Myth 3: Online Kills Offline

Myth 3: Online Kills Offline Kanal Fisik Tidak Mati , Tren online sering dikhawatirkan akan mematikan kanal offline. Kenyataannya, keduanya sangat dibutuhkan mengingat customer journey yang melintasi keduanya.

Kemajuan teknologi digital diduga menyebabkan lenyapnya keberadaan bisnis fisik secara keseluruhan, dengan popularitas media sosial dan toko online yang meroket dalam beberapa tahun terakhir.

Di balik kekhawatiran tersebut, fakta menarik menunjukkan bahwa keberadaan bisnis fisik tetap relevan. Banyak merek atau perusahaan rintisan yang hanya mengandalkan keberadaan online sering kali gagal. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun peran online cukup signifikan, keberadaan offline tetap relevan.

Sensasi menyentuh dan melihat produk secara langsung memiliki nilai tak tergantikan, terutama dalam pembelian pakaian dan keperluan rumah tangga.

Interaksi sosial dan pengalaman belanja langsung juga memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Banyak orang menikmati pergi ke pusat perbelanjaan atau toko dengan teman atau keluarga sebagai kegiatan sosial. Interaksi langsung dengan penjual atau staf toko juga dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen yang mencari saran atau informasi tambahan tentang produk yang mereka minati.

Kekuatan offline ini masih nampak seperti yang diperlihatkan dalam survei yang dilakukan oleh Shopify dan Forrester Consulting. Survei menemukan 32% perusahaan berencana untuk memulai penggunaan toko pop-up dan pengalaman langsung pada tahun 2022, dan 31% mengindikasikan mereka berniat untuk meningkatkan jejak ritel fisik mereka. (Grafik 1).

Image or Photo Marketeers Max

Lalu, 82% dari perusahaan yakin bahwa toko fisik akan terus memainkan peran penting dalam ekspansi perdagangan di masa depan. Merek memahami peran interaksi sosial yang menyertai pengalaman berbelanja langsung.

Survei ini juga menyebut bahwa 35% konsumen sekarang memilih untuk berbelanja di toko langsung karena mereka benar-benar menikmati pengalaman keseluruhan yang diberikan. Selain itu, 24% konsumen lebih memilih berinteraksi dengan produk secara fisik sebelum melakukan pembelian.

baca juga

    Offline Masih Berperan

    Salah satu contoh sukses yang memperkuat fakta pengalaman offline masih menjadi andalan adalah Kota Kasablanka, pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jakarta. Mereka tidak sepenuhnya meyakini bahwa online akan menggantikan pengalaman offline. Sebaliknya, mereka percaya keberadaan offline dapat memperkuat kehadiran online. Banyak merek atau platform online yang awalnya hanya berfokus pada pasar digital, akhirnya merasakan perlunya memperluas keberadaan mereka ke ranah offline untuk memperkuat merek.

    “Sociolla dan Buttonscarves yang awalnya terkenal di ranah online, akhirnya membuka toko offline di Kota Kasablanka untuk memperkuat kehadiran merek. Ini menunjukkan bahwa pengalaman fisik tetap penting bagi konsumen, di mana mereka dapat melihat, merasakan, dan mencoba langsung produk yang mereka inginkan,” jelas Agung Gunawan, Senior Promotion Manager Kota Kasablanka.

    Meskipun begitu, Kota Kasablanka juga mempraktikkan strategi omnichannel dengan menghadirkan program loyalitas berbasis aplikasi yang menyediakan berbagai keuntungan bagi pelanggan yang sering berbelanja di mal-mal yang tergabung dalam Pakuwon Group, termasuk Kota Kasablanka.

    “Aplikasi ini tidak hanya memberikan informasi mengenai diskon dan penawaran khusus, tetapi juga memudahkan akses terhadap berbagai fasilitas dan layanan di dalam mal,” tambah Agung.

    Saling Melengkapi

    Di sisi lain, Klinik Estetika dr. Affandi memilih pendekatan yang mengintegrasikan online dan offline. Klinik ini melihat perkembangan teknologi dan belanja online sebagai peluang untuk terus berinovasi dan memperluas pasar online. Mereka melihat tren ini sebagai indikator positif bahwa masyarakat semakin terbuka terhadap transaksi online.

    Untuk meningkatkan pengalaman online, Estetika dr. Affandi melakukan berbagai inovasi digital, seperti cloud system dan menghadirkan aplikasi mobile, untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pasien dalam berinteraksi dengan layanan mereka.

    “Dalam aplikasi tersebut, kami menawarkan berbagai metode konsultasi online dan memberikan poin reward untuk setiap transaksi, yang dapat digunakan untuk mendapatkan produk atau treatment di klinik fisik,” jelas dr. Hengky N Affandi, CEO Estetika dr. Affandi.

    Meskipun demikian, layanan offline juga tetap ditingkatkan Estetika dr. Affandi. Klinik ini juga seringkali melakukan promosi langsung di klinik untuk menarik pasien yang lebih suka bertransaksi secara langsung. Penambahan cabang klinik di berbagai kota besar juga menjadi strategi untuk memperluas kehadiran fisik.

    “Keseimbangan antara kedua kanal tersebut menjadi kunci dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat terkait kesehatan kulit. Dengan terus berinovasi dan mengadopsi pendekatan omnichannel, Klinik Estetika dr. Affandi terus berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik kepada setiap pasien, baik secara online maupun offline,” tutur dr. Hengky.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara online dan offline bukanlah tentang saling menggantikan, tetapi saling melengkapi. Keberadaan kedua channel tersebut menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.

    Keseimbangan antara kedua kanal tersebut menjadi kunci dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

    dr. Hengky N Affandi– CEO Estetika dr. Affandi

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top