ukms.or.id – Kisah Sukses Waralaba Asing dan Dalam Negri , “Berbagi keuntungan” itulah prinsip utama dari sistem bisnis waralaba . Waralaba berasal dari kata “wara” yang artinya “lebih” dan “laba” yang artinya “untung”. Jadi dalam model bisnis waralaba, para pemilik usaha yang sudah teruji dan terbukti mampu meraih keuntungan berkenan membagi keuntungannya kepada para mitra usaha yang mau diajak bekerja sama membangun jaringan bisnis waralaba.
Para pengusaha yang masih berpikiran konvensional biasanya kurang tertarik membangun jaringan bisnis waralaba. Mereka lebih senang berekspansi dengan cara membangun cabang usaha mandiri agar dapat mengambil semua keuntungan usaha. Cara ekspansi kuno semacam ini, meskipun bisa menguasai semua keuntungan usaha, namun memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan cara waralaba.
Fakta menunjukkan perusahaan asing, terutama dari Amerika Serikat (A.S.), yang sukses berekspansi ke seluruh dunia dalam waktu singkat berkat inovasi bisnis waralaba. Perusahaan waralaba kuliner dari A.S. saat ini banyak mendominasi wajah bisnis di tingkat global dan mampu hadir hampir di seluruh negara di dunia. Masyarakat dunia sudah tak asing lagi dengan waralaba kuliner dari A.S. seperti McDonald’s, KFC, Pizza Hut, Starbucks , Dunkin Donuts, dan lain-lain.
Bisnis waralaba makanan cepat saji di Amerika Serikat pada umumnya didirikan oleh para pengusaha yang gigih dan suka bekerja keras serta memiliki naluri bisnis yang tajam. Para pelopor waralaba tersebut kebanyakan tidak pernah mengecap bangku kuliah. Mereka banyak belajar secara mandiri dari praktik nyata di lapangan. Puluhan tahun mereka membangun bisnisnya dari mulai level terbawah sebagai tenaga penjualan hingga akhirnya mampu mendirikan perusahaan sendiri. Berkat kreativitas dan semangat pantang menyerah, mereka kemudian melakukan ekspansi usaha dengan cara membangun… jaringan waralaba (franchise). Berikut disajikan beberapa kisah sukses waralaba asing yang telah berhasil di tingkat global.
Kisah Sukses Waralaba McDonald’s
Salah satu ikon waralaba kuliner dari Amerika Serikat yang sanga terkenal dan gerainya tersebar di seluruh dunia adalah restoran cepat saji McDonald’s.
Sukses waralaba ini tak dapat dilepaskan dari sosok perintisnya, yaitu Ray Kroc. Ray Kroc (lahir 5 Oktober 1902-wafat 14 1984) adalah seorang pengusaha yang membeli McDonald’s Corporation pada tahun 1955, dan menjadikannya sebagai waralaba Januari restoran cepat saji terbesar di dunia. Ray Kroc termasuk salah satu 100 orang pendiri dan raksasa industri yang paling berpengaruh versi majalah Time. Ray Kroc juga merupakan pemilik tim baseball San dan Diego Padres yang berdiri sejak 1974.
“If you work just for money, you’ll never make it, but if you love what you’re doing and you always put the customer first, success will be yours.” Ray Kroc
Ray Kroc lahir di masa ketika kegiatan wirausaha mulai berkembang di Amerika Serikat. la hidup pada masa yang sama dengan William Durant dan Henry Ford, dua industrialis terkenal A.S. Ketika berumur 15 tahun, Ray Kroc mendaftar sebagai sopir ambulans Palang Merah. Dalam tugas dinasnya, ia bertemu dengan Walt Disney, tokoh animator A.S., yang ketika itu juga masih berumur 15 tahun. Untuk
masuk dinas Palang Merah, keduanya terpaksa membohongi penguji tentang umur mereka, karena batas minimal untuk masuk Palang Merah kala itu adalah 17 tahun.
Ray Kroc, pendiri jaringan waralaba McDonald’s, sudah mulai bekerja ketika baru masuk SMA. la menemukan kesenangan sendiri sebagai penjaja soda, usaha milik pamannya, la sangat senang bisa menjual es krim sundae kepada orang yang datang untuk membeli secangkir kopi. Bertahun-tahun Ray Kroc menjual biji kopi, buku musik, cangkir kertas, mesin pembuat krim yang bisa menghasilkan milkshake atau krim pencukur, sendok es krim, sampai kursi-meja lipat yang menempel di dinding.
Kerja sebagai penjaja mesin milkshake membawanya ke restoran McDonald’s. Pada tahun 1954, McDonald bersaudara sudah memulai usaha restoran swalayan. la heran kenapa McDonald’s membutuhkan delapan mesin milkshake, padahal mesin itu mampu membuat lima milkshake sekaligus. Begitu ia melihat cara kerja restoran McDonald’s ia segera tahu jawabannya, bahkan ia segera bisa membayangkan kalau restoran seperti itu ada di setiap perempatan jalan yang ramai.
Akhir cerita, Ray Kroc berhasil meyakinkan McDonald bersaudara untuk menjual hak waralaba kepadanya. Di bawah kendali Ray Kroc, perusahaan McDonald’s kemudian berhasil menjadi perusahaan waralaba berskala global yang mampu hadir hampir di setiap negara.
Kisah Sukses Waralaba Kentucky Fried Chicken
Harland David Sanders atau Kolonel Sanders (lahir 9 September 1890 wafat 16 Desember 1980) merupakan seorang pebisnis berkebangsaan Amerika Serikat yang ikut mendirikan KFC. Dia mulai aktif mewaralabakan bisnis ayamnya pada usia 65 tahun. Saat ini, usahanya, yaitu Kentucky Fried Chicken atau KFC telah tumbuh menjadi salah satu waralaba masakan siap saji terbesar di dunia.
Sebelum menuai kesuksesan, Kolonel Sanders selama 9 tahun berusa ha menyempurnakan metode memasak ayam dengan menggunakan sebelas bumbu dan rempah-rempah seperti yang kita kenal saat ini. Dengan resep itu, daging ayam menjadi sangat empuk, renyah, dan gurih. Dia juga menggunakan alat masak bertekanan tinggi (pressure cooker) yang lebih cepat memasak ayam daripada penggorengan biasa dan sekaligus mampu meningkat kan cita rasanya, sehingga saat ini kita mengenal isti lah fast food karena kecepatan memasak ayam dan kelezatan rasanya. You have got to like what you are doing, you have got to be doing something worthwhile so you can like it
Pada tahun 1952, Kolonel Sanders menjual semua propertinya un tuk berkeliling dari kota ke kota dan dari restoran ke restoran untuk menawarkan resepnya. Sebagai mantan koki, dia percaya bahwa re sepnya akan diminati banyak restoran dan mau diajak bekerja sama untuk membuka usaha waralaba dengan menggunakan lisensinya. Sayangnya lebih dari 1000 restoran menolak resep yang ditawarkan nya, tetapi dia tidak menyerah begitu saja dan terus berkeliling sampai tiba di restoran ke 1008 yang mau membelinya dan mengembangkan usaha waralaba yang diberi nama KFC.
Harland Sanders telah meninggalkan bangku sekolah pada usia 12 tahun dan kemudian bekerja sebagai kusir keledai, bekerja di tanah peternakan, dan sempat menjadi pemadam kebakaran di kereta api. Di beberapa kesempatan, ia pernah menjadi pengacara tanpa gelar sarjana hukum, menjadi bidan tanpa punya sertifikat medis, menjual ban, menawarkan asuransi dari rumah ke rumah, sampai punya restoran dan motel yang kemudian ia jual untuk membayar utang utangnya.
Pada umur 65 tahun, ia kembali menjadi salesman jalanan yang menjajakan resep rahasia ayam goreng kepada para pemilik restoran. Pada tahun 1952, restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) pertama dibuka di Utah, Amerika Serikat. Karena tidak punya uang untuk nempromosikan jaringan restorannya, ia berpakaian seperti seorang kolonel asal Kentucky dengan setelan putih dan dasi tali hitam. Dalam 8 tahun, KFC sudah menjadi jaringan restoran terbesar di AS. Saat ini jaringan waralaba KFC telah hadir di sebagian besar negara jangka di seluruh dunia,
Kisah Sukses Waralaba Starbucks
Starbucks Corporation adalah perusahaan waralaba kedai kopi yang didirikan di kota Seattle, Washington, Amerika Serikat, pada tanggal 30 Maret 1971 oleh tiga orang pengusaha, yaitu Jerry Baldwin, Gordon Bowker, dan Zev Siegl. Perusahaan yang kini dipimpin oleh Howard Schulz ini telah berkembang menjadi perusahaan waralaba kelas dunia yang memiliki 20.366 gerai di 61 negara pada tahun 2012 dengan total pendapatan mencapai 13,29 miliar dolar AS atau setara Rp166 triliun per tahun.
Starbucks menjual minuman kopi panas dan dingin, minuman teh, biji kopi, salad, sandwich panas dan dingin, kue kering manis, ca milan, dan barang-barang seperti gelas dan tumbler. Melalui divisi Starbucks Entertainment dan merek ini juga memasarkan buku, musik, dan film. Banyak di antara produk perusahaan yang bersifat musiman dan bersifat spesifik mengikuti daerah setempat. Es krim dan kopi Starbucks juga di jual di toko grosir.
Kedai kopi Starbucks pertama kali dibuka di kota Seattle, Washing ton, pada tanggal 30 Maret 1971 oleh tiga orang rekanan, yaitu Jer ry Baldwin (seorang guru Bahasa Inggris), Gordon Bowker (seorang penulis), dan Zev Siegl (seorang guru Sejarah). Ketiga orang pendiri tersebut pada mulanya terinspirasi oleh Alfred Peet, seorang pen gusaha pemanggangan kopi berkualitas yang mereka kenal secara pribadi. Awalnya perusahaan ini hendak diberi nama Pequod sesuai nama kapal pemburu di novel Moby Dick, namun nama tersebut dito lak sehingga akhirnya dipilih nama Starbucks sesuai nama salah satu mualim di kapal Pequod.
Di awal pendiriannya, Starbucks belum menjual minuman kopi, tetapi hanya menjual biji kopi panggang. Bahan baku kopi didapat dan Alfred Peet, hingga kemudian membeli sendiri secara langsung dari petani kopi. Pada tahun 1987, ketiga orang pendiri Starbucks menjual perusahaan tersebut kepada Howard Schultz. Sejak dipimpin oleh Howard Schultz, perusahaan Starbucks berkembang sangat pesat hingga merambah seluruh Amerika Serikat dan bahkan menyebar ke banyak negara.
Keberhasilan Starbucks tidak semata-mata menyangkut produk yang berkualitas, tetapi juga kejelian mereka melihat peluang pasar dan kemampuannya membangun merek sehingga melekat di benak konsumen di seluruh dunia. Starbucks mampu menawarkan gaya hidup modern di mana warung kopi tidak hanya diisi para lelaki, tetapi juga bisa dijadikan media sosialiasi bagi para wanita, keluarga, orang tua, anak-anak, dan remaja. Kekuatan citra merek Starbucks menjadikan produk mereka bisa dihargai mahal karena konsumen mendapatkan gengsi dan sensasi. Fakta ini membuktikan bahwa merek yang berhasil dibangun dengan baik, pada akhirnya dapat mengangkat harga jual produk lebih mahal dibandingkan produk sejenis
Kisah Sukses Waralaba Pizza Hut
Pizza adalah makanan khas Italia, namun Pizza Hut bukanlah waralaba Italia, tetapi dari Amerika Serikat. Pizza Hut adalah perusahaan wara laba makanan khas Italia yang didirikan tahun 1958 di kota Wichita, Kansas, Amerika Serikat, oleh Dan Carney dan Frank Carney. Pada ta hun 1977, perusahaan ini dibeli oleh PepsiCo dan kemudian menjel ma menjadi waralaba restoran pizza terbesar di dunia yang memi liki 12.000 restoran di 86 negara. Pizza Hut menyediakan bermacam menu pizza dengan ber bagai jenis toping. Selain menyediakan pizza, mer eka juga memiliki menu seperti spaghetti, pasta, salad, sup, dan lain-lain.
Pada tahun 1958, Dan Carney dan Frank Carney mempunyai ide membu ka sebuah restoran pizza lokal di kota Wichita, Kansas, A.S., yang me miliki 25 kursi kecil. Pada tahun
di seluruh Amerika Serikat, mereka berdua membuka gerai di manca negara di Jepang, Kanada, dan Pizza Hut semakin berkembang pesat sejak 1977 tatkala perusahaan tersebut oleh PepsiCo sebuah perusahaan minuman softdrink berskala global.
Pizza Hut, Carney Bersaudara, memulai bisnis makanan dengan bekerja di toko lokal milik mereka. keduanya kuliah di Wichita State University, Kansas, A.S., mereka memiliki kreatif untuk membuka sebuah restoran pizza setelah mereka membaca artikel kabar Saturday Evening Post tentang berkembangnya popularitas makanan pizza Amerika Serikat. berdua meminjam uang dolar AS dari mereka yang digunakan untuk mengubah sebuah bar menjadi restoran Pizza Hut pertama
Carney (lahir lajar sukses bisnis waralaba kuliner yang lebih ada, yaitu McDonald’s dan Kentucky Fried Chicken (KFC). Kala itu tidak banyak informasi yang didapatkan oleh pengusaha pemula untuk memulai bisnis waralaba, sehingga mereka lebih banyak belajar cara mandiri. saat menempuh studi (master) kampus yang sama, Dan Carney mencoba menulis tesis tentang waralaba, namun ditolak oleh profesornya. Karena sakit Dan Carney kemudian meninggalkan studi masternya dan lebih fokus membuka usaha laba serta membuka kursus waralaba mandiri..
Pizza Hut DELIVERY
sahaan ini sudah diakui sebagai jaringan restoran pizza terbesar dunia penjualan dan jum lah cabangnya. Pada tahun 1972, Pizza Hut pertama kali menjual saham Saham New York sehingga
sahamnya bisa dimiliki oleh publik. Pada tahun 1977, Pizza Hut dibeli oleh perusahaan PepsiCo bersama dengan pembelian Kentucky Fried Chicken dan Taco Bell. Sejak saat itu, Dan Carney beralih menjadi pengusaha modal ventura dan terlibat dalam berbagai kegiatan amal sosial, sedangkan Frank Carney masih mengurus bisnis restoran pizza. Mereka berdua rajin memberikan beasiswa bagi para mahasiswa di almamaternya.
Kisah sukses Carney Bersaudara membangun Pizza Hut mengajarkan kepada kita bahwa modal ide kreatif untuk meraih sukses bisa datang dari mana saja termasuk dari kalangan berpendidikan tinggi. Kekayaan intelektual berupa kreativitas dan inovasi bisa datang dari orang yang berpendidikan tinggi atau orang yang kurang berpendidikan, sebab kreativitas dan inovasi tak selalu berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan seseorang. Bahkan orang yang berpendidikan tinggi sering tidak kreatif dan inovatif karena terbebani faktor gengsi dan gelar akademik.
Kreativitas dan inovasi hanya bisa tumbuh dari jiwa yang bebas berimajinasi dan berani mewujudkan ide menjadi karya nyata. Dalam banyak kasus, pendidikan formal justru sering menghambat kreativitas, sehingga dibutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia yang hanya mementingkan aspek kecerdasan pikiran (IQ) harus diimbangi dengan kecerdasan emosi/perasaan (EQ) dan kecerdasan spiritual/hati nurani (SQ). Tanpa itu semua, anak-anak Indonesia hanya menjadi robot yang pandai menghafal ini itu.
Kisah Sukses Waralaba Dunkin Donuts
Dunkin Donuts adalah restoran dan waralaba makanan yang khusus menyajikan beraneka ragam kue donat yang didirikan oleh William Rosenberg pada tahun 1950 di kota Boston, Quincy, Massachusetts, Amerika Serikat. Saat ini Dunkin Donuts telah berhasil menyandang predikat sebagai waralaba restoran donat terbesar di dunia yang memiliki sekitar 7.000 restoran di 35 negara. Waralaba ini mulai masuk ke Indonesia awal tahun 1990-an Gambar 14.10 William Rosen- dan kini sudah tersebar di banyak kota di Indonesia
William Rosenberg pertama kali membuka gerai donat dengan nama Open Kettle di kota Boston, Quincy, Massachusetts pada tahun 1950. Tak disangka respons pasar sangat besar sehingga Pak Will pun punya ide untuk mengembangkan model bisnis waralaba dan mengubah nama usahanya menjadi Dunkin Donuts. Sejak menjadi usaha waralaba, Dunkin Donuts semakin cepat berkembang hingga memiliki banyak gerai di seantero negeri Paman Sam. Hal ini kemudian menciptakan citra kue donat sebagai ikon kuliner di Amerika selain hamburger dan hot dog.
Bahkan pada tahun 1970 Dunkin Donuts telah berhasil menjadi merek internasional dengan reputasi yang luar biasa berkat kualitas
produk dan layanannya. Hal inilah yang kemudian menarik minat investor Allied Domecq sebuah perusahaan skala internasional yang membawahi merek waralaba Togo’s dan Baskin Robins untuk membeli Dunkin Donuts dari keluarga William Rosenberg pada tahun 1983.
Allied Domecq tetap berusaha mempertahankan sistem bisnis yang sudah berjalan lama di Dunkin Donuts sambil melakukan perbaikan sesuai perkembangan zaman. Allied Domecq lebih banyak berfokus membantu Dunkin Donuts agar bisa melakukan penetrasi pasar di seluruh dunia. Untuk mewujudkan ambisi tersebut, perusahaan melakukan standarisasi gerai di seluruh dunia, merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi di masing-masing negara, fokus terhadap kualitas produk dan layanan serta selalu memperbarui desain sesuai tren zaman.
Dengan dukungan manajemen yang andal dan sumber daya manusia yang hebat, Dunkin Donuts dalam waktu singkat berhasil merambah pasar di banyak negara yang tersebar di benua Amerika, Eropa, Australia, Afrika, dan Asia termasuk Indonesia. Kini banyak usaha waralaba yang terinspirasi oleh Dunkin Donuts, salah satunya adalah waralaba asal Indonesia, J.CO Donuts & Coffee.
Donat (donut atau doughnuts) adalah sejenis kue yang digoreng dan dibuat dari adonan tepung terigu, gula, telur, dan mentega. Donat yang paling umum berbentuk seperti cincin yang berlubang di tengah, serta donat yang berbentuk bundar dengan isi yang rasanya manis seperti berbagai jenis selai, jelly, krim, dan custard. Banyak orang di dunia, termasuk di Indonesia, yang bisa membuat kue donat namun hanya sedikit yang mampu membuat usaha waralaba kue donat apalagi berskala global. Fakta ini membuktikan bahwa kepandaian membuat kue donat yang enak saja tidak cukup untuk membuat sebuah usaha waralaba donat. Keberanian untuk mewujudkan ide bisnis menjadi usaha yang nyata adalah faktor utama keberhasilan bisnis ini.
Kue donat sangat lekat dengan kebudayaan Amerika seperti halnya hamburger. Di Amerika Utara sampai tercipta stereotip polisi patroli sebagai orang yang gemar memakan donat. Gerai donat sering buka sepanjang malam dan polisi di sana sering mampir di gerai donat yang menyediakan kue donat dan kopi panas. Tokoh film kartun The Simpsons, yaitu Homer Simpson dan Kepala Polisi Clancy Wiggum bahkan digambarkan sebagai penggemar berat kue donat. Kue donat yang mulai ditemukan pertama kali pada tahun 1809 di New York saat ini telah menjadi ikon kue yang digemari masyarakat dunia. Hal ini tentu saja akan semakin meningkatkan branding merek Dunkin Donuts di mata konsumen internasional.
Kisah Sukses Waralaba Lokal
Kisah sukses di bisnis waralaba juga dinikmati para pengusaha di Indonesia, baik yang berstatus sebagai pemberi waralaba maupun penerima waralaba. Beberapa pemberi waralaba dalam negeri bahkan sudah ada yang berhasil menembus pasar mancanegara antara lain Kebab Turki Baba Rafi, Ayam Bakar Mas Mono, Es Teller 77, Bumbu Desa, Pecel Lele Lela, J.CO Donuts & Coffee, CFC, dan lain-lain.
Banyaknya kisah sukses di bisnis waralaba membuat kami tidak mungkin mengupas satu per satu. Beberapa kisah sukses pengusaha waralaba nasional kami sajikan di bab ini, sementara sebagian lainnya kami sajikan di buku kami ke-25 Buku Pintar Investasi Ekonomi Kreatif. Semoga kisah sukses ini dapat menginspirasi para pengusaha muda agar berani terjun di bisnis waralaba. Kita pun bisa sukses seperti mereka asal mau bekerja keras, fokus, berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif.
Sistem waralaba dapat mempercepat ekspansi usaha, karena biayanya lebih murah dan risikonya lebih kecil. Pemberi waralaba tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membangun gerai, karena biaya pendirian gerai ditanggung oleh penerima waralaba. Risiko kegagalan usaha juga ditanggung bersama dengan mitra usaha.
Pertumbuhan ekonomi nasional dan pertumbuhan masyarakat kelas menengah ikut mendorong pesatnya perkembangan bisnis waralaba di Indonesia. Selain itu, melimpahnya sumber daya manusia kreatif juga turut berperan mempercepat perkembangan bisnis waralaba dan ekonomi kreatif. Ditambah dengan terbentuknya Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKI), maka diharapkan perkembangan ekonomi kreatif dan bisnis waralaba di tanah air akan semakin melesat.
Kisah sukses di bisnis waralaba tidak hanya menjadi milik pengusaha waralaba kelas atas, namun juga waralaba pemula yang banyak didirikan oleh anak-anak muda dan orang-orang yang berasal dari kalangan masyarakat kelas bawah. Waralaba ternyata bisa menjadi mantera ajaib yang dapat mengubah nasib rakyat kecil, asalkan mereka mau tekun berusaha, berani mengambil risiko, dan punya daya pikir yang kreatif.
Kisah Sukses Waralaba Masakan Jepang
waralaba di Indonesia hingga saat ini masih didominasi bidang uliner (makanan dan minuman). Di tingkat global pun kondisinya ga sama. Hal ini wajar saja sebab kebutuhan manusia paling dasar adalah makanan dan minuman, sehingga waralaba kuliner paling diminati oleh para konsumen di manapun. Salah satu waralaba kuliner nasional yang sukses adalah Hoka Hoka Bento (Hokben).
Meskipun namanya berbau Jepang, waralaba Hoka Hoka Bento adalah waralaba asli dari Indonesia. Nama berbau Jepang sengaja dipilih oleh pendiri perusahaan sebab usaha waralaba ini memang fokus menyajikan masakan dari negeri Sakura tersebut. Strategi branding perusahaan ini terbukti sukses sehingga Hoka Hoka Bento kini identik dengan waralaba restoran ala Jepang yang digemari masyarakat Indonesia.
Hoka Hoka Bento atau yang biasa disingkat HokBen adalah waralaba restoran cepat saji yang khusus menyajikan makanan Jepang. Meskipun nama dan menunya identik dengan budaya Jepang, waralaba ini ternyata didirikan oleh orang Indonesia bernama Hendra Arifin. Saat ini HokBen telah memiliki 147 gerai yang tersebar terutama di Pulau Jawa dan Bali. Nama Hoka Hoka Bento berasal dari bahasa Jepang yang berarti “makanan hangat dalam boks”.
Perusahaan waralaba HokBen didirikan pada tahun 1985 di Jakarta oleh Pak Hendra Arifin di bawah bendera PT. Eka Bogainti. Restoran yang pertama kali didirikan di daerah Kebon Kacang, Jakarta Pusat ini mengusung konsep “Japanese Fast Food” yang menyajikan makanan Jepang yang variatif, sehat, dengan harga terjangkau. Pak Hendra sengaja memilih konsep tersebut karena pada saat itu belum ada restoran siap saji yang khusus menyajikan menu makanan Jepang di Indonesia.
Sebelum memulai usaha tersebut, Pak Hendra lebih dulu berkunjung ke Jepang untuk melakukan studi banding. Di negeri Sakura tersebut, Pak Hendra bertemu dengan pemilik hak merek Hoka Hoka Bento yang kala itu merupakan usaha restoran dengan konsep pesan-antar. Pak Hendra pun berminat membeli lisensi hak merek Hoka Hoka
Bento untuk dikembangkan di Indonesia. Dalam perkembangannya, usaha di Jepang ditutup sehingga Pak Hendra pun lalu menjadi pemilik tunggal hak merek Hoka Hoka Bento setelah membeli hak merek tersebut dari prinsipal di Jepang.
Ekspansi HokBen ke luar Jakarta dimulai pada tahun 1990 dengan membuka gerai restoran di kota Bandung, sehingga kini HokBen punya 23 gerai di kota kembang tersebut. Pada tahun 2005, HokBen membuka gerai di kota Surabaya hingga punya 13 cabang. Tahun 2008, HokBen membuka gerai di kota Malang, dan selanjutnya membuka gerai di kota-kota di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali sejak 2010. Kini total jumlah gerai HokBen mencapai 147 gerai di Pulau Jawa dan Bali.
Cita rasa masakan Jepang di HokBen telah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia, seperti rasa yang lebih kuat dan sambal yang manis dan pedas. HokBen juga menyediakan paket makanan untuk anak-anak yang dinamakan Kidzu Bento dengan menyertakan mainan lebih serta paket pesta ulang tahun di gerai restoran mereka. Strategi ini menjadikan HokBen sebagai tempat wisata kuliner bagi seluruh anggota keluarga.
Gerai restoran HokBen disusun memanjang seperti bufet kafetaria hingga setiap pelanggan dapat bergerak sepanjang meja bufet baja anti karat berpemanas sambil memilih berbagai jenis pilihan makanan, minuman, dan hidangan penutup. Berbagai masakan Jepang yang populer disajikan di restoran ini seperti tumisan (yakiniku, teriyaki, burakkupeppa dengan pilihan daging ayam atau sapi), gorengan ichicken katsu, ekkado, ebi furai, spicy chicken, tori baaga, kani roll, chicken roll, shrimp roll), sukiyaki, shumai, gyoza, salad, dan sp (sukiyaki, chicken tofu, shrimp ball, shrimp dumpling). Selain itu, tersedia pula Tori Pop Corn, minuman dan hidangan penutup ala Jepang seperti es sarang burung, es ogura, koori konyaku, dan puding.
Kisah sukses waralaba masakan Jepang tidak hanya monopoli perusahaan besar seperti Hoka Hoka Bento, namun juga bisa diraih perusahaan waralaba kelas menengah seperti My Bento, Ocha Bento, Ozeki Bento, dan Ikki Bento. Di Negeri Sakura, kalimat bento berarti
makanan bekal yang komplet dan dikemas dalam satu wadah. Biasanya, bento ala Jepang terdiri dari nasi, ikan atau daging, dan sayuran. Makanan tradisi Jepang ini ditaruh dalam sebuah kotak bekal berbentuk persegi..
Waralaba My Bento dirintis oleh pengusaha muda Dede Sulaiman sejak tahun 2006. My Bento berkembang pesat dengan omset mencapai Rp1,5 miliar per bulan, dengan laba mencapai 30%. Omset sebesar itu didapat dari 15 gerai My Bento milik sendiri yang tersebar di Karawang, Depok, Garut, Subang, dan Indramayu, ditambah 55 gerai My Bento milik para mitra usaha yang tersebar di berbagai daerah.
Hingga saat ini, total karyawan My Bento mencapai 450 orang di mana setiap gerai memiliki enam sampai sepuluh karyawan. Kendati persaingan semakin ketat, Dede mengaku potensi pasar bento masih terbuka lebar. Dia bisa sukses mengelola bisnis ini karena rajin membuka jaringan hingga ke daerah di luar Jabodetabek. Sampai saat ini, jaringan bisnis My Bento sudah mencapai Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Dede menawarkan sejumlah menu dengan dekorasi masakan bento yang berbeda-beda seperti tepanyaki, chicken katsu, tempura, dan yakiniku. Agar produknya diminati banyak orang, Dede juga memakai bumbu dan bahan baku yang halal serta bercita rasa lokal seperti menggunakan rempah rempah tradisional Indo nesia.
Dalam kerja sama kemi traan Dede menawarkan paket booth, indoor, dan restoran. Paket indoor membutuhkan investasi Rp47 juta. Dengan in vestasi sebesar itu, mitra waralaba akan mendapat kan seperangkat meja kursi, desain, dan box delivery. Jadi, calon mitra tinggal menyediakan tempat usaha. Dede sengaja membatasi paket booth, lantaran konsep awal waralaba My Bento adalah restoran. Paket investasi terbesar My Bento adalah kon sep restoran dengan total biaya mencapai Rp105 juta.
Dede memperkirakan, balik modal untuk paket premium plus sekitar 1.5 hingga tahun. Ini perkiraan dengan omset sekitar Rp450.000,00 per hari. Adapun untuk tipe booth bisa balik modal sekitar delapan bulan dengan pemasukan sekitar Rp300.000,00 per hari. Semua paket dikenakan franchise fee sebesar Rp3 juta per tahun yang berlaku mulai dari tahun kedua operasi. Untuk royalty fee dipatok sama rata 3% dari omset.83
Di Indonesia juga ada waralaba restoran yang mengusung konsep makanan khas daerah yang dipadukan dengan budaya daerah seperti yang dilakukan oleh perusahaan waralaba Bumbu Desa asal kota kembang Bandung. Bumbu Desa tidak hanya menjual makanan khas Sunda, tetapi juga sensasi budaya Sunda di setiap gerai restoran yang didirikan. Waralaba semacam ini berpotensi untuk diekspor ke mancanegara karena saat ini banyak orang asing yang suka dengan sensasi kuliner dan budaya etnik. Jika saat ini bangsa kita gandrung dengan kuliner dan budaya Jepang, maka tak usah heran jika kelak justru orang asing tergila-gila dengan kuliner kita.
Kisah Sukses Waralaba De Tanjung
Kisah sukses di bisnis waralaba tidak hanya dimonopoli pengusaha ternama atau pengusaha yang sudah berumur, namun juga bisa diraih anak-anak muda dari kalangan kelas bawah. Salah satu contohnya adalah Dewi Tanjung Sari yang sukses membangun bisnis waralaba Suvenir pernikahan bernama De Tanjung. Pewaralaba lulusan D-3 Universitas Brawijaya asal Malang, Jawa Timur ini mulai usaha suvenir pernikahan sejak tahun 2003 dengan hanya bermodalkan uang Rp50 ribu
Kini omset De Tanjung telah mencapai lebih Rp1 miliar per tahun, sebuah angka yang mungkin kecil dibandingkan omset waralaba yang sudah besar, namun angka itu sungguh merupakan capaian yang hebat bagi anak muda seperti Dewi Tanjung yang berasal dari keluarga miskin. Ibunya hanya lulusan SD yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan sang ayah sudah meninggal tatkala Dewi masih bayi. Dewi pun dulu tinggal di lingkungan kumuh. Kondisi yang serba terbatas ternyata tak menghalangi Dewi berjuang menjadi pengusaha waralaba yang sukses.
Waralaba De Tanjung saat ini telah memiliki enam gerai di Malang, dan masing-masing satu gerai di Bekasi dan Palu. Dewi Tanjung berencana m embuka gerai baru di Jakarta, Surabaya, dan Medan. Jika pada awal usahanya dia memproduksi suvenir buku telepon, pigura, notes, dan ain-lain, kini Dewi lebih berfokus membuat suvenir kartu pernikahan Jan suvenir pernikahan yang lainnya. Bagi masyarakat yang ingin menjadi mitra usaha, Dewi mematok biaya lisensi sebesar Rp60 juta dan Ap80 juta. Masyarakat yang berminat dapat mengakses situs www.detanjungwedding.com.
To sukses bagi Dewi Tanjung sangatlah sederhana. Kerjakan apa ang bisa dikerjakan, jangan tunggu punya modal besar. Jangan pernah takut bermimpi dan mencoba hal-hal baru serta jauhkan diri dari perasaan gengsi. Itulah sikap hidup yang menghantarkan Dewi Tanjung meraih kesuksesan hingga saat ini. Kisah sukses Dewi Tanjung semestinya bisa menjadi inspirasi anak-anak muda Indonesia agar mereka berani mewujudkan mimpi menjadi pengusaha waralaba meski banyak keterbatasan.
Bagi Dewi Tanjung “kado Tuhan tidak selalu indah”. Hal ini sering dia sampaikan setiap kali memberikan motivasi di acara seminar dan talk show. Berasal dari keluarga miskin yang tinggal di lingkungan kumuh, tak menghalangi Dewi untuk terus berkreasi dan berinovasi. Dia mampu mendaur ulang sampah di sekitarnya menjadi berbagai macam kerajinan tangan yang dapat dijual ke masyarakat.
Pada masa awal merintis usaha, Dewi sudah bisa mempekerjakan 5 orang pegawai yang diambilkan dari masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Kini saat usahanya sudah berkembang pesat, Dewi mampu mempekerjakan 54 orang pegawai tetap dan 11 pegawai borongan, Terinspirasi dari nasihat Hermawan Kertajaya, seorang motivator pemasaran ternama, Dewi kini lebih fokus membuat suvenir pernikahan agar usahanya memiliki keunikan dan berbeda dengan usaha waralaba yang sudah ada.
Sebagaimana pengusaha pada umumnya, Dewi Tanjung juga sering mengalami saat-saat jatuh bangun. Pada tahun 2009 satu per satu karyawannya pernah dibajak oleh perusahaan kompetitor dengan iming-iming uang, rumah, dan kendaraan. Namun Dewi tak pernah patah semangat, berkat kesungguhan dan ketelatenan dia sekarang justru tambah maju hingga produk kerajinan daur ulang sampahnya bisa diekspor sampai ke Malaysia, Australia, Singapura, dan Inggris.
Di tangan orang-orang kreatif dan inovatif seperti Dewi Tanjung, sampah pun bisa diubah menjadi produk industri kreatif yang memiliki nilai jual tinggi. Hal ini membuktikan bahwa kekayaan intelektual jauh lebih penting dibandingkan kekayaan materi dan status sosial. Dengan membuktikan bahwa sampah pun bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomis, Dewi secara tidak langsung memberi inspirasi agar masyarakat lebih peduli pada lingkungan sekitar. Bisnis bagi Dewi tidak sekadar mencari keuntungan materi, namun juga kepedulian pada lingkungan sekitar.
Beragam penghargaan pun pernah diraih wanita muda yang sangat kreatif ini, antara lain: Juara 1 Nasional Kreatif Wirausaha Mandiri 2010, The Best Finalist National New Ventures Indonesia 2009, Juara 1 Income Award 2008, membuat baju daun “Butterfly Kisses” untuk baju peraga Putri Lingkungan, dan membuat suvenir daun bagi para peserta pada acara United Nation for Climate Conference di Bali.
Kisah Sukses Waralaba Kedai Digital
Kedai Digital adalah waralaba percetakan digital yang membuat berbagai macam cendera mata yang dapat dipesan secara pribadi. Jika selama ini hanya artis dan orang penting yang mampu membuat cendera mata untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat, maka saat ini orang-orang biasa pun bisa memesan cendera mata bergambar dirinya di atas berbagai media seperti mug, kaos (t-shirt), topi, mouse pad, pin, jam dinding, jam tangan, gantungan kunci, banner, kartu nama, dan lain-lain.
Kedai Digital didirikan oleh Saptuari Sugiharto, seorang sarjana lulusan Fakultas Geografi UGM pada tanggal 28 Maret 2005 di kota Yogyakarta. Konsep bisnis adalah membuat cendera FEREND SA PRENDEN ARIABLE RAIN PALA EAGLE AWARD
mata untuk perseorangan (personal merchandise) sebesar 60% dan perusahaan (corporate merchandise) sebesar 40%. Bisnis waralaba percetakan digital ini saat ini telah berkembang pesat hingga memiliki 55 cabang di 35 kota dengan karyawan lebih dari 200 orang. Masyarakat yang tertarik menjadi mitra usaha dapat mengakses situs www.kedaidigital.com.
Sejak masih kuliah di UGM, Saptuari telah mencoba bekerja dan berbisnis macam-macam hingga pernah mengalami jatuh bangun berkali-kali, hingga akhirnya dia memiliki ide mendirikan Kedai Digital pada tahun 2005 dengan modal awal Rp 28 juta di Jalan Cendrawasih 3C Demangan Baru, Yogyakarta bertempat di toko kecil ukuran 2×7 meter. Awalnya dia hanya membuat gantungan kunci dibantu tiga orang karyawan. Seiring perjalanan waktu, usaha Kedai Digital semakin berkembang sehingga produknya bertambah banyak dan gerainya pun hadir di berbagai kota. Omset usahanya pun kini telah mencapai angka miliaran rupiah per tahun.
Saptuari banyak merekrut para mahasiswa sebagai karyawan. Gerai Kedai Digital juga banyak dijumpai hadir di kawasan kampus, sebab pangsa pasar terbesar bisnis ini adalah kawula muda dari mulai anak anak sekolah hingga para mahasiswa. Masyarakat yang ingin menjadi mitra usaha Kedai Digital harus menyiapkan modal awal dari mulai Rp15 juta, Rp25 juta hingga Rp55 juta. Mitra usaha hanya diwajibkan membayar biaya royalti sebesar 2,5% dari omset kotor per bulan, dengan perkiraan balik modal (break even point) selama satu tahun.
Saptuari memiliki tip sederhana untuk sukses, yaitu prinsip “ATM” yang artinya “Amati, Tiru, dan Modifikasi” serta prinsip “PISS” yang artinya “Positive Thingking, Ikhtiar dan Ikhlas, Sedekah, dan Sukses Dunia Akherat”. Prinsip ATM berguna untuk menghasilkan produk baru yang diminati pasar. Dengan prinsip ini kita tidak harus menciptakan produk yang benar-benar baru karena biaya risetnya sangat mahal. Kita cukup mengamati produk yang diminati pasar kemudian menirunya, tetapi tidak boleh meniru 100% sehingga kita perlu memodifikasi agar produk kita berbeda.
Sejak masuk ke UGM tahun 1998, Saptuari sudah berhasrat memiliki usaha mandiri. Sambil kuliah dia bekerja serabutan mulai dari menjual tas di koperasi sekolah, menjual ayam kampung, menjual stiker hingga menjadi salesman rokok dan kartu seluler. Ide awal pendirian Kedai Digital didapatkannya tatkala menjadi event organizer acara konser musik grup band Dewa tahun 2004 di Yogyakarta.
Kala itu Saptuari terheran-heran melihat para penggemar Dewa yang rela berebutan bahkan hingga tawuran untuk mendapatkan cendera mata dari grup band papan atas tersebut. Padahal menurutnya cendera mata semacam itu bisa dibuat sendiri oleh para penggemar Dewa. Itulah awal idenya membuat bisnis cendera mata dan hadiah yang dapat dipesan sesuai selera setiap orang. Berkat kesuksesannya, Saptuari mendapat banyak penghargaan antara lain: Wirausaha Muda Mandiri Tahun 2007, Penghargaan ISEMBA Indonesia Small & Medium Business Association Tahun 2008, dan Entrepreneur Award dari Majalah Wirausaha dan Keuangan Tahun 2008.
Kisah Sukses Waralaba Tahu Kress
Tahu adalah makanan rakyat Indonesia yang terbuat dari sari kedelai yang sudah terkenal di seluruh nusantara sejak zaman dahulu kala. Reputasinya sebagai makanan rakyat jelata membuat tahu kurang bergengsi di mata anak-anak muda dan kaum urban. Namun demikian, berkat sentuhan kreativitas, tahu ternyata bisa menjadi produk waralaba kuliner bergengsi yang digemari semua kalangan masyarkat. Saat ini banyak waralaba yang mengusung menu olahan tahu antara lain: Tahu Kress, Tahu Krispi Tofuku, Tahu Brintiik Crispi, dan Tahu Petis Yudhistira.
Waralaba Tahu Kress didirikan sejak 23 Juni 2008 oleh seorang pengusaha muda bernama Winarto Estillo (Pak Erwin). Usaha waralaba ini awalnya hanya punya 19 gerai berbentuk booth (gerobak), namun kini telah berkembang pesat dan memiliki 1.400 gerai booth di seluruh Indonesia. Sebelum menekuni usaha Tahu Kress, Pak Erwin pernah jatuh bangun beberapa kali mencoba berbagai macam usaha, hingga akhirnya dia menemukan hoki di bisnis waralaba makanan tahu (tofu).
cepat berkembang antara lain karena tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga menarik minat banyak orang untuk menjadi mitra usaha. Titik balik modal (break even point) usaha ini hanya sekitar 2-3 bulan jika gerai berada di tempat strategis. Dengan hanya menjual 60 porsi camilan Tahu Kress per hari, mitra usaha akan mendapatkan penghasilan sebesar Rp2 juta per bulan. Para mitra usaha juga hanya diwajibkan membayar biaya waralaba sebesar Rp1,8 juta.
Pendiri usaha waralaba Tahu Kress, yaitu Winarto Estillo yang lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 31 tahun silam adalah tipikal pengusaha yang merintis karier dari bawah. Pendidikan formalnya hanya STM Kartanegara di Kediri, dan pernah kuliah di Universitas Hang Tuah Surabaya, namun tidak sampai lulus sarjana S-1. Sejak sekolah di STM, Winarto Estillo (Erwin) sudah terbiasa membiayai sekolah secara mandiri dengan berjualan aksesoris dan berbagai macam hiasan dinding rumah.
Pada saat kuliah di Hang Tuah Surabaya, Erwin mengambil jurusan Desain Teknik Perkapalan dan sering mendapatkan proyek bersama dosennya di PT. PAL Indonesia. Erwin memang punya keahlian di bidang desain kapal dengan menggunakan rancangan 3D AutoCAD. Dia pun ahli meng hitung pernak-pernik kapal de ngan memakai ilmu matemati ka Kalkulus. Sayang Erwin tidak sampai lulus S-1 padahal dia tinggal menempuh 4 mata kuli ah. Erwin memutuskan berhenti kuliah, bukan karena tidak pin tar, tetapi karena dia ingin cepat menjadi pengusaha. ho -Mantap-Bary
Sejak keluar dari bangku kuliah Erwin pernah menggeluti bisnis MLM di perusahaan NASA dari Yogyakarta dan mendirikan perusahaan agrobisnis PT. Citra Kaya, namun semuanya berakhir dengan Kegagalan. Erwin kemudian mencoba menjadi distributor rokok dari Malang, tetapi dia lagi-lagi menemui kegagalan hingga terpaksa menjual semua aset miliknya termasuk mobil dan rumah. Ketika itu Erwin bahkan sempat menganggur selama 4 bulan di kamar kos tanpa tahu harus berbuat apa. Akibat stres, Erwin kala itu sempat engalami kesulitan berbicara alias gagap
Erwin mulai bangkit kembali berkat bantuan modal Rp15 juta dari mannya (Gunawan Budiharjo) yang menjabat sebagai General Manager PT. Natural Nusantara (NASA) di Yogyakarta. Berbekal uang tersebut Erwin kemudian mencoba membuka usaha waralaba UmbiStik, namun usaha ini juga gagal, hingga akhirnya dia menemukan hoki di bisnis waralaba Tahu Kress. Pengalaman hidup Erwin memberi hikmah kepada kita bahwa kalau kita terus berusaha dan pantang menyerah, Tuhan pasti menunjukkan jalan kesuksesan asalkan kita ap yakin dan sabar.
Kisah Sukses Waralaba Rocket Chicken
ROCKET CHICKEN
Waralaba kuliner, khusus nya ayam goreng, sudah banyak dijumpai di tanah ar Namun kisah tentang waralaba Rocket Chicken menjadi menarik, lebih. karena figur sang pendiri yang dulunya bekas pega wai waralaba kelas atas. Kisah ini tentu saja diharap kan bisa menginspirasi orang-orang yang sudah bosan menjadi pegawai dan ingin membuka usaha endin. Mengundurkan diri
sebagai karyawan agar membuka sendiri dengan merek dagang sendiri adalah perbuatan berani dan ksatria. jauh terhormat dibandingkan pegawai gerogoti perusahaan alias memiliki “perusahaan dalam perusahaan”.
Waralaba Chicken didirikan oleh lelaki bernama Nurul Atik (kelahiran Jepara, Juni 1966) sejak Februari dengan mengusung konsep restoran cepat menyajikan menu ayam burger, food, dan spaghetti yang berkualitas, halal, bercita rasa dan harga terjangkau. Nurul sengaja ayam goreng sebagai menu utama sebab jenis ini banyak digemari masyarakat lapisan umur dan strata sosial. juga pengalaman bekerja sebagai perusahaan waralaba ayam goreng kelas
Nurul memulai karier CFC bawah petugas kebersihan, tukang sapu, tukang piring, hingga menjadi supervisor manajer Lebih kurang dibutuhkan Nurul untuk mencapai berpuas diri. pengusaha tampaknya bergelora Nurul sehingga akhirnya lebih memilih sebagai karyawan CFC. Rocket pertamanya didirikan Jalan Monginsidi Semarang tanggal 20 Februari
Setiap gerai Rocket Chicken membutuhkan 12 karyawan diklaim mampu menghasilkan omset hingga Rp5 juta sehari (hari biasa) dan Rp7 juta sehari (hari libur/akhir pekan). Calon usaha menyiapkan modal awal Rp155 juta (belum termasuk gedung) yang dipakai untuk membayar biaya waralaba Rp15 juta harus selama lima tahun, biaya promosi, perlengkapan, pelatihan karyawan, bahan baku dan kontrol manajemen. Sedangkan untuk biaya royalti bisa dibayarkan sebesar 25% dari laba bersih atau 5% dari omset kotor setiap bulan.
Saat ini jumlah gerai waralaba Rocket Chicken mencapai 128 gerai yang tersebar di provinsi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Kelebihan waralaba ini adalah harga paket menunya yang murah meriah, tetapi tetap menjaga kualitas, sehingga sangat digemari anak-anak sekolah dan para mahasiswa. tergolong cerdas dalam menyusun strategi pemasaran. Dia tak mau berbenturan dengan waralaba sejenis yang berukuran besar (seperti CFC, KFC, McDonald’s), sehingga dia lebih menyasar konsumen kelas menengah ke bawah terutama anak-anak sekolah dan para mahasiswa yang senang makan ayam goreng.
Waralaba Rocket Chicken saat ini harus menghadapi kompetitor ang memiliki merek yang mirip, yaitu “Rocket Fried Chicken”. Kasus semacam ini sering terjadi di Indonesia, padahal menurut UU Merek sebuah merek yang mirip dengan merek yang sudah terdaftar Halebelumnya harus ditolak oleh Ditjen HKI. Kasus senada juga terjadi buat pada pemberian merek kopi “Luwak” (kopi biasa). Pemberian merek ini seharusnya tidak boleh dilakukan mengingat nama “Kopi wak sudah lama dikenal sebagai merek Indikasi Geografis yang rganya sangat mahal.
Kisah Sukses Waralaba Bakso Malang Kota Cak Eko
adalah makanan khas Indonesia yang digemari masyarakat dari mulai anak kecil hingga orang dewasa. Bahkan orang-orang yang datang ke Indonesia banyak yang jatuh cinta dengan
kuliner nasional yang satu ini. Presiden A.S. Barack Obama pun mengaku menyukai bakso sejak masa kecil di Jakarta. Ada berbagai variasi bakso di tanah air, salah satunya yang terkenal adalah bakso dari kota Malang, Jawa Timur. Bakso Malang terkenal lezat dan berisi macam isian seperti bakso halus, bakso kasar, tahu goreng. tahu basah, siomay basah, siomay goreng, mie basah, lenjer, dan lontong. Bakso Malang kini sudah dijadikan bisnis waralaba, salah satunya yang terkenal adalah Bakso Malang Kota “Cak Eko”.
Sejak dijadikan bisnis waralaba pada awal September 2006, Bakso Malang Kota “Cak Eko” telah berkembang menjadi 165 gerai, 4 gerai milik sendiri dan 161 gerai waralaba. Waralaba ini telah hadir di berbagai kota seperti Malang, Sidoarjo, Surabaya, Jakarta, Medan, Bali, Palembang, Manado, Ambon, Solo, Bogor, dan lain-lain. Masyarakat yang ingin menjadi mitra usaha diwajibkan membayar biaya waralaba hingga Rp90 juta untuk lima tahun dan biaya royalti 3,5% dari omset per bulan. Modal usaha diperkirakan sudah dapat kembali dalam waktu 10 bulan.
Waralaba Bakso Malang Kota “Cak Eko” didirikan oleh Henky Eko Sriyantono pengusaha yang lahir di Surabaya tanggal 5 Mei 1974. Pada mulanya Cak Eko hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan kontraktor BUMN di Surabaya dan kemudian pindah tugas ke Jakarta pada tahun 1997. Cak Eko adalah insinyur teknik lulusan ITS Surabaya (1996) dan S-2 Teknik Sipil Universitas Indonesia (2003).
Akibat kesulitan ekonomi Cak Eko kemudian mencoba untuk berwirausaha. Dia pernah berjualan ponsel bekas selama delapan bulan dan juga pernah mencoba ikut bisnis Multi Level Marketing (MLM). Tahun 1999 dia bersama 7 orang teman membuka bisnis budi daya tanaman jahe gajah dengan modal Rp40 juta, namun mengalami kegagalan panen hingga modal usahanya hanya tinggal Rp16 juta.
Pada tahun 2000, Cak Eko mencoba menjual dompet dan tas produksi pengrajin di Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk dipasarkan ke sejumlah butik dan mal di Jakarta. Untuk membiayai bisnis ini Cak Eko menyediakan modal Rp13 juta yang didapatkan dari hasil menjuarai lomba penulisan artikel teknik dan sisa uang saku perjalanan ke Jepang. Namun sayang, lagi-lagi bisnis Cak Eko mengalami kegagalan.
baik baru menghampiri Eko tatkala menemukan mendirikan warung bakso Malang. tersebut muncul tatkala melihat sebuah kedai yang ramai pengunjung Bandara Soekarno-Hatta awal tahun 2006. Untuk mewujudkan keinginannya, Eko sampai ke Surabaya belajar meracik Malang melakukan coba selama tiga bulan.
Dengan berbekal modal juta dan berkat dorongan teman temannya, Eko berhasil membuka warung Bakso Malang pertamanya sebuah foodcourt kota Bekasi pada bulan Maret Tujuh bulan kemudian sudah berhasil membuka gerai di Tamini Square bulan Oktober 2006. Kelancaran usaha membuat Eko semakin percaya sehingga berani mengembangkan model bisnis waralaba bernama Bakso Malang “Cak Eko”.
Cak Eko juga membuka usaha waralaba lainnya, yaitu waralaba & Bebek Goreng Sambel serta waralaba Ayam Kampoeng Jolali. yang disajikan Bakso Malang “Cak meliputi bakso campur, siomay batagor, bakso urat/halus, ayam/daging, mie Malang, goreng mie ayam, mie goreng mie ayam bakso, godok, rawon. Eko juga menyediakan minuman seperti aneka segar, es campur, sekoteng dawet, lain-lain.
Setelah dinobatkan sebagai Pemenang Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award 2008 Kategori Utama tahun 2008, Cak Eko semakin bersemangat melakukan ekspansi ke seluruh Indonesia bahkan juga berencana membuka di luar negeri, yaitu d Singapura California, Amerika Serikat. Kisah Cak Eko lagi membuktikan bahwa ketekunan, keras, kreativitas semangat pantang menyerah terbukti ampuh menghantarkan pada kesuksesan.
Kisah Sukses Waralaba Malibu Studio
Jangan pernah meremehkan hobi pun, termasuk fotogra tidak hanya menghasilkan kegembiraan, namun juga
embangkan menjadi bisnis yang menguntungkan termasuk swaralaba. Para penyuka hobi fotografi dapat membuka usaha Waralaba pelatihan fotografi dan usaha waralaba pemotretan. Salah bisnis satu contoh usaha waralaba di bidang jasa fotografi adalah Malibu 62 Studio.
Perusahaan yang sudah berdiri sejak 25 Februari 1994 ini lebih fokus menyasar konsumen kalangan menengah ke atas. Sistem bisnis waralaba baru diterapkan di perusahaan ini sejak tahun 1999. Malibu yang berkantor pusat di Kelapa Gading Jakarta Utara ini mengembangkan konsep usaha jasa studio foto yang menghasilkan to-foto trendi, berseni, berkualitas tinggi dengan harga terjangkau
Malibu 62 Studio didirikan oleh kakak beradik Juliati Setiawan dan John Wiwiek Setiawan bersama sahabat karib mereka Juniar Trisna. Wiwiek Setiawan pernah menjadi penyanyi di era tahun 1970-an dan sering muncul di TVRI. Sedangkan Juniar Trisna adalah mantan fotografer majalah Femina, majalah Mode, dan majalah Gadis. Nama Malibu” berasal dari ple setan kata “lima ribu” karena di awal usaha mer eka hanya mematok ong kos lima ribu rupiah un tuk sekali foto. Sementara angka “62” menunjuk pada alamat kantor pusat mereka di Jalan Raya Barat Boulevard Blok LC VII No mor 62, Kelapa Gading, Jakarta Utara. PT Tpot foxx
Waralaba Malibu 62 Stu dio pernah mendapatkan berbagai macam penghar gaan seperti UKM Terbaik se-Indonesia tahun 2003 yang diadakan HIPMI dan majalah Swa, Franchise
Terbaik Kategori Jasa Foto Studio tahun 2007 yang diadakan majalah Pengusaha, penghargaan bergengsi Top Brand 2009 kategon Studio Foto oleh majalah Marketing dan Frontier Consulting Group, peng hargaan Franchise Top of Mind tahun 2010 dan 2011 dan mala Info Franchise, dan lain-lain.
Malibu 62 Studio yang memulai bisnis waralaba sejak 1999 in telah berhasil memiliki 30 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Malibu juga terlibat dalam dunia hiburan tanah air, Bekerja sama dengan majalah Aneka Yess, Malibu mengadakan acara lomba Pemilihan Model Foto Action. Juara lomba ini banyak yang sukses berkarier sebagai pemain sinetron, model iklan, penyanyi, dan peragawati. Saat ini Malibu juga sukses menerbitkan buku berjudul 5 Crystal Boys yang berisi kumpulan foto lima artis muda yang sedang menjadi idola remaja masa kini seperti Boy William, Kevin Julio, Ahyar, Stefan William, dan Christ Laurent.
Masyarakat yang ingin menjadi mitra usaha Malibu 62 Studio harus mampu menyediakan modal awal Rp187 juta yang dipakai untuk biaya waralaba (franchise fee) sebesar Rp37,5 juta, dan sekitar Rp150 juta untuk peralatan fotografi, pembenahan tempat, pelatihan, dan termasuk sewa tempat usaha. Tempat yang dibutuhkan adalah rumah-toko (ruko) ukuran minimal 62 m² atau mal ukuran minimal 32 m². Biaya royalti (royalty fee) yang harus dibayarkan sebesar 6% dari omset kotor setiap bulan. Masa balik modal (BEP) diperkirakan sekitar 18 bulan.
Kisah Sukses Waralaba WarnetGue
Warung internet (warnet) kini telah menjadi barang lumrah di masyarakat kita, bahkan keberadaannya bak jamur di musim hujan. Di mana-mana, terutama di daerah kampus, kita dapat menjumpai usaha warnet yang juga menyediakan fasilitas game online. Peluang pasar ini tak disia-siakan oleh para pengusaha sehingga banyak yang membuka usaha warnet terutama di lingkungan sekolah dan universitas. Beberapa pengusaha warnet ada yang kemudian berkembang hingga mendirikan bisnis waralaba warnet dan game online seperti yang dilakukan waralaba Warnet Gue.
Waralaba Warnet Gue didirikan oleh tahun 2004 di daerah Serpong Tangerang dan telah memiliki 70 gerai warnet. Salman yang lahir di Jakarta, 11 Februari 1986, adalah seorang Sarjana Ilmu Komputer dari Universitas Indonesia (UI). Berkat kesuksesan membangun waralaba Warnet Gue, Salman pernah diberi penghargaan Wirausaha Mandiri Tahun 2007, dan Best Entrepreneur dari Fakultas Ilmu Komputer UI Tahun 2008.
Sejak mahasiswa Salman sudah terbiasa berwirausaha web designer, mendirikan salon di Asrama UI, usaha cetak foto di Depok dan Serpong, usaha video shooting dan editing, penjualan komputer di Serpong, usaha laundry di Asrama UI, usaha fotokopi di Fasikom UI, jual beli nasi goreng di SMU Insan Cendekia Serpong, berjualan pulsa telepon seluler, warnet di Asrama UI, warnet di Universitas Pancasila, warnet di Pamulang, hingga mendirikan waralaba Warnet Gue.
Banyak suka duka yang dialami Salman dalam merintis usaha. Usaha warnetnya bahkan pernah dirusak oleh 10 orang preman suruhan para pesaingnya. Setelah sukses membuka warnet pertama di Asrama UI, Salman mencoba peruntungan dengan membuka warnet kedua di daerah stasiun Universitas Pancasila. Rupanya langkah Salman terse but tidak disukai para pesaingnya. Mereka tidak suka Salman men jual jasa printing dengan harga hanya Rp300,00 per lembar, sedang kan para pesaing nya menjual dengan harga Rp400,00 per lembar. Salman me nolak permintaan un tuk menaikkan harga, akibatnya warnetnya didatangi 10 orang preman berclurit. GENTER SERV Handp
Kebanyakan warnet yang dikelola Salman berada di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Omset Warnet Gue rata-rata di setiap gerai bisa mencapai Rp10 hingga Rp12 juta per bulan. Salman melengkapi Warnet Gue dengan fasilitas servis dan penjualan komputer, namun fokus utamanya tetap pada game para online yang saat ini sangat digemari anak-anak remaja dan mahasiswa.
Masyarakat yang ingin bergabung menjadi mitra usaha waralaba Warnet Gue dapat memilih empat macam paket, yaitu Paket 1 (Ekonomis), Paket 2 (Silver), Paket 3 (Gold), dan Paket 4 (Platinum). Paket 1 butuh modal Rp58,5 juta, Paket 2 butuh modal Rp79,5 juta, Paket 3 butuh modal Rp94,5 juta, dan Paket 4 butuh modal Rp113,5 juta. Jangka waktu perjanjian waralaba selama lima tahun, dan dapat diperpanjang tanpa perlu membayar biaya waralaba, namun cukup membayar biaya royalti.
Kisah Sukses Waralaba Inul Vizta
Karaoke atau “rumah bernyanyi” adalah tempat setiap orang dapat bernyanyi dengan diiringi musik serta mengikuti tuntunan syair dan lagu yang tertera di layar televisi. Rumah karaoke yang berasal dari Jepang ini banyak dijumpai di kota-kota, namun hanya beberapa yang berani mengembangkan diri menjadi bisnis waralaba.
Saat ini banyak artis dan penyanyi Indonesia yang tertarik menekuni bisnis waralaba karaoke. Kesuksesan rumah karaoke Happy Puppy dari Surabaya menginspirasi penyanyi dangdut Inul Daratista untuk mendirikan bisnis yang sama bernama Inul Vizta. Waralaba karaoke Inul Vizta mulai berdiri sejak tahun 2005 dan saat ini telah memiliki 125 gerai di sejumlah kota di Indonesia. Untuk bergabung menjadi mitra usaha Inul Vizta, kita harus menyediakan modal Rp6 miliar (kota besar) dan Rp4 miliar (kota kecil).
Penyanyi dangdut Inul Daratista adalah sosok wanita tangguh kelahiran Desa Japanan, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, 21 Januari 1979. Meskipun hanya lulusan SMP, Inul terbukti mampu meraih kesuksesan di dunia hiburan tanah air sekaligus sukses sebagai pengusaha waralaba karaoke Inul Vizta. Penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyang ngebornya ini memiliki kepribadian kuat dan pantang menyerah, meskipun mendapat hantaman masalah berkali-kali.
Sosok Inul layak dijadikan teladan bagi para wanita yang ingin memiliki sikap mandiri, namun tetap setia kepada keluarga. Bagi Inul, pendidikan rendah bukan halangan untuk meraih kesuksesan asalkan
kita berani mengambil risiko dan tak henti-henti mencoba hal-hal baru. Meskipun dia sering menghadapi kontroversi, Inul tak pernah patah semangat menghadapi kehidupan. Kehidupannya yang mewah bersama sang suami (Adam Suseno) dan putra tunggalnya (hasil bayi tabung) ternyata tak membuat Inul lupa diri dengan orang-orang di sekitarnya. Inul juga tak pernah lupa berbagi kebahagiaan dengan warga desa Japanan tempat kelahirannya.
baca juga
Kisah Sukses Waralaba Alfamart dan Alfamidi
Masyarakat Indonesia mungkin belum banyak yang mengenal sosok Pak Djoko Susanto, tetapi mereka lebih mengenal jaringan waralaba minimarket Alfamart dan Alfamidi yang turut beliau bidani proses kelahirannya. Pak Djoko Susanto yang kini berusia 64 tahun adalah tipe pengusaha nasional yang low profile, namun memiliki prestasi luar biasa. Jaringan waralaba minimarket Alfamart yang didirikannya saat ini telah menyebar ke berbagai kota besar hingga kota kecamatan di Indonesia.
awal di bidang perdagangan kecil dan distribusi Perusahaan mulai sektor ritel melalui format minimarket nama Alfamart tahun 1999. Saat ini Alfamart dinobatkan salah satu jaringan minimarket lokal terbaik Indonesia, melayani lebih dari juta pelanggan setiap hari, dengan jumlah lebih dari 5.700 minimarket tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan waralaba minimarket Alfamart juga mampu mempekerjakan dari 60.000 karyawan.
Waralaba Alfamart dan selaku franchisor pemegang merek Alfamart. Dengan motto “Belanja Pas” model bisnis waralaba Alfamart adalah menjual berbagai kebutuhan sehari-hari dengan terjangkau berlokasi sekitar kawasan perumahan. Masyarakat ingin menjadi usaha Alfamart dapat mengunjungi www.alfamartku. com.
Selain Alfamart, Djoko Susanto juga mendirikan melalui Midi Utama Indonesia. Waralaba Alfamart telah didirikan tahun 1989, sedangkan waralaba Alfamidi baru didirikan sekitar tahun 2007. Berbeda dengan Alfamart, Alfamidi dikembangkan de ngan konsep “supermar ket mini” yang menem pati luas area penjualan 200 m² hingga 400 m². Sekitar 20% dari total luas area tersebut digu nakan untuk memajang produk makanan segar atau fresh-food.
gauran produk yang dijual di Alfamidi mencapai 7.000 SKU dan dilengkapi dengan produk-produk fresh-food seperti buah, sayur, aging olahan, atau makanan beku yang dibutuhkan masyarakat, tidak dijumpai di gerai minimarket-minimarket yang sudah ada. Karena keunikannya serta luas areanya yang lebih besar dari namun minimarket, tetapi masih lebih kecil dari supermarket, maka Alfamidi lebih cocok disebut sebagai “super minimarket” atau “supermarket
Keterlibatan Pak Djoko Susanto di bisnis ritel dimulai pada tahun 1967 saat beliau masih berusia 17 tahun diminta orangtuanya untuk mengurus kios sederhana bernama Toko Sumber Bahagia di Pasar Aruna, Jakarta. Toko yang dikelolanya pada awalnya hanya menjual bahan makanan, namun selanjutnya menjajakan rokok hingga menjadi penyalur rokok termasuk rokok produksi PT. HM Sampoerna.
Gara-gara menjadi penyalur rokok itulah, beliau berkenalan dengan Putera Sampoerna. Mereka bertemu pada awal tahun 1980 dan pada tahun 1985 bersepakat untuk membuat 15 kios serupa di beberapa lokasi di Jakarta. Upaya tersebut berhasil sehingga menginspirasi mereka untuk membuka supermarket yang diberi nama Alfa Toko
Gudang Rabat. Kedua orang tersebut kemudian juga membuka toko Alfa Minimart (yang kemudian dikenal sebagai Alfamart) pada tahun 1994.
Kerja sama tersebut berakhir tahun 2005, ketika Putera Sampoerna menjual perusahaannya (termasuk 70% saham Sampoerna di Alfamart) kepada PT. Philip Morris International senilai lebih dari US$ 5 miliar (setara Rp50 triliun). Philip Morris kemudian menjual sahamnya di Alfamart kepada Pak Djoko Susanto dan Northstar. Sedangkan kepemilikan saham Pak Djoko di PT. Alfa Retailindo Tbk dijual kepada Carrefour peritel hypermarket asal Perancis, sehingga semua gerai Alfa kemudian berganti nama menjadi Hypermarket Carrefour.
Pada tahun 2011, Pak Djoko membeli saham Northstar sehingga memiliki 65% saham perusahaan waralaba Alfamart. Saham itu lalu diperdagangkan dan menghasilkan dua kali lipat pada 12 bulan terakhir. Hal inilah yang akhirnya membuat Pak Djoko Susanto termasuk ke dalam jajaran 40 orang terkaya di Indonesia. Majalah Forbes menempatkan Pak Djoko Susanto sebagai orang terkaya di Indonesia pada tahun 2011 pada urutan ke-25 dengan kekayaan bersih sebesar US$ 1,04 miliar (sekitar Rp10 triliun). Kekayaan Pak Djoko berhasil mengungguli kekayaan orang-orang terkenal Indonesia seperti Aburizal Bakrie (peringkat 30) dan Ciputra (peringkat 27).
Pak Djoko berhasil melakukan transformasi bisnis dari pengusaha ritel kelas kios sederhana menjadi pengusaha kelas supermarket hingga akhirnya menjadi bos jaringan waralaba minimarket skala nasional. Pada tahun 2012, Alfamart berencana menambah 800 gerai/ toko baru. Bisnis minimarket tergolong prospektif karena tingkat penjualannya masih bisa tumbuh 15% hingga 20% per tahun. Hal inilah yang memicu tingginya tingkat persaingan bisnis di sektor usaha minimarket.
Menyikapi tuduhan jaringan minimarket cenderung menghambat pasar tradisional, beliau menyatakan bahwa kehadiran pasar modern sesungguhnya dapat digunakan untuk mendorong pasar tradisional agar dapat meningkatkan mutu pelayanan. Pak Djoko Susanto tergolong pengusaha ritel nasional yang terkenal gigih dalam berusaha serta mampu mengubah musibah menjadi peluang baru.
Gagal mempertahankan Alfa Toko Gudang Rabat tidak membuat beliau berputus asa. Beliau menyikapi musibah tersebut dengan mengubah pola pikir (mind-set) dan kemudian beralih menekuni bisnis minimarket Alfamart. Kini masyarakat pun mengenal beliau sebagai “Raja Bisnis Minimarket di Indonesia”.
Penutup
Perusahaan yang tumbuh berkembang pasti ingin berekspansi untuk memperluas skala usaha. Salah satu cara ekspansi usaha yang kini banyak dipilih oleh para pengusaha adalah mengembangkan sistem jaringan bisnis waralaba. Dengan cara waralaba, pengusaha dapat berbagi untung dan risiko dengan para mitra usaha lokal serta dapat memperluas pasar lebih cepat. Cara ini dinilai lebih baik dibandingkan harus membuka cabang-cabang usaha mandiri yang risikonya lebih besar.
Perkembangan bisnis waralaba (Franchise) di Indonesia tergolong prospektif karena potensi pasarnya sangat besar. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, dengan pendapatan per kapita 3000 dolar AS. Di samping itu, kondisi ekonomi makro Indonesia juga tergolong baik dengan pertumbuhan ekonomi 5-6% per tahun. Indonesia saat ini termasuk dalam jajaran negara elit G-20 dan menempati urutan ke-16 dengan cadangan devisa tahun 2014 di atas angka 100 miliar dolar AS (Rp1.200 Triliun).
Tingginya jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia yang menurut Bank Dunia kini berkisar 134 juta jiwa ikut menjadi faktor pendorong maraknya bisnis waralaba di tanah air. Masyarakat kelas menengah adalah konsumen yang paling mudah diharapkan membeli produk waralaba sebagai konsekuensi perubahan gaya hidup akibat meningkatnya kemampuan finansial mereka. Selain itu, masyarakat kelas menengah juga berpotensi dapat diajak bergabung menjadi penerima waralaba.
Waralaba terkait erat dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), sebab pemilik waralaba sejatinya adalah pemilik HAKI yang rela berbagi manfaat ekonomi dengan para mitra usaha. Pemilik waralaba memberikan Lisensi HAKI dan Lisensi Sistem Bisnis kepada para mitra usaha, sehingga berhak mendapatkan pembayaran berupa biaya royalti dan biaya waralaba. Biaya royalti (royalti fee) biasanya dikutip dari omset kotor gerai mitra usaha per bulan, sedangkan biaya waralaba (franchise fee) biasanya dibayarkan di muka oleh para mitra usaha saat mendirikan gerai waralaba.
Para pengusaha yang ingin membuka bisnis waralaba harus memenuhi 6 (enam) kriteria waralaba yang dipersyaratkan PP 42/2007 tentang waralaba
Sebelum memulai usaha waralaba, waralaba dan penerima waralaba harus mengurus Surat Tanda Pendaftaran Pemberi waralaba (franchisor) mengurus STPW ke Kementerian Perdagangan Ditjen PDN dengan menyerahkan Prospektus Pendaftaran Waralaba. Sedangkan penerima waralaba (franchisee) mengurus ke Dinas Perdagangan daerah menyerahkan perjanjian waralaba yang sudah ditandatangani dengan pemberi waralaba.
Selain dengan HAKI, waralaba terkait dengan Ekonomi Kreatif. Para pelaku ekonomi kreatif adalah para pemilik HAKI memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan sendiri HAKI-nya memberikan lisensi kepada pihak Pemberian lisensi HAKI dapat mendatangkan keuntungan berupa royalti para pemilik HAKI. yang para pelaku ekonomi kreatif juga dikembangkan menjadi usaha waralaba dengan tambahan lisensi Bisnis.
Semua subsektor menjadi bisnis waralaba. Namun hingga kini dalam praktiknya ada beberapa subsektor yang sudah berhasil dikembangkan menjadi waralaba kuliner, fesyen/mode, acara televisi, pertunjukan, kerajinan, percetakan, komputer, permainan interaktif (games) penelitian-pengembangan (litbang). Dengan adanya Badan Ekonomi Indonesia diharapkan sektor Ekonomi Kreatif dan bisnis waralaba dapat berkembang jauh lebih cepat Indonesia.
bisnis Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pelaku di Indonesia praktik monopoli praktik bisnis lain yang mengganggu iklim persaingan usaha yang sehat. Larangan tersebut diperlukan agar produk yang
dihasilkan dunia usaha harganya terjangkau, kualitasnya memadai dan tersedia di mana-mana. Praktik bisnis yang tidak sehat pada akhirnya dapat membuat pasar menjadi tidak efisien sehingga harga produk bisa melambung tinggi.
Saat ini banyak pelaku bisnis waralaba yang telah menyadari pentingnya internet bagi perkembangan jaringan bisnis mereka. Mereka sering menggunakan media internet (website, blog, media sosial) sebagai sarana promosi. Pemilik waralaba dapat membuat website yang menarik dengan bantuan para ahli desain web guna meningkatkan citra merek waralaba. Pemilik waralaba pun bisa berpromosi melalui blog secara gratis. Masyarakat Indonesia juga banyak yang mengakses media sosial (seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Line, dan lain-lain) melalui ponsel pintar (smartphone) sehingga hal ini akan lebih mudah mempromosikan bisnis waralaba.
Bisnis waralaba pada umumnya didirikan oleh para pengusaha yang gigih dan suka bekerja keras serta memiliki naluri bisnis yang tajam. Para pelopor waralaba tersebut kebanyakan tidak pernah mengecap bangku kuliah. Mereka banyak belajar secara mandiri dari praktik nyata di lapangan. Puluhan tahun mereka membangun bisnis dari mulai level terbawah sebagai tenaga penjualan hingga akhirnya mampu mendirikan perusahaan sendiri. Berkat kreativitas dan semangat pantang menyerah, mereka melakukan ekspansi usaha dengan cara membangun jaringan waralaba.
Kesuksesan di bisnis waralaba dapat diraih siapa saja asal mereka mau bekerja keras dan berpikiran kreatif. Saat ini di Indonesia banyak dijumpai anak-anak muda, lelaki dan wanita, yang sukses mengembangkan bisnis waralaba, baik sebagai pemberi waralaba (franchisor) maupun penerima waralaba (franchisee). Bahkan banyak di antara para pengusaha waralaba sukses tersebut, konon ternyata berasal dari keluarga tidak mampu. Fakta ini seharusnya dapat menginspirasi kawula muda di tanah air agar mereka berani terjun membangun bisnis waralaba. Dengan bekal imajinasi tanpa batas, kita dapat meraih sukses apa pun, sebab sejatinya “tidak ada yang dapat membatasi diri kita, kecuali kita batasi sendiri”. Selamat mencoba berbisnis waralaba!
+ There are no comments
Add yours