Semakin Mendesak Seiring perkembangan teknologi dan digitalisasi, kebutuhan akan governance yang baik, pengelolaan risiko yang efektif, serta kepatuhan terhadap regulasi semakin mendesak.
Perusahaan di berbagai sektor industri menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan teknologi guna mendukung implementasi Governance, Risk Management, and Compliance (GRC). Meskipun kesadaran akan pentingnya GRC meningkat, masih banyak entitas yang mengalami kesulitan dalam mengatasi tantangan-tantangan ini.
Dalam upaya memahami lebih dalam kondisi implementasi GRC di Indonesia, Veda Praxis sebagai konsultan implementor GRC bekerja sama dengan Pusat Studi Inovasi Digital/Center for Digital Innovation Studies (DIGITS) Universitas Padjadjaran meluncurkan sebuah riset bertajuk “Studi Kesenjangan & Kebutuhan Strategis Implementasi GRC: Analisis Persepsi & Realita Implementasi GRC Lintas Industri”.
Hasil riset ini menyoroti kondisi terkini, tantangan, serta kebutuhan industri dalam menerapkan GRC secara efektif. Riset ini juga membandingkan persepsi dan realitas yang terjadi di lapangan, khususnya di era transformasi digital.
Hamzah Ritchi, selaku Direktur DIGITS Unpad dan pimpinan tim riset, mengungkapkan bahwa riset ini merupakan riset yang relatif pertama, mengambil perspektif dan juga memotret kondisi GRC khusus untuk lanskap bisnis Indonesia. Menurutnya, meskipun kesadaran akan pentingnya GRC semakin meningkat, banyak perusahaan masih berjuang dengan implementasi teknisnya.
“Meningkatnya regulasi dan kompleksitas bisnis di era digital menuntut perusahaan untuk memiliki GRC yang tangguh. Namun, belum semua perusahaan mampu memenuhi regulasi yang terus berkembang, sehingga terjadi kesenjangan antara persepsi dan realita di lapangan,” ungkap Hamzah.
Berdasarkan riset ini, mayoritas responden mengakui bahwa GRC menjadi prioritas penting bagi perusahaan. Namun, dalam hal implementasi, masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya berhasil mengintegrasikan GRC ke dalam strategi bisnis mereka. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan besar yang dihadapi oleh industri dalam menghadapi regulasi baru dan risiko operasional yang muncul seiring kemajuan teknologi.
baca juga
Sebanyak 97% menyatakan bahwa penerapan GRC merupakan prioritas bagi entitas mereka. Ini menandakan adanya kesadaran yang tinggi di kalangan manajemen akan pentingnya GRC untuk kelangsungan bisnis, terutama di tengah perubahan dan risiko yang berkembang pesat.
Lalu, 87% menyatakan telah menerapkan GRC secara efektif di perusahaan mereka. Namun, masih ada perbedaan signifikan antara industri dalam hal seberapa jauh implementasi tersebut berjalan dengan baik.
Industri yang lebih teratur, seperti keuangan dan sektor publik menunjukkan tingkat implementasi GRC yang lebih maju dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini dipicu oleh dorongan regulasi yang kuat, seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) di sektor keuangan dan panduan tata kelola pemerintah di sektor publik. Peraturan ini memberikan kerangka kerja yang jelas, sehingga perusahaan lebih mudah merencanakan dan melaksanakan GRC secara terstruktur.
Di sisi lain, sektor seperti manufaktur, ritel dan jasa menghadapi lebih banyak tantangan dalam implementasi GRC. Sektor-sektor ini cenderung kurang diatur dibandingkan dengan sektor keuangan atau publik, sehingga mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mendesain dan melaksanakan GRC yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Meskipun banyak perusahaan telah mulai mengadopsi GRC, tantangan terbesar yang dihadapi adalah perbedaan persepsi antara Top Management dan Middle Management terhadap GRC. Ini ditekankan oleh Syahraki Syahrir, CEO & Partner Veda Praxis yang menyatakan bahwa tidak semuanya tentang proses dan teknologi. “Tantangan terbesar GRC adalah manusianya dan culture,” katanya.

Hasil riset menunjukkan bahwa 41% Top Management dan 33% Middle Management masih menganggap GRC sebagai beban biaya daripada investasi strategis. Salah satu alasan mengapa GRC dipandang sebagai beban biaya adalah karena implementasinya memerlukan investasi awal yang besar. Pembelian perangkat lunak, pelatihan karyawan, hingga konsultan eksternal semuanya membutuhkan biaya signifikan. Hal ini sering kali dianggap sebagai beban, terutama bagi perusahaan yang belum sepenuhnya merasakan manfaat jangka panjang dari GRC.
Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa manfaat dari penerapan GRC lebih bersifat jangka panjang dan strategis. GRC yang efektif dapat mengurangi risiko operasional, meningkatkan kepatuhan, serta menjaga stabilitas perusahaan di tengah tantangan pasar. Namun, manfaat ini tidak selalu terlihat langsung dalam bentuk keuntungan finansial atau peningkatan pendapatan, sehingga manajemen cenderung sulit mengubah persepsi bahwa GRC adalah investasi penting.
Digitalisasi memberikan peluang besar untuk meningkatkan efektivitas penerapan GRC. Namun, riset ini menemukan bahwa pemanfaatan teknologi dalam GRC masih menghadapi beberapa tantangan. Di mana 96% menyatakan bahwa mereka telah menggunakan teknologi dalam sistem GRC, namun kekhawatiran mengenai munculnya kelemahan baru akibat digitalisasi masih tinggi.
Risiko Teknologi
Meski teknologi mampu meningkatkan kualitas data dan memungkinkan perusahaan fokus pada aspek strategis, sekitar 85% responden menyatakan kekhawatirannya bahwa ketergantungan pada teknologi justru dapat meningkatkan risiko. Misalnya, serangan siber dan kerentanan sistem teknologi menjadi ancaman baru yang harus dihadapi oleh perusahaan di era digital ini.

Namun, 51% responden setuju bahwa pemanfaatan teknologi dalam penerapan GRC dapat membantu pelaku bisnis untuk fokus pada aspek yang lebih strategis, sementara 48% responden percaya bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas data yang digunakan dalam proses manajemen risiko.
Dari hasil survei, tampak bahwa meskipun kesadaran akan pentingnya GRC tinggi, terdapat kesenjangan dalam hal implementasi. Tidak semua perusahaan merencanakan dan melaksanakan GRC secara efektif, terutama dalam hal mengintegrasikan teknologi dan menyesuaikan dengan regulasi yang terus berkembang.
Pada sektor seperti keuangan dan sektor publik, implementasi GRC lebih maju karena adanya regulasi ketat yang mewajibkan perusahaan untuk mematuhi standar tertentu. Namun, sektor lain seperti telekomunikasi, ritel dan manufaktur masih perlu dorongan lebih lanjut untuk memperkuat implementasi GRC.
Penting bagi perusahaan untuk melihat GRC bukan hanya sebagai beban biaya, tetapi sebagai investasi strategis yang dapat memperkuat ketahanan bisnis di masa depan. Di era transformasi digital ini, pemanfaatan teknologi yang tepat akan menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan penerapan GRC yang efektif, adaptif, dan tangguh terhadap risiko yang terus berkembang.
GRC yang baik adalah kunci keberhasilan jangka panjang dengan beberapa faktor pendukung seperti transparansi dan keterbukaan, kepatuhan hukum dan regulasi, budaya etika dan integritas, dan lainnya.
“Kami harap, data dan informasi yang dihasilkan oleh riset kolaborasi ini dapat menjadi masukan berharga bagi para pelaku industri untuk menerjemahkan awareness yang sudah kuat menjadi implementasi GRC yang efektif untuk mendukung pertumbuhan industri secara berkelanjutan,” tutur Syahraki.