UKM Sambal Tuna Di Papua

ukms.or.id/ – Bisnis UKM merupakan salah satu tonggak perekonomian bagi Indonesia.

Potensi penyerapan tenaga kerja menjadi alasan mendirikan UKM menjadi pilihan milenial untuk berkontribusi dalam ekonomi nasional.

Salah satunya adalah UKM yang dinisiasi oleh seorang pemuda yang berasal dari provinsi paling timur di Indonesia, Papua.

Muhammad Yamin Rachman, pemuda milenial berusia 33 tahun ini mendirikan UKM yang diberi nama Sambal Baba berkat kecintaannya kepada dunia kuliner.

Sambal BaBa sendiri merupakan produk berupa sambal yang diracik bersama dengan ikan tuna yang dibotolkan.

Menurut Rachman, ikan tuna merupakan simbol kekayaan hayati dari tanah Papua yang masih memiliki potensi besar.

Tantangan Berbisnis

Muhammad Yamin menyadari betul bahwa mendirikan UKM berbasis kuliner cukup menantang.

Ketatnya persaingan hingga tantangan mengefisiensikan harga bahan baku menjadi kendala baginya.

Soal persaingan ia mengakui bahwa sambal merupakan makanan yang sudah sangat populer di kalangan orang Indonesia.

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menciptakan sambal yang benar-benar unik namun dapat diterima oleh lidah orang Indonesia.

Selain menciptakan produk yang unik, strategi promosi yang unik menciptakan situasi yang tidak mudah mengingat mayoritas orang Indonesia sudah melek dengan media sosial.

Untuk mengantisipasi hal ini, langkah Yamin terbilang cukup berani yaitu dengan mengeluarkan banyak varian produk.

Saat ini, Yamin telah mengeluarkan lebih dari 9 varian rasa dengan 5 tingkat kepedasan yang berbeda-beda.

Muhammad Yamin berhasil kembangkan UKM Sambal Tuna di Papua Sembari Hidupkan Industri Lokal

Tak lupa ia juga terus melakukan inovasi untuk produknya dengan menelurkan produk rendang tuna hingga abon tuna asar.

Alasan ia berani mengeluarkan produk ini adalah karena baik rendang maupun abon sangat cocok untuk dipadukan dengan tradisi makan ala Papua

Selain beras sebagai makanan pokok, masyarakat Papua juga biasa memanfaatkan singkong sebagai pengganti beras.

Sementara itu tantangan berupa harga bahan baku yang fluktuatif cenderung sulit untuk diakali.

Ketiadaan industri bahan baku penolong seperti plastik di Papua memaksa Yamin untuk mencari bahan baku tersebut hingga ke Pulau Jawa hingga Sumatera.

Namun beban tersebut dapat diredam sedikit demi sedikit salah satunya berkat perhatian bank pembangunan setempat.

Kantor Perwakilan Papua Bank Indonesia mengatakan bahwa mereka telah berkomitmen untuk mendukung usaha Sambal Baba dalam bidang pemasaran dan produksi.

Wirausaha Muda Mandiri

Kreativitas dan kegigihan Yamin dalam menjalankan bisnis sambal Baba ini mengantarnya mendapat penghargaan Wirausaha Muda Mandiri.

Acara yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri sejak tahun 2007 ini ditujukan untuk menjaring pengusaha-pengusaha muda yang memberi dampak bagi masyarakat sekitar.

Muhammad Yamin dan keempat pengusaha muda lain mendapat kehormatan menjadi pemenang event bergengsi ini untuk kategori yang mereka geluti.

Ia sendiri mengaku sangat bangga memenangkan penghargaan ini mengingat seleksi pemenang yang amat ketat dengan melibatkan juri-juri ternama.

Tidak hanya mendapatkan penghargaan sebagai pemenang, Bank Mandiri juga berjanji akan melakukan peukms.or.id/ngan hingga menyediakan fasilitas peukms.or.id/ayaan bagi para pemenang.

baca juga category artikel

Menghidupkan Industri Ikan Tuna lokal

Menjalani bisnis UKM kuliner artinya Yamin harus banyak menjalin relasi dengan produsen bahan baku segar.

Untuk melancarkan usaha sambal tunanya, ia memang banyak mengajak kerjasama para nelayan lokal sebagai pemasok bahan baku sambalnya tersebut.

Rachman pun mengaku beruntung bahwa pasokan tuna lokal memiliki kualitas yang tinggi.

Meskipun begitu di awal-awal merintis, Yamin sempat mendapat penolakan dari pada kelompok nelayan setempat dengan alasan tidak adanya kecocokan harga.

Namun berkat kesungguhannya meyakinkan kelompok nelayan, mereka akhirnya tergerak untuk ikut dalam proyek milik Rachman tersebut.

Yamin juga menyimpan harapan bahwa pemerintah juga turut mencari solusi untuk memaksimalkan potensi perikanan yang ada di Papua

Faktanya potensi perikanan yang ada belum tergarap seutuhnya oleh pihak industri.

Menurut manajer pengembangan ekonomi masyarakat PT Freeport Yohanes Bewahan, daerah-daerah penghasil perikanan terbaik di Papua seperti Mimika masih belum tergarap maksimal.

Untuk itu ia berharap bahwa pemerintah menjalankan program bantuan teknis kepada para nelayan.

Secara spesifik Yohanes mengungkapkan bahwa kebutuhan-kebutuhan para nelayan meliputi pengolahan industri hilir, bantuan reparasi dan pembuatan kapal, hingga alat tangkap.

baca juga

    Tidak cukup di bantuan teknis saja, pemerintah juga diminta tanggap terhadap realita bahwa nelayan juga masih kesulitan melakukan pengolahan ikan hasil tangkapan mereka

    Saat ini pemerintah melalui kementerian Perikanan dan Kelautan sudah menanggapi permasalahan ini, diantaranya dengan mengadakan Focus Group Discussion untuk mencari solusi.

    Dilansir dari antara, ada empat permasalahan utama yang menghambat industri perikanan termasuk Tuna menurut pemerintah.

    Kurangnya kesempatan, rendahnya keterampilan, kekurangan jaminan, hingga hak-hak sosial yang masih terbatas menjadi empat masalah yang harus segera diselesaikan.

    Kembali menurut Yamin, nelayan Papua harus diberikan rasa percaya diri bahwa mereka bisa mendapatkan imbal yang sesuai dengan jerih payah mereka.

    baca juga

    Cita-Cita Ke Depannya

    Ke depannya, Muhammad Yamin berharap agar bisnis Sambal Baba rintisannya tidak hanya diterima di pasar domestik, namun juga pasar internasional

    Dengan membawa ikan tuna khas Papua sebagai ciri khas dari kuliner ini, Muhammad Yamin berkeinginan untuk membawa nama Papua tersohor.

    Untuk perkembangan bisnis, Yamin juga menargetkan tidak hanya memasarkan produknya kepada kanal konsumen saja namun juga dapat memasok kepada pengusaha kuliner lain.

    Untuk Saat ini, Yamin sudah cukup puas dapat memasok sambal tuna kepada klien perbankan hingga kementerian agama.

    Untuk menciptakan dampak ekonomi yang lebih besar, Muhammad Yamin juga berencana membuka lahan produksi dalam skala besar untuk bahan baku seperti cabai dan lahan.

    Rencanannya tersebut semata-mata untuk membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda di sekitar daerahnya.