Keempat, Portfolio Diversification. Perusahaan memasuki ke bisnis-bisnis yang baru. Biasanya, bisnis baru ini tidak ada kaitannya dengan bisnis bisnis yang saat ini digeluti. Oleh karenanya, disebut dengan diversifikasi. Bertaruh pada sektor-sektor yang jauh dengan segmen-segmen perusahaan saat ini. Ada tiga syarat masuk ke pendekatan ini, yakni memiliki operational excellence, memiliki holding secara korporat yang kuat, dan memiliki resources yang kuat.

    Kelima, Agile Hacking. Model ini dipopulerkan oleh perusahaan teknologi. Biasanya, dalam model ini, perusahaan memiliki life-cycle produk yang pendek. Aplikasi senantiasa diperbarui setiap saat agar tetap relevan dengan perubahan selera pasar yang berubahubah. 

    Mereka memiliki produk platform yang fleksibel berbasis aplikasi, yakni face time to market atau harus meluncurkan produk yang cepat dalam waktu yang singkat. Pada model ini, customer experience (EX) innovation penting. Ketika banyak perusahaan non-teknologi berfokus pada fisik, perusahaan digital berfokus pada customer experience di platform digital. Grafik 1.

    Image or Photo Marketeers Max

    Dalam kondisi yang tak biasa, ketika merek harus menghemat biaya sebesar-besarnya baik dari sisi produksi, operasional dan marketing maka strategi yang paling tepat adalah menggunakan cara Optimized Ops. Hal ini pula yang dilakukan oleh Transmedia, perusahaan media raksasa di Indonesia setelah merebaknya pandemi COVID-19. Langkah tersebut antara lain dengan cost leadership dan menggelar safety smart operation.

    Atiek Nur Wahyuni, Chief Executive Officer (CEO) Transmedia menjelaskan, terkait dengan cost leadership langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memeriksa kembali pola tayangan dan menyesuaikan dengan perubahan kebiasaan penonton serta biaya program. “Kami harus memilih biaya program yang lebih murah dari program sebelum pandemi. Kami juga melakukan repackage dan rerun program yang sudah ada
    untuk menurunkan biaya program,” kata Atiek.

    Menurutnya, keputusan tersebut sangat tepat mengingat kebijakan pembatasan sosial berdampak pada produksi program televisi TRANS TV dan TRANS7 yang selama ini in-house production. Demi menjaga operasional dan pertumbuhan, Atiek mengambil strategi dengan menayangkan program yang dinikmati oleh segmen terbesarnya. 

    Transformasi Digital
    Guna memperoleh profit yang optimal dengan cost yang efisien, transformasi digital mau tak mau harus dilakukan. PT Pegadaian (Persero) misalnya, untuk mengejar target profit dengan mempercepat transformasi digital perusahaan selama masa pandemi.

    Digitalisasi ini dilakukan untuk menggenjot pos-pos dan layanan potensial. Salah satu bentuknya adalah aplikasi Pegadaian. Hal ini disampaikan oleh Elvi Rofiqotul Hidayah, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian.

    Meningkatkan produktivitas juga menjadi upaya Pegadian mengejar pertumbuhan. Salah satunya dengan menyasar nasabah pembiayaan. Transformasi yang dilakukan Pegadaian membuahkan hasil pertumbuhan dalam bentuk profit yang menggembirakan.

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top