Obat Herbal Makin Mendunia , Industri obat bahan alam (OBA) dari Indonesia kian mendunia setelah UNESCO menetapkan jamu sebagai warisan budaya.
Indonesia diberkahi dengan kekayaan alam yang begitu melimpah, termasuk di dalamnya tumbuh-tumbuhan. Ragam tumbuhan yang ada di seluruh penjuru dapat dimanfaatkan sebagai ramuan yang berkhasiat terhadap kesehatan. Bahkan, dalam sejarahnya kekayaan tanaman berupa rempah-rempah menjadi alasan bangsa Eropa menjajah Indonesia selama ratusan tahun.
Di dunia internasional, masyarakat Indonesia dikenal piawai dalam meramu obat-obatan berbahan alam. Ramuan ini dikenal dengan khasiatnya yang efektif menyembuhkan penyakit tanpa meninggalkan efek samping pada kesehatan. Seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya permintaan, OBA dikembangkan menjadi industri yang masif dan mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan pada kuartal IV tahun 2023 industri OBA mengalami nilai ekspor sebesar 8,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Bahkan, kinerja positif bisnis OBA tercermin pula dari data Prompt Manufacturing Index-Bank Indonesia (PMI-BI). Pada periode tersebut PMI-BI berada di angka 52,50 atau berada pada fase ekspansi.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menjelaskan, dengan raihan tersebut industri kimia, farmasi dan obat tradisional masih menjadi penyumbang devisa yang cukup besar. Sehingga konsistensinya perlu ditingkatkan lagi. Terlebih lagi, secara bahan baku di Indonesia sangat melimpah.
“Industri OBA atau obat tradisional memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan, apalagi Indonesia sanzgat kaya akan keragaman hayati sumber daya alamnya, termasuk di antaranya tanaman obat,” kata Agus.
Di Indonesia, kemandirian bahan baku obat berbasis bahan alam telah menjadi amanat dari beberapa peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Regulasi ini di antaranya tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Nasional, Rencana Induk Riset Nasional, dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan yang menempatkan pengembangan obat berbasis bahan alam sebagai salah satu pilar untuk penguatan industri farmasi.
Agus menyebut, industri farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sehingga menjadi andalan dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan penetapan pembangunan industri prioritas, industri produk herbal atau natural maupun sediaan herbal menjadi prioritas pembangunan tahun 2020-2035.
Sasaran tersebut juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang mengangkat isu strategis, yaitu peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pengembangan hilirisasi industri pertanian dan kehutanan. Fokus peningkatan nilai tambah ini dilakukan melalui pengolahan turunan komoditas utama. Misalnya, tanaman obat dan rempah-rempah, pengembangan indikasi geografis tanaman jamu atau obat, serta standarisasi proses dan produk obat bahan alam.
baca juga
“Pasar obat bahan alam dunia pada tahun 2023 mencapai US$ 200,95 miliar dan diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karenanya, pengembangan industri obat bahan alam perlu terus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global,” ujarnya.
Hingga saat ini, terdapat beberapa komponen perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, yaitu Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), dan Industri Obat Tradisional (IOT). Semuanya telah menghasilkan 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandar dan 22 jenis fitofarmaka.
“Kementerian Perindustrian terus mendorong dan melakukan pembinaan agar industri kecil dapat naik kelas sehingga produksi obat bahan alam dapat ditingkatkan terutama fitofarmaka yang berpotensi besar untuk menjadi substitusi bahan baku obat impor dalam menuju kemandirian bahan baku obat nasional,” kata Agus.
Peran House of Wellness
Agus menambahkan, House of Wellness merupakan inisiasi Kemenperin dalam membangun fasilitas produksi obat bahan alam di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJIKFK) Jakarta. Upaya ini juga sebagai peran aktif pemerintah dalam mendukung kebijakan kemandirian obat bahan alam. Melalui program ini, diharapkan dapat dicapai proses dan bahan baku yang terstandar.
“Sehingga akan mendorong ketahanan kesehatan melalui kemandirian obat nasional, di mana masyarakat dapat memperoleh obat dengan mudah (accessible), terjangkau (affordable), tersedia di manapun dibutuhkan (available), dan berkesinambungan (sustainable),” katanya.
Program pembangunan dan pengembangan fasilitas ini juga sinergis dengan posisi Kemenperin dalam Satuan Tugas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka yang berada dalam gugus kerja Bidang Produksi. Hasil akhirnya berupa kemandirian obat nasional melalui penumbuhan industri baru, peningkatan industri kecil agar naik kelas, dan pengembangan produk-produk baru serta menjadi pusat kolaborasi seluruh stakeholder dan industri obat bahan alam.
Agus menyebut, House of Wellness telah dilengkapi dengan peralatan dan sarana pendukung yang lengkap untuk proses pengolahan obat. Gedung yang terdiri dari empat lantai ini telah dilengkapi dengan peralatan pendukung dalam proses pengolahan obat berupa pengolahan simplisia atau obat segar dan kering yang ditunjang dengan peralatan lengkap untuk proses yang dijalankan. Adapun proses tersebut meliputi sortasi, pencucian, penirisan, perajangan, dan pengeringan.
Selain itu, fasilitas ini dapat menunjang proses ekstraksi, evaporasi, formulasi bahkan sampai dengan pengemasan produk. “Fasilitas produksi telah diinstalasi dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan mesin-mesin yang digunakan telah disesuaikan dengan mesin-mesin yang juga digunakan pada industri-industri obat bahan alam,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) Dwi Ranny Pertiwi Zarman menyambut baik upaya yang dilakukan pemerintah. Sebab, fasilitas ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku industri obat bahan alam di dalam negeri sehingga dapat mendorong penguatan ketahanan industri obat Indonesia yang tangguh dan berdaya saing.
Ranny bilang pembangunan House of Wellness merupakan langkah yang tepat setelah adanya pengakuan dari dunia internasional untuk produk jamu Indonesia. Diharapkan fasilitas ini dapat dipergunakan oleh industri jamu di Indonesia agar dapat mendunia dengan produk-produk unggulannya.
“GP Jamu akan selalu men-support fasilitas ini untuk kedepannya, kepada anggota GP Jamu diharapkan dapat memanfaatkan sebesar-besarnya fasilitas ini,” ujarnya.
