ukms.or.id – Mempercantik Diri, Melestarikan Bumi , Konsumen perempuan memilih fesyen tidak sekadar agar tampil anggun. Mereka menimbang faktor keberlanjutan. Perempuan tak sekadar peduli pada tubuhnya sendiri, melainkan peduli juga pada bumi. Mereka berorientasi jangka panjang.
industri fashion, khususnya yang menyasar perempuan banyak mitos dan stigma yang beredar. Contohnya, perempuan cenderung lebih suka warna merah muda, perempuan tidak bisa memakai pakaian laki laki, dan sebagainya.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya merek melakukan strategi pemasaran untuk perempuan dengan menyesuaikan mitos dan stigma tersebut. bahkan sampai sekarang Pandemi COVID-19 mengubah seluruh pandangan masyarakat, termasuk perempuan dalam pembelian produk fesyen
Konsumen saat ini sudah mulai mengubah gaya hidupnya. Berdasarkan survel McKinsey & Company mengenal Consumer Sentiment on Sustainability in Fashion, 57% responden telah membuat perubahan signifikan pada gaya hidupnya, yaitu mengurangi penggunaan ataupun pembelian produk yang berdampak negant pada lingkungan. Lalu, sebanyak 67% responden telah memulai untuk hidup dengan bahan-bahan yang dapat di daur ulang, dan 61% responden sudah mulai membeli produk dengan kemasan yang ramah lingkungan
Menurut Evy Christina Setiawan, Marketing Manager UNIQLO Indonesia, saat ini pelanggan lebih bijak dalam memilih produk pakaian yang akan mereka bel. Kesadaran mereka pada s keberlanjutan juga semakin meningkat.
“Konsumen semakin memerhatikan pemilihan bahan yang ramah lingkungan kualitas yang bisa bertahan lama sehingga mengurangi Imbah pakaian. Bahkan, model atau desain yang versatile dan timeless juga semakin mereka perhatikan sebab model tersebut bisa digunakan saat ini, maupun di masa depan,” kata Evy
Oleh sebab itu, merek ini mengusung filosof LifeWaar yang maknanya pakaian diciptakan untuk membuat hidup semua orang lebih baik Pendekatannya tidak hanya menekankan pada kualitas, desain, ataupun harga, namun juga memenuhi definiai pakaian yang bak dari sudut pandang lingkungan, orang, dan masyarakat.
UNIQLO berupaya mengembangkan produk yang tidak hanya sesuai dengan keinginan
pelanggan, namun juga menekankan kepedulian dalam semua prosesnya, mulai dari manufaktur hingga distribusi dan penjualan Melalu berbagai teknologi penggunaan kembali dan daur ulang baru yang digunakan dalam proses pembuatannya, merek ini telah menciptakan berbagai pakaian baru yang lebih sustainable
“Kami memiliki produk pakaian dengan 30% bahan yang digunakan dibuat dari kepingan polyester dan botol plastik yang digunakan kembali dan 100% yang dibuat dari recycled down dan buku. Teknologi daur ulang akan terus kami lanjutkan dan kembangkan, Hal ini sejalan dengan fast retailing dalam target fiskal 2030 dan rencana aksi menuju model bisnis baru yang mencakup aspek keberlanjutan,” papar Evy
Lebih lanjut, marak ini juga mengusung tiga pilar utama sustainability, yakni people, planet, dan society. Dalam pilar People, UNIQLO berkomitmen untuk memberikan ruang bagi semua orang, termasuk perempuan dari berbagai latar belakang, merangkul segala perbedaan, serta menghormati setiap keunikan individu untuk dapat mengembangkan dirinya Kemudian, bersama-sama berkontribusi untuk masyarakat (society) dan menjaga lingkungan (plant) untuk dunia yang lebih baik melalu
pakaian.
“Beberapa implementasi yang kami lakukan dari tiga pilar tersebut, di antaranya program donas REUNIQLO. Kami memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk mendonaskan pakaian dan merek kami yang kayak pakai dan menaruhnya di boks yang tersedia di seluruh toko kami. Nantinya, pakaian tersebut akan disumbangkan kapada yang dibutuhkan, atau didaur ulang menjadi pakaian baru,” tambah Evy
UNIQLO menyadari bahwa masih banyak sekali mitos dan stigma seputar dunia perempuan, seperti perempuan yang mengalami keterbatasan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ataupun hal-hal yang mereka sukat Memahami hal tersebut, merek ini berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk pelanggan perempuan melalui pakatan. Pada momen tertentu, merek in mengampanyekan berbagai bu, seperti bagaimana perempuan bisa mencintai dirinya sendiri menerima din apa adanya, hingga mendorong mereka untuk lebih percaya diri
“Contohnya, saat international Women’s Day kami mengangkat pesan sebagai salah satu bentuk dukungan kami bagi semua perempuan Indonesia untuk lebih mencintai dirinya dan memberikan yang terbaik untuk dirinya. Hal ini kami lakukan melalui koleks innerwear yang dapat mendukung perkambangan tubuh di setiap fase kehidupan mereka. Kami harap pesan ini dapat memberikan inspirasi bagi perempuan untuk lebih mengenal apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya, dari sisi kesehatan maupun rasa percaya dirt,” jelas Evy.
baca juga
- Thinwall Elenor Kemasan Makanan Modern
- Pelayanan Dan Reputasi Raja SEO di Jakarta
- Daftar Jasa SEO Jakarta
- Frozen Food Bisnis Rumahan Modal Kecil Via Dunia Online
- 17 Teknik Closing Siap Meledakan Omzet anda
Melalui Ambassador
Mitos dan stigma seputar perempuan yang memiliki keterbatasan untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai, terutama dalam bidang yang biasanya dilakukan oleh laki-laki juga turut didobrak oleh EIGER. Banyak mitos dan stigma yang menganggap EIGER, sebaga merek untuk perlengkapan kagiatan luar ruang hama untuk laki-laki saja. Sebab, produk-produk yang dihadirkan adalah seputar perlengkapan untuk mendaki gunung dan kegiatan luar ruang lainnya inilah yang kemudian ingin didobrak oleh merek tersebut.
EIGER mamiki tiga subbrand, yaitu mountaineering, riding, dan 1989 mem women series untuk ketiga subband tersebut. Bahkan, produk tersebut sudah ada sejak lama, walaupun baru dimaksimalkan pada tahun 2022 “Saat ini, sekitar 40% pembelian dari konsumen perempuan. Angka ini cukup banyak, mengingat mitos dan stigma yang beredar tersebut,” kata Natya Sabha, Eiger Adventure Women Series Project Leader.
Merek ini juga melihat stigma bahwa “anak motor” dan penyuka kagiatan luar ruang tu hanya itu laki-laki. Oleh sebab itu, EIGER berupaya untuk mendobrak stigma tersebut dengan mengeluarkan produk yang lebih masi lagi untuk women series. Merakini mengedepankan prinsip inklusivitas dengan menekankan bahwa perempuan juga bisa melakukan aktivitas luar ruang, seperti mendaki gunung atau mengendarai motor, terutama motor besar
“Konsep inklusivitas yang kami usung ini untuk mendobrak bahwa semua perempuan bisa menjadi penghobi motor, mandaki gunung. dan melakukan aktivitas luar ruang lainnya yang mereka inginkan. Sesuai dengan viskami. yaitu empower women to believe that she can Mereka bisa diajak dan melakukan hal-hal tersebut,” kata Natya
Untuk mendobrak mitos dan stigma tersebut, BICER turut menghadirkan ambassador
perempuan inspiratif yang jumlahnya cukup banyak. Selain itu, merek ini juga seringkali menghadirkan aktivasi yang menghadirkan ambassador ataupun narasumber perempuan yang akan berbagi cert
“Banyak sekali aktivasi yang kami hadirkan untuk aktualisasi diri. Kami undang orang-orang hebat, termasuk ambassador kami yang akan berbagi certa, salah satunya saat perempuan merasa impian mereka terhambat di tengah jalan. Kami juga memiliki sarana, komunitas, dan pertemanan antarperempuan,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, untuk mendobrak mitos sebagai merek laki-laki yang sudah melekat pads EIGER, merek ini juga memiliki strategi khusus untuk menggarap pasar perempuan Apabila produk untuk laki-laki ditonjolkan sisi tough atau strong perempuan tentu berbeda. Merek ini ingin menunjukkan bahwa produk pakaian EIGER untuk women series saat dipakai tidak terlihat seperti produk laki-laki. Misalnya,
kemeja dengan desain pinggang lebih ramping
“Kami tatap mengikuti ciri khas EIGER, yaitu outdoor experience dengan menghadirkan produk yang diperuntukkan untuk kegiatan luar ruang tersebut. Namun begitu, produk women series kami tetap memiliki sisi cantiknya. Ada ciri khusus, selain ukuran, pemilihan warna yang memang bertujuan untuk menunjukkan bahwa ini produk khusus untuk perempuan. Walaupun begitu, kami juga ada beberapa produk yang unisex” tambah Nataya.
Di sisi lain, banyak juga mitos yang beredar bahwa perempuan menyukai warna merah muda. Namun, EIGER beranggapan bahwa wama bukanlah patokan saat menghadirkan produk untuk women series. Memang, merek ini juga memiliki produk yang berwarna merah muda, namun hanya sebagai pilihan warna saja
“EIGER merupakan produk untuk kagiatan luar ruang. Jadi, tidak malulu tentang wama Oleh sebab itu, pendekatan ke pelanggan perempuan yang dilakukan kami lakukan tidak difokuskan pada wama, namun pada bentuk dari produk tersebut, kenyamanannya, dan manfaatnya. Wama sekadar melengkapi saja.” pungkaanya.